We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Minggu, 02 Maret 2014

Membangun Negara Bertoleran dan Multikultural



Critical review 

Ini adalah sebuah critical review perdana dari wacana yang berjudul “ classroom discourse to foster religious harmony ”, yang ditulis oleh A. Chaedar Alwasilah, Bandung | Opinion | Sat, October 22 2011, 12:07 PM.  Dalam wacana tersebut dijelaskan bahwa,  Kemajuan suatu bangsa atau Negara dapat dilihat dari kualitas sistem pendidikannya.  Sistem pendidikan tersebut menjadi factor utama untuk menilai kualitas suatu Negara.
Praktek sistem pendidikan yang baik itu adalah modal untuk mewujudkan Indonesia menjadi Negara yang maju.  Salah satu untuk membentuk sistem pendidikan yang baik adalah dengan cara mengajarkan pendidikan dasar.  Seorang pendidik harus mampu mengajarkan keterampilan berbahasa, baik itu menulis, membaca, menyimak, beretika, dan lain-lain.  Itu semua harus diajarkan dari mulai sejak dini, agar terwujud seorang penerus bangsa yang berliterat.  Memberikan siswa keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai individu, anggota, dan juga sebagai masyarakat warga Negara.
Bisa dikatakan Negara kita telah gagal menciptakan pendidikan yang berliterat, karena beberapa tahun kebelakang terjadi insiden memalukan seorang anggota parlemen bertukar kata-kata yang kasar dan sangat tidak sopan.  Tayangan itu ditonton oleh ribuan siswa, yang secara tidak langsung itu mendidik siswa dengan didikan yang sangat buruk dan contoh yang tidak pantas.  Itulah sebabnya Indonesia selalu di belakang, karena itu dampak dari petingginya sendiri.
Padahal keanekaragaman dari mulai suku, budaya, agama, sosial, dan etnis, itu bukanlah sebuah halangan untuk menjadikan sebuah Negara yang maju.  Maka dari itu seorang pendidik harus mampu mempengaruhi siswanya untuk saling menghormati dan menghargai.  Indonesia, adalah Negara yang mempunyai lima dasar (pancasila).  Harusnya dengan adanya pancasila kita harus membuktikan pengamalan kita dari tiap-tiap poin pancasila.  Kita harus mengingat dengan sila yang pertama yaitu “ ketuhanan yang maha esa ”, dan untuk sebuah pengamalan terhadap sila pertama ini yaitu dengan cara :
  1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
  2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
  3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
  4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Seharusnya kita bisa mengamalkan semuanya yang terdapat pada sila yang pertama.  Akan tetapi sungguh miris melihatnya, dengan semakin berkembangnya zaman kini malah menjadi edan.  Semuanya hanya memandang sebelah mata, terutama para peserta didik.  Pada zaman sekarang ini kita sering menemukan atau melihat banyak para peserta didik melakukan tawuran dengan antar siswa ataupun dengan sekolah lainnya.  Rata-rata penyebab itu semua hanya karena adanya perbedaan, baik itu perbedaan pendapat, agama, ataupun budaya, mereka masih kurang peka dan rasa hormat terhadap orang lain.  Masalah sosial ini adalah sebuah tantangan untuk seorang pendidik yang harus memikirkan sistem pendidikan yang baik untuk generasi kedepannya sebagai warga Negara yang demokratis dan juga berbudi pekerti yang baik.
Kurangnya kualitas suatu Negara, karena SDM nya itu sendiri.  Indonesia terkenal akan keindahan alamnya, akan tetapi juga terkenal akan kebodohannya.  Minimnya suatu pendidikan di Indonesia terbukti dengan banyaknya kekayaan Indonesia yang tidak dimanfaatkan, dan masih banyaknya perselisihan dan ketidak adaannya rasa hormat dan saling menghargai.  Itu semua adalah bentuk dari keragaman lintas budaya yang sama-sama dipegang erat oleh masing-masing individu atau berbagai kelompok.  Keegoisan itu tidak seharusnya terus dibiarkan, tapi sulit memang untuk memusnahkannya.
Semua orang mengetahui arti dari Bhineka Tunggal Ika, adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Empu Tantular.  Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya, namun tetap satu kesatuan  yang sebangsa dan setanah air.  Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa, dan lain-lain.  Kata-kata Bhineka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang Negara Republik Indonesia, dikaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhineka Tunggal Ika.
Walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.  Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan, namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan.  Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya proses nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas Bangsa dan Negara. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah, namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin.
Bagaimanapun juga kita harus bisa menjungjung tinggi Negara Indonesia.  Maka kerukunan umat beragama harus dikembangkan disekolah pada awal usia mungkin.  Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka . Dalam konteks sekolah , itu adalah hubungan ini di mana rekan-rekan menghormati , membantu , berbagi , dan umumnya sopan terhadap satu sama lain.  Dalam pengaturan multikultural , siswa berasal dari latar belakang etnis , agama dan sosial yang berbeda dan pola pikir mereka dominan dibentuk oleh latar belakang mereka.
Untuk itu, siswa harus dilatih untuk berinteraksi langsung dengan rekannya dan memberikan pendapat-pendapat yang relevan.  Ini bertujuan untuk menghidupkan suasana kelas dan mereka akan mengembangkan wacana sipil yang positif sebagai sebagian pendidikan dari kewarganegaraan.  Seorang guru harus membagi mereka kedalam beberapa kelompok yang didalamnya terdapat berbeda-beda ras, adat, dan bahasa.  Agar mereka mengetahui kemampuan untuk menjaga hubungan baik sangat penting bagi keberhasilan individu.  Sebaliknya, ketidak mampuan untuk menjaga hubungan baik akan merugikan individu dan dapat menyebabkan konflik sosial tertentu dalam suatu masyarakat.
Maka dari itu siswa harus diajarkan saling menghormati dan menghargai dari sejak dini.  Seorang siswa SD yang belum mampu memberikan alasan informasi dan bukti dari argumen mereka, tapi mereka bisa mengekspresikan kesepakatan dan ketidak sepakatan dengan cara yang sopan.  Dengan begitu, pembelajaran ini membuktikan bahwa sekolah harus berfungsi sebagai laboratorium untuk latihan masyarakat sipil.  Pendidikan kita harus mengembangkan tidak hanya penalaran ilmiah saja, tetapi juga wacana sipil yang positif.  Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam mengembangkan warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat penting untuk menciptakan warga Negara yang beradab.
Mengenai tentang menciptakan warga Negara yang beradab, ini berdasarkan dengan sila yang ke dua yaitu sila kemanusiaan yang adil dan beradab :
  1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
  2. Saling mencintai sesama manusia.
  3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
  4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
  5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
  6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Maka dari itu kita harus multikulturalisme yang dimana bisa menerima dan menghargai terhadap suatu kebudayaan, baik itu budaya Negara sendiri ataupun yang lain.  Kita juga tidak harus membeda-bedakan setiap kebudayaan, karena dari setiap kelompok masyarakat mempunyai kebudayaan atau adat yang berbeda-beda dan itu akan menjadi cirri khas masyarakat itu sendiri.   Negeri ini luas terbentuk beberapa pulau didalamnya, maka dari itu kita memiliki banyak perbedaan.
Mengingat kembali tentang isi dari UUD 1945 yang sering kit abaca yaitu : “ Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.  Itulah cita-cita para pahlawan kita yang telah memerdekakan Indonesia, mereka ingin mewujudkan impian mereka Indonesia menjadi Negara yang makmur, bersatu, adil, dan berdaulat.  Seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman, kini Indonesia jauh dari apa yang diharapkan.  Kebulatan tekad dari pejuang kita untuk mewujudkan “Persatuan Indonesia”, kemudian mereka membuat ikrar yang disebut “Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 oktober 1928 di Jakarta yang berbunyi :
a. PERTAMA. Kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu tanah air Indonesia.
b. KEDUA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
c. KETIGA. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.
            Maka dari itu Indonesia memiliki tiga aspek persatuan yaitu : satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.    
            Indonesia di jajah BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka untuk itu Indonesia memilih semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada zaman sekarang sudah tidak berguna lagi di masyarakat Indonesia, karena banyaknya tawuran antar Desa, Antara pelajar, dan lain-lain sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia.Jadi Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di zaman sekarang, pada zaman dahulu banya peristiwa heroik terjadi setelah ataupun sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar yang terjadi di kota SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.Semua itu di lakukan agar para anak cucunya di masa depan agar bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus membangkitkan rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, tanpa mereka kita tidak bisa merasakan hidup nyaman seperti sekarang ini.
            Pada periode ini Indonesia sudah merdeka, akan tetapi merdeka dalam istilah sudah terbebas dari penjajahan belanda.  Indonesia sebenarnya belum merdeka, karena pada realitanya didalam Negara ini bisa dikatakan masih belum rukun dan tidak multicultural.  Terbukti dengan banyaknya pertentangan, permusuhan, dan banyaknya seorang koruptor.  Padahal, Indonesia dominan diisi oleh kalangan umat muslim.  Akan tetapi multikulturalismenya tidak terbangun dan tidak bertoleransi.  Itulah penyakitnya Indonesia.  Sedangkan Negara yang diisi oleh yag bukan umat muslim mereka Negara yang damai dan maju.
            Miris memang kita mengetahui pendidikan di Indonesia kurang berkualitas maka banyak orang yang belajar di luar negeri.  Akan tetapi itu bukanlah tindakan yang tepat, seharusnya apabila kita peduli terhadap Indonesia maka kita harus merubah atau membenahi sistem dari pendidikan kita dan melahirkan guru-guru yang berkualitas tinggi.  sekarang pendidikan umum dan pendidikan agama sudah dianggap sebagai cara tradisional pengajaran agama yang telah dikritik karena menekankan aspek teologis dan ritual , mengabaikan aspek-aspek sosial , interaksi yaitu horizontal dan toleransi antar pengikut agama yang berbeda.  Akan  tetapi setidaknya kita masih bisa menerapkan sistem pendekatan pendidikan umum dengan lebih berfokus pada pengembangan potensi diri dalam skala luas tidak hanya sekedar aspek intelektual, tetapi semua aspek, yaitu intelektual, emosi, dan sosial peserta didik.
            Pada realitanya adanya pertentangan dan permusuhan itu karena adanya perbedaan agama, dan adanya ajaran-ajaran sesat.  Juga adanya rasa kebenaran didalam dirinya sehingga hilangnya arti Bhineka Tunggal Ika.  Sehingga adanya fnomena pemboman bunuh diri yang dianggapnya itu adalah berjihad.
            Maka dari itu budaya toleransi dalam beragama harus dikembangkan lagi, dan tidak hanya dalam pendidikan tapi juga dalam masyarakat.   Toleransi beragama itu bertujuan untuk membangun keyakinan didalam diri kita dan kita mampu menerima berbagai ajaran agama yang dianutnya.  Dengan begitu setiap sekolah diajarkan yang namanya Pendidikan Agama Islam, jangan sampai siswa rabun tentang pendidikan agama.  Akan tetapi pelajaran tentang beragama tidak hanya dalam bentuk materi, tapi juga dalam bentuk prilaku,dan pengalaman.        
            Karena kurangnya sikap multilateral dan toleran dalam diri, masyarakat tidak pernah atau mungkin jarang menghargai budaya agama lain.  Akan tetapi ini juga bisa jadi disebabkan karena pendidikan agama terlalu fanatisme terhadap agamanya masing-masing, sehingga mereka tidak bertoleransi.  Jangankan berbeda keyakinan, dalam satu keyakinanpun masih tidak mempunyai sikap multilateral.  Terlebih dalam agama islam yang didalamnya terdapat beberapa mazhab atau aliran, merekapun masih belum bersikap multilateral dan toleran.  Maka dari itu toleransi dan multikulturalisme beragama harus lebih dikembangkan lagi.
            Multilateralisme dalam beragama cukup menghargai dan menghormatinya, tanpa harus mengikuti budayanya atau berpindah agama.
            Sebenarnya pendidikan liberal itu memang hampir sama dengan pendidikan umum, dan tujuan dari pendidikan liberal adalah untuk menjadikan siswa mahasiswa memiliki kemampuan dan kecenderungan untuk menghadapi fakta, teori, dan tindakan melalui perbincangan rasional. Pendidikan liberal juga akan memayungi pendidikan kognitif, moral, dan emosi.  Pendidikan  liberal terfokus pada mata pelajaran sebagai warisan tradisi dan lebih mengembangkan aspek intelektual.  Pendidikan liberal memang mempunyai kesamaan dengan pendidikan umum yaitu menyiapkan individu sebagai pribadi yang utuh, bukannya menyiapkan tenaga vokasional.
            Dalam konteks Indonesia , pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis , agama dan minoritas bahasa dan budaya . Terlepas dari karir mereka - politisi , insinyur , petani , atau pengusaha - siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai di daerah-daerah.  Dengan demikian didefinisikan , pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun dan provinsi terhadap orang lain . Pada dasarnya , itu penempaan kamil insan , yaitu orang yang ideal yang memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan atau penunjukan sebagai warga negara yang demokratis.
Dalam teks ini Classroom Discourse to Foster Religious Harmony, menyadarkan kita tentang sebuah persatuan dan multilateralisme.   Bertoleran dan multilateralisma  adalah suatu kunci untuk mewujudkan cita-cita sumpah pemuda.  Sesuai dengan lambang panca sila yang kedua yaitu rantai, bahwa : Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.  Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.  Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.  Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.  Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.  Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.  Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.  Berani membela kebenaran dan keadilan.  Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.  Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sebenarnya teks tentang Classroom Discourse to Foster Religious Harmony, saya masih bingung apa iu pengertian pendidikan liberal.  Memang untuk keseluruhan sedikitnya dapat saya pahami dan mengerti.  Karena seolah-olah setiap paragraph itu berganti-ganti topic.  Akan tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil dari teks tersebut.  Teks tersebut mengingatkan tentang betapa pentingnya suatu multilateralisme dan toleransi.  Dengan begitu kita termotivasi untuk menanamkan kembali arti dari Bhineka Tunggal Ika didalam diri.  Dalam kehidupan masyarakat kita Indonesia,  kita harus selalu menjaga kerukunan dalam beragama agar tidak ada lagi permusuhan yang diakibatkan karena kurangnya sikap toleransi dalam beragama.  Agar Negara ini tidak terpecah belah karena perbedaan.  Apabila sikap toleransi antar agama dapat dibina dengan baik, maka akan tercipta Negara yang damai, aman, tenang, dan tentram.
Pada kesimpulannya toleransi dan multikulturalisme itu sangatlah penting.  Terlebih lagi dalam suatu pendidikan.  Untuk memajukan suatu Negara kita harus membina dan menanamkan sikap toleransi dan multicultural dalam individual.  Tidak hanya itu kita harus menanamkan semua pengamalan yang terdapat pada pancasila dan sumpah pemuda,  kita harus membuktikan atau mewujudkan arti dari Bhineka Tunggal Ika yaitu (berbeda-beda tapi tetap satu jua).  Dalam Negara indonesia terdapat berbagai macam pulau dan budaya, tapi tujuan kita adalah sama yaitu menjadikan Negara indonesia yang merdeka seutuhnya tanpa adanya permasalah dan permusuhan didalamnya.  Dengan begitu kita bisa mewujudkan cita-cita pahlawan kita yang telah berjuang untuk indonesia, maka dengan itu kita harus membalas jasa mereka.




References  

Alwasilah A.Chaedar, Pokoknya Rekayasa Literasi, PT Kiblat Buku Utama, Bandung, 2012.





Critical review

Membangun Negara Bertoleran dan Multikultural
Ini adalah sebuah critical review perdana dari wacana yang berjudul “ classroom discourse to foster religious harmony ”, yang ditulis oleh A. Chaedar Alwasilah, Bandung | Opinion | Sat, October 22 2011, 12:07 PM.  Dalam wacana tersebut dijelaskan bahwa,  Kemajuan suatu bangsa atau Negara dapat dilihat dari kualitas sistem pendidikannya.  Sistem pendidikan tersebut menjadi factor utama untuk menilai kualitas suatu Negara.
Praktek sistem pendidikan yang baik itu adalah modal untuk mewujudkan Indonesia menjadi Negara yang maju.  Salah satu untuk membentuk sistem pendidikan yang baik adalah dengan cara mengajarkan pendidikan dasar.  Seorang pendidik harus mampu mengajarkan keterampilan berbahasa, baik itu menulis, membaca, menyimak, beretika, dan lain-lain.  Itu semua harus diajarkan dari mulai sejak dini, agar terwujud seorang penerus bangsa yang berliterat.  Memberikan siswa keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai individu, anggota, dan juga sebagai masyarakat warga Negara.
Bisa dikatakan Negara kita telah gagal menciptakan pendidikan yang berliterat, karena beberapa tahun kebelakang terjadi insiden memalukan seorang anggota parlemen bertukar kata-kata yang kasar dan sangat tidak sopan.  Tayangan itu ditonton oleh ribuan siswa, yang secara tidak langsung itu mendidik siswa dengan didikan yang sangat buruk dan contoh yang tidak pantas.  Itulah sebabnya Indonesia selalu di belakang, karena itu dampak dari petingginya sendiri.
Padahal keanekaragaman dari mulai suku, budaya, agama, sosial, dan etnis, itu bukanlah sebuah halangan untuk menjadikan sebuah Negara yang maju.  Maka dari itu seorang pendidik harus mampu mempengaruhi siswanya untuk saling menghormati dan menghargai.  Indonesia, adalah Negara yang mempunyai lima dasar (pancasila).  Harusnya dengan adanya pancasila kita harus membuktikan pengamalan kita dari tiap-tiap poin pancasila.  Kita harus mengingat dengan sila yang pertama yaitu “ ketuhanan yang maha esa ”, dan untuk sebuah pengamalan terhadap sila pertama ini yaitu dengan cara :
  1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
  2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
  3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
  4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Seharusnya kita bisa mengamalkan semuanya yang terdapat pada sila yang pertama.  Akan tetapi sungguh miris melihatnya, dengan semakin berkembangnya zaman kini malah menjadi edan.  Semuanya hanya memandang sebelah mata, terutama para peserta didik.  Pada zaman sekarang ini kita sering menemukan atau melihat banyak para peserta didik melakukan tawuran dengan antar siswa ataupun dengan sekolah lainnya.  Rata-rata penyebab itu semua hanya karena adanya perbedaan, baik itu perbedaan pendapat, agama, ataupun budaya, mereka masih kurang peka dan rasa hormat terhadap orang lain.  Masalah sosial ini adalah sebuah tantangan untuk seorang pendidik yang harus memikirkan sistem pendidikan yang baik untuk generasi kedepannya sebagai warga Negara yang demokratis dan juga berbudi pekerti yang baik.
Kurangnya kualitas suatu Negara, karena SDM nya itu sendiri.  Indonesia terkenal akan keindahan alamnya, akan tetapi juga terkenal akan kebodohannya.  Minimnya suatu pendidikan di Indonesia terbukti dengan banyaknya kekayaan Indonesia yang tidak dimanfaatkan, dan masih banyaknya perselisihan dan ketidak adaannya rasa hormat dan saling menghargai.  Itu semua adalah bentuk dari keragaman lintas budaya yang sama-sama dipegang erat oleh masing-masing individu atau berbagai kelompok.  Keegoisan itu tidak seharusnya terus dibiarkan, tapi sulit memang untuk memusnahkannya.
Semua orang mengetahui arti dari Bhineka Tunggal Ika, adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Empu Tantular.  Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya, namun tetap satu kesatuan  yang sebangsa dan setanah air.  Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa, dan lain-lain.  Kata-kata Bhineka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang Negara Republik Indonesia, dikaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhineka Tunggal Ika.
Walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.  Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan, namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan.  Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya proses nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas Bangsa dan Negara. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah, namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin.
Bagaimanapun juga kita harus bisa menjungjung tinggi Negara Indonesia.  Maka kerukunan umat beragama harus dikembangkan disekolah pada awal usia mungkin.  Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka . Dalam konteks sekolah , itu adalah hubungan ini di mana rekan-rekan menghormati , membantu , berbagi , dan umumnya sopan terhadap satu sama lain.  Dalam pengaturan multikultural , siswa berasal dari latar belakang etnis , agama dan sosial yang berbeda dan pola pikir mereka dominan dibentuk oleh latar belakang mereka.
Untuk itu, siswa harus dilatih untuk berinteraksi langsung dengan rekannya dan memberikan pendapat-pendapat yang relevan.  Ini bertujuan untuk menghidupkan suasana kelas dan mereka akan mengembangkan wacana sipil yang positif sebagai sebagian pendidikan dari kewarganegaraan.  Seorang guru harus membagi mereka kedalam beberapa kelompok yang didalamnya terdapat berbeda-beda ras, adat, dan bahasa.  Agar mereka mengetahui kemampuan untuk menjaga hubungan baik sangat penting bagi keberhasilan individu.  Sebaliknya, ketidak mampuan untuk menjaga hubungan baik akan merugikan individu dan dapat menyebabkan konflik sosial tertentu dalam suatu masyarakat.
Maka dari itu siswa harus diajarkan saling menghormati dan menghargai dari sejak dini.  Seorang siswa SD yang belum mampu memberikan alasan informasi dan bukti dari argumen mereka, tapi mereka bisa mengekspresikan kesepakatan dan ketidak sepakatan dengan cara yang sopan.  Dengan begitu, pembelajaran ini membuktikan bahwa sekolah harus berfungsi sebagai laboratorium untuk latihan masyarakat sipil.  Pendidikan kita harus mengembangkan tidak hanya penalaran ilmiah saja, tetapi juga wacana sipil yang positif.  Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam mengembangkan warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat penting untuk menciptakan warga Negara yang beradab.
Mengenai tentang menciptakan warga Negara yang beradab, ini berdasarkan dengan sila yang ke dua yaitu sila kemanusiaan yang adil dan beradab :
  1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
  2. Saling mencintai sesama manusia.
  3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
  4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
  5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
  6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Maka dari itu kita harus multikulturalisme yang dimana bisa menerima dan menghargai terhadap suatu kebudayaan, baik itu budaya Negara sendiri ataupun yang lain.  Kita juga tidak harus membeda-bedakan setiap kebudayaan, karena dari setiap kelompok masyarakat mempunyai kebudayaan atau adat yang berbeda-beda dan itu akan menjadi cirri khas masyarakat itu sendiri.   Negeri ini luas terbentuk beberapa pulau didalamnya, maka dari itu kita memiliki banyak perbedaan.
Mengingat kembali tentang isi dari UUD 1945 yang sering kit abaca yaitu : “ Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.  Itulah cita-cita para pahlawan kita yang telah memerdekakan Indonesia, mereka ingin mewujudkan impian mereka Indonesia menjadi Negara yang makmur, bersatu, adil, dan berdaulat.  Seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman, kini Indonesia jauh dari apa yang diharapkan.  Kebulatan tekad dari pejuang kita untuk mewujudkan “Persatuan Indonesia”, kemudian mereka membuat ikrar yang disebut “Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 oktober 1928 di Jakarta yang berbunyi :
a. PERTAMA. Kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu tanah air Indonesia.
b. KEDUA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
c. KETIGA. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.
            Maka dari itu Indonesia memiliki tiga aspek persatuan yaitu : satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.    
            Indonesia di jajah BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka untuk itu Indonesia memilih semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada zaman sekarang sudah tidak berguna lagi di masyarakat Indonesia, karena banyaknya tawuran antar Desa, Antara pelajar, dan lain-lain sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia.Jadi Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di zaman sekarang, pada zaman dahulu banya peristiwa heroik terjadi setelah ataupun sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar yang terjadi di kota SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.Semua itu di lakukan agar para anak cucunya di masa depan agar bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus membangkitkan rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, tanpa mereka kita tidak bisa merasakan hidup nyaman seperti sekarang ini.
            Pada periode ini Indonesia sudah merdeka, akan tetapi merdeka dalam istilah sudah terbebas dari penjajahan belanda.  Indonesia sebenarnya belum merdeka, karena pada realitanya didalam Negara ini bisa dikatakan masih belum rukun dan tidak multicultural.  Terbukti dengan banyaknya pertentangan, permusuhan, dan banyaknya seorang koruptor.  Padahal, Indonesia dominan diisi oleh kalangan umat muslim.  Akan tetapi multikulturalismenya tidak terbangun dan tidak bertoleransi.  Itulah penyakitnya Indonesia.  Sedangkan Negara yang diisi oleh yag bukan umat muslim mereka Negara yang damai dan maju.
            Miris memang kita mengetahui pendidikan di Indonesia kurang berkualitas maka banyak orang yang belajar di luar negeri.  Akan tetapi itu bukanlah tindakan yang tepat, seharusnya apabila kita peduli terhadap Indonesia maka kita harus merubah atau membenahi sistem dari pendidikan kita dan melahirkan guru-guru yang berkualitas tinggi.  sekarang pendidikan umum dan pendidikan agama sudah dianggap sebagai cara tradisional pengajaran agama yang telah dikritik karena menekankan aspek teologis dan ritual , mengabaikan aspek-aspek sosial , interaksi yaitu horizontal dan toleransi antar pengikut agama yang berbeda.  Akan  tetapi setidaknya kita masih bisa menerapkan sistem pendekatan pendidikan umum dengan lebih berfokus pada pengembangan potensi diri dalam skala luas tidak hanya sekedar aspek intelektual, tetapi semua aspek, yaitu intelektual, emosi, dan sosial peserta didik.
            Pada realitanya adanya pertentangan dan permusuhan itu karena adanya perbedaan agama, dan adanya ajaran-ajaran sesat.  Juga adanya rasa kebenaran didalam dirinya sehingga hilangnya arti Bhineka Tunggal Ika.  Sehingga adanya fnomena pemboman bunuh diri yang dianggapnya itu adalah berjihad.
            Maka dari itu budaya toleransi dalam beragama harus dikembangkan lagi, dan tidak hanya dalam pendidikan tapi juga dalam masyarakat.   Toleransi beragama itu bertujuan untuk membangun keyakinan didalam diri kita dan kita mampu menerima berbagai ajaran agama yang dianutnya.  Dengan begitu setiap sekolah diajarkan yang namanya Pendidikan Agama Islam, jangan sampai siswa rabun tentang pendidikan agama.  Akan tetapi pelajaran tentang beragama tidak hanya dalam bentuk materi, tapi juga dalam bentuk prilaku,dan pengalaman.        
            Karena kurangnya sikap multilateral dan toleran dalam diri, masyarakat tidak pernah atau mungkin jarang menghargai budaya agama lain.  Akan tetapi ini juga bisa jadi disebabkan karena pendidikan agama terlalu fanatisme terhadap agamanya masing-masing, sehingga mereka tidak bertoleransi.  Jangankan berbeda keyakinan, dalam satu keyakinanpun masih tidak mempunyai sikap multilateral.  Terlebih dalam agama islam yang didalamnya terdapat beberapa mazhab atau aliran, merekapun masih belum bersikap multilateral dan toleran.  Maka dari itu toleransi dan multikulturalisme beragama harus lebih dikembangkan lagi.
            Multilateralisme dalam beragama cukup menghargai dan menghormatinya, tanpa harus mengikuti budayanya atau berpindah agama.
            Sebenarnya pendidikan liberal itu memang hampir sama dengan pendidikan umum, dan tujuan dari pendidikan liberal adalah untuk menjadikan siswa mahasiswa memiliki kemampuan dan kecenderungan untuk menghadapi fakta, teori, dan tindakan melalui perbincangan rasional. Pendidikan liberal juga akan memayungi pendidikan kognitif, moral, dan emosi.  Pendidikan  liberal terfokus pada mata pelajaran sebagai warisan tradisi dan lebih mengembangkan aspek intelektual.  Pendidikan liberal memang mempunyai kesamaan dengan pendidikan umum yaitu menyiapkan individu sebagai pribadi yang utuh, bukannya menyiapkan tenaga vokasional.
            Dalam konteks Indonesia , pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis , agama dan minoritas bahasa dan budaya . Terlepas dari karir mereka - politisi , insinyur , petani , atau pengusaha - siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai di daerah-daerah.  Dengan demikian didefinisikan , pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun dan provinsi terhadap orang lain . Pada dasarnya , itu penempaan kamil insan , yaitu orang yang ideal yang memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan atau penunjukan sebagai warga negara yang demokratis.
Dalam teks ini Classroom Discourse to Foster Religious Harmony, menyadarkan kita tentang sebuah persatuan dan multilateralisme.   Bertoleran dan multilateralisma  adalah suatu kunci untuk mewujudkan cita-cita sumpah pemuda.  Sesuai dengan lambang panca sila yang kedua yaitu rantai, bahwa : Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.  Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.  Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.  Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.  Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.  Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.  Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.  Berani membela kebenaran dan keadilan.  Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.  Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sebenarnya teks tentang Classroom Discourse to Foster Religious Harmony, saya masih bingung apa iu pengertian pendidikan liberal.  Memang untuk keseluruhan sedikitnya dapat saya pahami dan mengerti.  Karena seolah-olah setiap paragraph itu berganti-ganti topic.  Akan tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil dari teks tersebut.  Teks tersebut mengingatkan tentang betapa pentingnya suatu multilateralisme dan toleransi.  Dengan begitu kita termotivasi untuk menanamkan kembali arti dari Bhineka Tunggal Ika didalam diri.  Dalam kehidupan masyarakat kita Indonesia,  kita harus selalu menjaga kerukunan dalam beragama agar tidak ada lagi permusuhan yang diakibatkan karena kurangnya sikap toleransi dalam beragama.  Agar Negara ini tidak terpecah belah karena perbedaan.  Apabila sikap toleransi antar agama dapat dibina dengan baik, maka akan tercipta Negara yang damai, aman, tenang, dan tentram.
Pada kesimpulannya toleransi dan multikulturalisme itu sangatlah penting.  Terlebih lagi dalam suatu pendidikan.  Untuk memajukan suatu Negara kita harus membina dan menanamkan sikap toleransi dan multicultural dalam individual.  Tidak hanya itu kita harus menanamkan semua pengamalan yang terdapat pada pancasila dan sumpah pemuda,  kita harus membuktikan atau mewujudkan arti dari Bhineka Tunggal Ika yaitu (berbeda-beda tapi tetap satu jua).  Dalam Negara indonesia terdapat berbagai macam pulau dan budaya, tapi tujuan kita adalah sama yaitu menjadikan Negara indonesia yang merdeka seutuhnya tanpa adanya permasalah dan permusuhan didalamnya.  Dengan begitu kita bisa mewujudkan cita-cita pahlawan kita yang telah berjuang untuk indonesia, maka dengan itu kita harus membalas jasa mereka.




References  

Alwasilah A.Chaedar, Pokoknya Rekayasa Literasi, PT Kiblat Buku Utama, Bandung, 2012.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic