We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 10 Maret 2014

MENELUSURI JEJAK MASA KEEMASAN YANG HILANG


Class review 5th
Malam yang seperti biasanya, indah, dingin, dan sedikit rintikkan hujan yang terdengar merdu di telinga ini. Terdengar sedikit suara-suara gesekan pohon dari luar jendela kamarku, tak dapat aku pungkiri bahwa aku benar-benar merindukan kampung halamanku, itu yang selama ini membuat aku kuat dan ingin mengejar cita-citaku disini.
            I’am not happy, itulah kata pertama yang beliau (Mr.Bumela) katakan di kelas kami, kami pun jadi merasa tidak happy jika seperti ini terus, yeahh we have to canged our mind about our class. Ini mungkin semacam ignorance or mistake or weakness? We don’t know...tapi beliau menyebut ini sebagai mistakes, mungkin kelas kami masih kurang terlihat kompak, bermuram durja, dan terlalu pendiam untuk ukuran murid beliau dibandingkan  ketiga teman kelas kami yang lain. Semua itu membuat kami berfikir untuk memperbaiki apa yang sudah salah di kelas kami, dan kita cukup yakin bahwa masih banyak hal yang perlu kami gali lagi dari potensi kelas kami.
            Mengidentifikasi kembali mengenai critical history of Colombus and Howard Zinn, ada banyak sekali kesalahpahaman dari apa yang saya tangkap dari teks Speaking Truth to Power with Books –Howard Zinn- mungkin agak sedikit melenceng dari apa yang harusnya saya tulis di critical review ke-2 waktu itu. Ada banyak hal yang tidak saya sampaikan dalam critical review kemarin, yakni mengenai keterkaitan antara history dan praktek literasi. Literacy as social, dimana orang-orang yang menuliskan sejarah adalah orang-orang yang berliterat. Setelah membaca berbagai sejarah tentang Columbus dari berbagai sumber artikel yang ada, beberapa fakta yang mengejutkan telah terjadi, bahwa Christopher Colombus yang biasa di sebut-sebut sebagai pahlawan, penemu besar, pembaca Alkitab yang saleh, dan orang-orang Amerika menyebutnya sebagai penemu kehidupan, tapi dia (Howard Zinn) menyebutkan sebaliknya bahwa Christopher Colombus adalah seorang pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang dan mencincang orang, itu mengejutkan. Dia bukanlah seorang penemu benua Amerika yang sesungguhnya, melainkan seorang penipu ulung yang diasingkan oleh Ratu Issabel karena ulahnya telah memperkosa salah seorang puteri disana, dia telah di hukum untuk terus berlayar untuk menemukan benua India, berharap Columbus tidak akan pernah kembali lagi ke Eropa.
            Jauh sebelum Christopher Columbus datang ke benua Amerika, sudah ada suatu bangsa yang pertama datang ke benua Amerika. Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
            Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
            Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
            Dan bagaimana dengan faktanya? Tentu saja hal ini sudah di wanti-wanti oleh si peneliti bahwa di negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
            Ada yang mengganjal dari artikel Speaking Truth to Power with Books –Howard Zinn- bagaimana dengan penemu yang sesungguhnya? Kenapa sejarah orang muslim yang menemukan benua Amerika tersebut tidak pernah tercantum di artikelnya Howard Zinn? Atau bagaimana dengan penemu benua Amerika dari Cina? Apakah dikarenakan ada hal lain yang berada dibelakang Howard Zinn? Seperti agamanya Zinn yaitu Jeus, sehingga dia menutupi kebenaran yang sesungguhnya tentang penemu dari Islam? Sepertinya memang begitu dan harus kita sadari sebagai seorang muslim bahwa terdapat banyak sekali hal-hal yang penting yang orang Islam miliki bisa diambil sesuka hati oleh “mereka”.
            Inilah pentingnya bagaimana kita bisa mengaitkan antara history dan praktek literacy. Mungkin inilah penyebab utama kenapa sejarah orang muslim yang menemukan benua Amerika sangat jarang untuk di ekspose keluar, yaitu seperti yang sudah dijelaskan dalam buku (The Cultural Analysis of the Texts –Mikko Lehtonen-) bahwa dalam sejarah umat manusia, menulis adalah banyaknya akuisisi paling lambat dalam berbicara. Bagi warga Barat pada pergantian milenium, membaca dan menulis tampaknya kegiatan paling alami dalam hidup, tapi berpikir dalam istilah global dan sejarah mereka adalah sesuatu tetapi yang  alami. Seperti pada tahun 1985, hampir 30 persen dari semua orang di bumi tidak bisa memahami sebuah teks tertulis. Pada tahun yang sama, hampir 900 juta dari seluruh populasi orang dewasa global over-15-year-olds yang buta huruf. Keterampilan membaca dan menulis yang dianggap alami benar-benar tergantung pada pelatihan yang disengaja dan pembelajaran sadar. Mereka tidak ada di antara kemampuan alami manusia, tetapi keterampilan khusus yang diperoleh hanya melalui tenaga yang serius. Disini kita bisa melihat alasan bagaimana beberapa peradaban emas Islam bisa menghilang begitu saja tanpa jejak dari mata public.
            (The Cultural Analysis of the Texts –Mikko Lehtonen-), menyebutkan bahwa sejarah dapat dilihat dari artefact bahwa mungkin saja history mengenai orang muslim yang menemukan benua Amerika sangat awam dimata public itu karena reproduksi teks berkembang sangat lambat. Keberadaan  teknologi itu sendiri tidak berarti konsumsi massa mereka. Dalam Abad Pertengahan, produksi budaya masih diproduksi oleh kerajinan tangan seperti  artefak budaya individu dan unik. Tapi dengan adanya artefact ini kita bisa menguak sejarah mengenai penemuan benua Amerika oleh orang muslim yaitu dengan bukti bahwa di negara bagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
            Ada banyak hal yang mesti saya perbaiki dalam critical review ke-2 kemarin, karena benar kata Mr.Bumela bahwa kami: Terjebak dalam hal-hal sepele, tidak akrab dengan kata kunci yang disebut classroom discourse, menceritakan fakta-fakta tentang konflik agama tanpa menunjukkan titik sasaran pandang, struktur generik tidak dibangun dengan baik, pola referensi yang hilang, dan (satu hal yang bisa saya katakan): ada banyak ruang untuk perbaikan.
            Isu kunci dalam Menulis Penelitian dan Pengajaran (Hyland 2002; 2009) Berikut ini adalah sejumlah isu kunci yang mendominasi pemahaman saat penulisan: (! Mengeksplorasi lebih dalam di review class) yaitu konteks, literasi, budaya, teknologi, aliran, dan identitas. Dalam pengkritikan teks minggu lalu saya memang sudah menyiapkan hal-hal besar untuk menghadapinya, seperti kata beliau apakah kami sudah membaca hystory of America? Mendapatkan diri Anda terbiasa dengan siapa itu Columbus? Mencari fakta yang tidak diketahui tentang Columbus? Mendapatkan diri Anda terbiasa dengan siapa itu Howard Zinn? Memeriksa karya Zinn? Perspektif apa yang Anda tawarkan? (politik, antropologi, sosiologi, sejarah?) jawabannya tentu saja ya! Walaupun masih banyak yang belum sepaham dengan pemikiran kami, mungkin kami belum menjadi seorang qualitify reader dan masih menjadi helpless reader yang masih terkecoh oleh hal-hal kecil dalam suatu teks.
            Kita beralih kepada praktek penulisan academic secara spontanitas seperti yang minggu lalu kami praktekkan, yaitu sekitar informasi perihal Howard Zinn dan Christopher Colombus dalam kurun waktu 30 menit untuk memproduksi beberapa kata, dan itu sangat sulit, terutama pada saat kita ingin menjadi seorang penulis yang hebat tentunya kita harus menjadi seorang pembaca yang hebat terlebih dahulu. Saya akan memperlihatkan karya seadanya saya mengenai Howard Zinn dan Christopher Colombus pada waktu itu.
“Who is he?
            Christopher Colombus, people know “he” is performer’s history, history about discover American and the hiro. Yeah.. he is Cristopher Colombus. He is hiro, discover and safed many people of American.
            But Howard Zinn called his is killer, mutilator, person who just search the gold, torturer, raper and able to kill somebody. The history about America in the Howard Zinn’s book he was writed the history of Cristopher Colombus  with the theme People’s History of the United States, he writed that history from the eyes’s ordinnary people not from the eyes’s extraordinnary people that the master of politic and rich people. Not only about that, Zinn say that his refused about adventages of moral people’s American and about the dedication view that for sparate stucture of politic naration of country.
            But did you know that why Howard Zinn not to write about Who is the real inventor the American? Why in the book’s Zinn is not to reveal that American inventors are Muslims.”
            Ternyata benar menulis itu sangat sulit, apalagi dituntut harus menulis yang berbau academic dengan bahasa Inggris. Pada saat itu saya hanya dapat memproduksi 165 kata dalam 30 menit, sepertinya saya harus lebih banyak lagi berlatih menulis dan memperbanyak membaca. Dan pastinya kita mungkin harus mengetahui tentang isu kunci dalam menulis yaitu dalam model interaktif sosial, makna diciptakan melalui 'konfigurasi yang unik dan interaksi apa yang baik pembaca dan penulis bawa kedalam teks' (Nystrand et al, 1993:. 299).
            Selain pintar membaca dan menulis, kita juga harus mementingkan aspek-aspek penting untuk para pembacanya juga, seperti yang sudah tercantum dalam Bakhtin (1986), seperti dikutip dalam Hyland (2002): mengenai isu Intertekstualitas: bahasa dialogis: percakapan antara penulis dan pembaca dalam suatu kegiatan yang sedang berlangsung.
Hyland (2002): Menulis mencerminkan jejak kegunaan sosialnya karena hal ini terkait dan selaras dengan teks-teks lain yang di atasnya itu membangun dan yang mengantisipasi. Genre disini ditulis dianggap sebagai bagian dari situasi sosial yang berulang yang ditandai, daripada bentuk-bentuk tertentu, dengan penulis melakukan penilaian dan kreativitas dalam merespon kondisi yang sama (Hyland 2002).
Pengertian intertekstualitas menurut Bakhtin menunjukkan bahwa wacana selalu terkait dengan wacana lain, baik saat mereka berubah dari waktu ke waktu dan dalam kesamaan mereka pada setiap titik waktu. Ini menghubungkan teks-pengguna ke jaringan teks sebelum dan sebagainya menyediakan sistem pilihan untuk membuat makna yang dapat dikenali oleh lain teks-pengguna. Karena mereka membantu menciptakan makna yang tersedia dalam suatu budaya, konvensi yang dikembangkan dengan cara ini menutup interpretasi tertentu dan membuat orang lain lebih mungkin, dan ini membantu menjelaskan bagaimana penulis membuat pilihan retoris tertentu saat menulis.
Setelah mengetahui banyak tentang kesalahan diri dalam tulisan critical review, sekarang kita akan memasuki masalah class review yang masih tanda tanya (?), oh my Lord...sepertinya ini akan menjadi class review yang panjang. Kita akan membahas wilayah Classroom Discourse, Sebelum kita mulai bekerja pada wacana analisis kita sendiri, bagaimanapun, itu akan berguna untuk mengetahui terlebih dahulu definisi Classroom Discourse Analysis. Seperti yang akan dibahas di bawah, seluruh wacana buku didefinisikan secara luas sebagai “language-in-use.” Dan discourse analysis, adalah studi tentang bagaimana language-in-use dipengaruhi oleh konteks penggunaannya. Di dalam kelas, konteks dapat berkisar dari pembicaraan dalam pelajaran, untuk seumur hidup siswa akan bersosialisasi dengan sejarah lembaga pendidikan. Discourse analysis kelas menjadi analisis wacana kritis kelas ketika para peneliti kelas mengambil efek dari konteks variabel tersebut menjadi pertimbangan dalam analisis mereka, Betsy Rymes (2008).
Permintaan kolektif seperti Brookline Guru Seminar Penelitian (Phillips & Gallas, 2004) yang dikutip dari Betsy Rymes (2008) menggambarkan bagaimana pembagian kerja melalui Classroom Discourse Analysis dengan guru lain dalam komunitas pembelajaran dapat membantu guru menghadapi teka-teki kelas yang tampak sulit. Meskipun kita akan melihat pembicaraan yang terjadi di dalam kelas, semuanya mengatakan dalam kelas juga dipengaruhi, untuk berbagai tingkat, dengan konteks di luar kelas. Dan, banyak bentuk wacana memiliki arti yang berbeda jika terjadi di kelas daripada mereka terjadi di luar kelas. Penelitian kelas di berbagai situasi telah menunjukkan bahwa interaksi kelas secara dramatis membatasi apa jenis bahasa dan keaksaraan peristiwa yang didorong atau dibiarkan (McGroarty, 1996), sedangkan wacana di luar konteks kelas memiliki jangkauan yang lebih luas dan kemungkinan diterima dan lebih  produktif. Dalam keluarga atau peer group pengaturan, misalnya, siswa dapat didorong untuk berbicara panjang lebar, menceritakan kisah-kisah imajinatif, atau cerita mengenai topik yang awalnya diperkenalkan, yang disamping mendukung untuk menghibur. Di ruang kelas sekolah, sebagai Holden Caulfield menunjukkan di JD Sallinger The Catcher in the Rye, pembicaraan tersebut dapat diberi label sebagai sepenuhnya tidak cocok "penyimpangan" (Salinger, 1951). Rasa ingin tahu dan kreativitas menyambut dan mendorong dalam konteks lain, ketika dibawa ke dalam konteks kelas, dapat dihitung sebagai mengganggu.
Discourse Analysis, kemudian, melibatkan menyelidiki bagaimana wacana (language in use) dan konteks mempengaruhi satu sama lain. Kadang-kadang, memahami mengapa seseorang mengatakan sesuatu dengan cara tertentu, melibatkan melihat konteks sebelumnya digunakan. " Previous context”  Rymes Doing Classroom Discourse Analysis 16 berkisar dari pertanyaan yang datang sebelum ucapan itu, pertanyaan dari percakapan sebelumnya, pengaruh acara televisi, pola seumur hidup dalam sosialisasi bahasa. Shirley Brice Heath (1983) mendokumentasikan bagaimana sosialisasi ke beberapa jenis di rumah dalam pemecahan masalah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini digambarkan dengan jelas dalam contoh nya pertanyaan workbook di Carolina Piedmont. Dalam satu kelas, banyak siswa memberikan jawaban untuk pertanyaan workbook berikut (di mana siswa harus melingkari nomor yang benar di bawah setiap ilustrasi) sebagai 2 + 2 = 2. Dan dua traktor ditambah dua tailer adalah 4. Namun, jawaban yang tepat adalah 4. Dua ditambah dua sama dengan empat, di sekolah. Tapi dalam prakteknya, dua traktor, ditambah dua trailer sama dua kombinasi traktor / trailer yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan. Siapa yang salah paham? Karena guru memiliki kewenangan yang sah di dalam kelas, para siswa disalahpahami guru. Namun, karena guru adalah orang luar dalam interaksi siswa yang mendahului pelajaran ini, dan tidak tahu situasi kerja siswa ini, benar juga bahwa dia disalahpahami anak-anak. Dengan memahami sumber kesalahpahaman itu, guru memiliki kesempatan untuk belajar tentang anak-anak dan sumber-sumber pengetahuan. Dia juga memiliki dasar untuk menjelaskan "workbook logika" kepada mereka tanpa merusak keterampilan penalaran mereka sendiri.
Jadi kesimpulannya adalah banyak hal yang mungkin tidak kita sadari ketika kita sedang menulis, dimana kita sering terjebak dalam hal-hal yang sepele, melupakan kata kunci dalam suatu teks atau masih menjadi the helpless reader. Untuk menjadi seorang penulis yang hebat maka yang pertama harus kita lakukan adalah menjadi seorang pembaca yang hebat. Inilah wujud dari praktek literasi, bagaimana kita membumikan kembali keadilan, hukum, serta kesadaran pada setiap hembusan nafas seorang insan. Buka mata, buka telinga dan mulailah bekerja. Banyak kebenaran yang masih terkubur dalam selimbut ketenangan, kita tidak akan pernah tahu apa yang sedang terjadi jika kita hanya diam, apakah “mereka” akan terus membutakan mata kita dengan menelan habis-habis hasil dari keringat pendahulu kita? Jika sejarah mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan literacy, lalu kamu dimana anak muda? Dan jejak apa? Bisakah kau pinjamkan kepintaranmu itu untuk negeri ini? Untuk menguak kebenaran, sejarah, serta untuk mengembalikan masa keemasan negeri ini untuk menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic