We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 04 Maret 2014

Menciptakan Religious Harmony didalam Kelas

Class review 4



Pada class review pertama saya menulis bahwa kita sedang berada diatas sebuah kapal bernama “Writing 4”. Kita akan bertahan di kapal ini selama lebih kurang tiga bulan kedepan. Persiapan yang matang sangatlah dibutuhkan agar kita semua dapat bertahan di kapal ini dan mencapai daratan dengan wajah berseri dan senyum mengembang dibibir. Kini, sudah lebih dari lima minggu kita berada di kapal ini dan telah mengalami berbagai terjangan ombak dengan berbagai ketinggian dan kekuatan yang berbeda. Namun, dengan keyakinan teguh dari kita semua, sampai detik ini kita masih bertahan diatas kapal ini. Saya pribadi masih akan terus bertahan diatas kapal ini karena keinginan kuat saya untuk terus maju dan mencapai daratan yang akan menjadi pintu gerbang masa depan saya sendiri.
Perumpamaan yang tergambar pada paragraf diatas menjelaskan secara tersirat betapa sungguh-sungguh perjuangan kita agar sampai di daratan dengan selamat. Berusaha dengan sekuat tenaga agar tetap bisa bertahan di atas kapal ini dan terus berusaha sebaik mungkin menjalankan segala arahan dari sang komando kapal. Arahan yang menjadi petunjuk kita agar tetap selamt berada di kapal ini. Itulah gambaran yang saya bayangkan untuk perjuangan kami dan saya pribadi tentunya untuk mata kuliah writing 4 ini.
Bagiku, dunia malam sudahlah tidak asing lagi. Kesunyian yang dihadirkannya mampu memberikan secercah harapan dalam pembuatan sebuah karya. Suasana yang tidak saya temukan disiang hari. Itulah yang membuat saya mengagumi malam dengan segala kesunyian dan misteri yang belum terkuat jelas. Seperti goresan kata yang tertuang berikut ini dari seseorang yang mengagumi kesunyian:

Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada [momen] penemuan dari apa yang dalam riuh gelisah dicari. Dalam sepi ada berhenti dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir indera kita. Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu satu untuk ditafakuri, lalu dimaknai, dan dijadikan berguna bagi kita. Bila tidak mereka hanya dengungan yang bising di kepala saja tak mengendap menjadi sesuatu yang mengizinkan kita memahami dunia di sekitar kita [sedikit] lebih baik.
Berkariblah dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain.
Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak.
Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih. (Budi Hermawan)

Kali ini dipertemuan kelima pada hari selasa, 25 februari 2014 kelas dimulai. Materi yang dibahas kali ini masih tentang Classroom Discourse yang minggu sebelumnya dijadikan topik pembahasan untuk critical review kita. Mr. Lala menjelaskan beberapa aspek yang belum kita sentuh didalam critical review kita.
Classroom Discourse yang Mr. Lala jelaskan berhubungan erat dengan religious harmony atau kerukunan beragama. Disini kita dituntut bagaimana untuk memupuk kerukunan beragama didalam kelas. Janganlah dulu kita memikirkan masalah kerukunan beragama dengan ruang lingkup yang lebih luas jika didalam ruang lingkup terkecil saja kita belum bisa memupuk dan mempraktekan kerukunan beragama dengan baik di kelas. Religious harmony berkaitan sangat erat dengan classroom discourse karena religious harmony sendiri dimulai dari pendidikan di sekolah.
Classroom discourse merupakan kunci utama dalam memupuk kerukunan beragama, karena itulah classroom discourse merupakan sacred site atau situs suci yang merupakan tempat pokok terjadinya ritual religious harmony. Itulah yang menjadikan Classroom Discourse menjadi tempat yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu. Dalam artian kelas hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu yang sanggung menjaga keharmonisan kelas.
Mengapa classroom discourse sangat complicated ? alasannya karena didalam classroom discourse meliputi interaction dan talk. Didalam interaction membahas tentang background seseorang, communicative strategies dan meaning-making practice. Interaction adalah segala sesuatu yang terjadi didalam kelas yang melibatkan seluruh penghuni kelas. Talk, semua konflik dan harmony atau kerukunan muncul dari talk. Bagaimana cara dan kesopanan kita saat berbicara dengan seseorang akan memjadi masalah apabila teman yang kita ajak bicara tidak menyukai cara kita berbicara yang mungkin mereka anggap tidak sopan.
Dalam pembahasan mengenai meaning-making practice dapat dijabarkan seperti saat kita dating ke sebuah kelas dengan ideology yang berbeda, values-disciplines yang berbeda pula. Intinya untuk mencapai sebuah kerukunan beragama yang baik didalam kelas dibutuhkan kebersamaa yang kuat dengan visi dan misi sama yang sekolah miliki. Didalam classroom discourse membahs dua hal besar, yaitu: text dan context. Text dan context merupakan penilaian dari bagaimana cara kita berpakaian, bersikap dan berbicara.
Berikut ini adalah penjelasan tentang Classroom Discourse yang bersumber dari ebook Rymes, B. (in press, 2008). Classroom Discourse Analysis: A Tool for Critical
Reflection. Cresskill, NJ: Hampton Press.

What is (Critical) Classroom Discourse Analysis?
Sebelum kita mulai bekerja pada discourse analyses kita sendiri, bagaimanapun, itu akan berguna untuk memiliki definisi kerja Classroom Discourse Analysis. Seperti yang didiskusikan sebelumnya, seluruh discourse buku didefinisikan secara luas sebagai "language-in-use." Dan discourse analysis, adalah studi tentang bagaimana bahasa-di-gunakan dipengaruhi oleh konteks penggunaannya. Di dalam kelas, konteks dapat berkisar dari pembicaraan dalam pelajaran, untuk seumur hidup siswa sosialisasi, dengan sejarah lembaga pendidikan. Analisis wacana dalam kelas menjadi analisis wacana kritis kelas ketika para peneliti kelas mengambil efek dari konteks variabel tersebut menjadi pertimbangan dalam analisis mereka.
Discourse
Definisi paling sederhana dari discourse adalah language-in-us. Hal ini mungkin mengganggu jelas. Bahasa selalu digunakan, jadi mengapa tidak hanya menyebutnya "bahasa" ? Karena, ciri "discourse" (that it is “in-use”) adalah fitur yang sebagian orang percaya bukan komponen penting dari bahasa. Sebaliknya, beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa ciri bahasa adalah kemampuannya untuk de-contextualized. Sebagai contoh, kata, "pohon" tidak perlu "pohon  sekitar untuk dipahami. Seorang siswa akan memberitahu Anda ia melihat "pohon" hari ini, dan Anda akan tahu apa yang dia maksud. Dia tidak perlu menunjuk pada pohon atau menarik untuk Anda. Dalam hal ini, bahasa adalah de-contextualizable dan ini mungkin fitur yang membuat unik bahasa manusia.
Context (the Classroom and Beyond)
Bagaimana sebuah kata yang digunakan tergantung pada konteks. Dalam buku ini, yang paling jelas, "The Classroom" adalah konteks utama dan paling jelas untuk discourse kita akan menjadi penguji. Namun, "konteks" untuk discourse analysis kelas juga meluas di luar kelas, dan dalam komponen yang berbeda dari bicara kelas, untuk memasukkan konteks yang mempengaruhi apa yang dikatakan dan bagaimana hal itu ditafsirkan dalam kelas. Konteks dapat dibatasi oleh batas-batas yang sesuai fisik bahasa di rumah mungkin berbeda dari bahasa yang sesuai di sekolah, tetapi konteks juga dapat dibatasi oleh batas-batas fisik tidak, tetapi dengan wacana bahasa batas - tepat dalam pelajaran mungkin berbeda dari bahasa yang sesuai setelah pelajaran berakhir (bahkan ketika duduk di meja yang sama).
Membangun definisi awal kami dari Classroom Discourse Analysis sebagai sebuah investigasi bagaimana discourse (language-in-use) dan konteks mempengaruhi satu sama lain , kerangka kerja kami terdiri dari tiga dimensi yang selalu ada dari language-in-use:
1) Social context - faktor sosial di luar interaksi langsung yang mempengaruhi bagaimana kata-kata berfungsi dalam interaksi itu (e.g., how does social context influence whether you or your students use the word dude? What effects would it have?);
2) Interactional context - pola sekuensial atau lain bicara dalam interaksi yang mempengaruhi apa yang kita bisa dan tidak bisa mengatakan, dan bagaimana orang lain menafsirkannya dalam wacana kelas (e.g., in what sequence of interaction would your use the word dude? A greeting? A compliment? What effects would it have on the rest of the interaction?); dan
3) Individual agency - individu pengaruh seorang individu dapat memiliki pada bagaimana kata-kata yang digunakan dan diinterpretasikan dalam interaksi (e.g., When and why would an individual choose to use dude and for what purpose? How much can an individual control its effects? ).
Multidimensionalitas ini, pengaruh simultan dari konteks sosial , konteks interaksional, dan individu lembaga - adalah fitur dari setiap interaksi kelas.
Tentu saja, masing-masing dimensi tidak terlepas dari yang lain, dan kadang-kadang, satu atau yang lain adalah fitur lebih menonjol. Menggoda mereka terpisah melalui analisis wacana, bagaimanapun, memberi pemahaman dan kontrol atas kata-kata yang lebih besar dalam kelas - sehingga kita tidak akan menafsirkan kata-kata satu - dimensi, atau menggunakan atau mendengar bahasa tanpa mengakui kekuatan multidimensi untuk mengontrol bagaimana kita melihat diri kita dan orang lain.
Kesimpulannya, proses berjalannya classroom discourse sangat penting dalam menciptakan kerukunan beragama di kelas. Dengan adanya interaksi yang baik antar penghuni kelas, niscaya tujuan dari classroom discourse dapat tercapai. Selain classroom discourse, kita juga harus menjadi qualified. Setalah menjadi seorang reader, tahap selanjutnya adalah qualified reader. Syarat menjadi qualified reader adalah dengan menjernuhkan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic