Class
review
Dag, dig, dug, derr… begitulah rasanya
setiap kali Mr. Lala hendak memasuki kelas.
Tangan dingin disertai gemetar, hati deg-degan, takut, cemas, dan
tegang. Mirip sekali seperti rasa permen
nano-nano, rame rasanya alias campur aduk.
Padahal ini adalah bukan pertama kalinya belajar bersama beliau, tapi
perasaan itu selalu ada setiap kali bertemu dengan beliau. Saya tahu beliau bukanlah harimau, srigala,
ataupun monster, tapi entahlah kita mendadak kaku dan gemetar dibuatnya.
Bingung, takut, atau tidak tahu?
Entahlah yang pasti seperti biasanya setiap Mr. Lala berkeliling bertanya
kepada mahasiswa dengan satu persatu, semuanya mendadak lupa dan tidak
tahu. Khususnya pada siang tadi pukul
10.50 WIB (tgl, 19 feb 2014), hampir semua siswa yang ada dikelas tidak bisa
menjawab pertanyaan beliau. Jumlah siswa
yang menjawab pertanyaan beliau jumlahnya bisa dihitung, dan jumlahnya sangat
sedikit sekali. Mengejutkan bukan?
Semuanya terpesona oleh pertanyaan beliau, saya rasa semuanya mempunyai
jawabannya, akan tetapi mereka bingung untuk mengungkapkannya karena posisi Mr.
Lala tepat dihadapan kita, dan itu membuat kita menjadi kaku, takut, dan
bingung, yang pada akhirnya pertanyaan pun tidak bisa terjawab. Sebenarnya pertanyaan itu berhubungan tentang
chapter review minggu kemarin tentang ‘ Rekayasa Literasi ‘, dan untuk
pertanyaannya yaitu “apanya yang harus direkayasa?” apa coba?.
Ada beberapa orang siswa yang
menjawab bahwa yang harus direkayasa itu adalah ‘budayanya’. Akan tetapi itu bukanlah jawaban yang
diharapkan. Karena budaya adalah efek
samping, efek samping dari sebuah peraturan atau sistem yang pada akhirnya
menimbulkan budaya yang baik dan yang buruk.
Lalu apa jawabannya? Jawabannya adalah rekayasa itu proses, maka yang
harus dirubah itu prosesnya atau caranya yang direkayasa. Seperti yang disebutkan pada buku bacaan
kemarin bahwa untuk mewujudkan bangsa yang berliterat tinggi kita harus merubah
caranya, terutama pada pendidikan kita harus merubah kurikulumnya dan
merekayasa pendidiknya juga.
Rekayasa literasi adalah upaya yang
disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya
melalui penguasaan bahasa secara optimal.
Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan
pembudayaan, dan yang menjadi ujung tombak pendidikan adalah seorang “ guru ”
dengan fitur : komitmen etis, komitmen professional, strategi analistis dan
reflektif, pengetahuan bidang studi dan keterampilan literasi dan
numerasi. Maka dari itu yang direkayasa
itu adalah pengajaran membaca dan menulis, dalam empat dimensi :
·
Linguistic
·
Kognitif
·
Sosiokultural
·
Perkembangan
Pendidikan yang
berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dan
begitupun sebaliknya. Salah satu factor
penyebab Negara kita tertinggal, karena kita tidak memiliki pendidikan yang
berkualitas tinggi. Sehingga literasi Negara
kita masih minim (-), bisa dikatakan tidak berliterat tinggi (multiliterat). Karena orang yang berliterat mampu
berinteraksi dalam berbagai situasi.
Agar kita bisa menjadi orang yang berliterat tinggi, kita harus
menguasai empat aspek yang dimana mereka adalah sebagai hidup kita untuk
menjadi seorang berliterat tinggi.
Modal hidup :
·
Reading
·
Writing
·
Arithmetic
·
Reasoning
Dengan
begitu pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan yang kritis.
Literasi
adalah sesuatu yang kita lakukan.
Maksudnya adalah setiap perbuatan, sikap, tingkah laku, perkataan, dan
sampai pada cara membaca dan menulis, itulah literasi. Literasi itu layaknya DNA yang mengalir
ditubuh kita. Definisi baru tentang
literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin ‘edan’,
sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari. Menurut Ken Hyland, keberhasilan akademis
berarti representing diri anda dengan cara dihargai oleh disiplin anda,
mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang mewujudkan akademik.
Berbicara
mengenai akademik, pada pertemuan ini kita membahas tentang elemen-elemen pada
menulis akademik.
Academic
writing elements :
·
Cohesion
·
Clarity
·
Logical order
·
Consistency
·
Unity
·
Conciseness
·
Variety
·
Formality
·
Completeness
Berikut adalah
pngertian dari masing-masing elemen :
Ø Cohesion
(kohesi)
Gerakan halus atau
‘aliran’ antara kalimat dan paragraph.
Ø Clarity
(kejelasan)
Makna dari apa
yangpenulis maksudkan untuk berkomunikasi itu jelas.
Ø Logical
order (urutan logis)
Mengacu pada urutan
logis dari informasi dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari
umum ke khusus.
Ø Consistency
(konsisten)
Konsistensi mengacu
pada keseragaman gaya penulisan. Dari
paragraph satu menuju paragraph yang berikutnya tetap sama atau berkaitan.
Ø Unity
(kesatuan)
Kesatuan mengacu pada
pengecualian informasi yang secara tidak langsung berhubungan dengan topic yang
dibahas dalam paragraph tertentu.
Ø Conciseness
(keringkasan)
Keringkasan adalah
ekonomi kata-kata . tulisan yang bagus
dengan cepat sampai etitik dan menghilangkan kata yang tidak perlu.
Ø Completeness
(kelengkapan)
Sementara informasi
yang berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis berhak untuk
memberikan informasi penting mengenai topic tertentu.
Ø Variety
Membantu pembaca dengan
menambahkan beberapa bumbu dalam teks.
Ø Formality
Menulis akademik adalah
formal dalam nada. Ini berarti bahwa
kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan.
Seorang
penulis juga harus mempunyai endurance
(daya tahan), sampai dimana kita bisa bertahan menulis, centre of excellence, multilingual writer (L1 dan L2), dan
mengetahui cara memproduksinya.
Membaca
dan menulis, kegiatan kedua keterampilan tersebut memang sudah dilakukan oleh
semua orang. Akan tetapi tidak semua
orang mampu menjadi seorang pembaca dan penulis yang berkualitas tinggi. Jadi, kegiatan yang kita lakukan setiap
minggu membuat tulisan dengan jumlah ribuan kata itu bukanlah kuno, tapi itu adalah
skills yang kemungkinan orang lain belum tentu bisa melakukannya.
Pada
pertemuan ini Mr. Lala memberikan beberapa pertanyaan sebagai critical review,
diantaranya :
What
type of audience is the author targeting her article at?
Jenis
audiences yang saya targetkan disini adalah untuk masyarakat warga Negara
Indonesia, khususnya untuk pendidik dan peserta didik.
What are the central claims in his/her argument?
Argument
saya disini lebih menekankan tentang pentingnya sebuah literasi yang harus
lebih ditingkatkan lagi.
What
evidence does he/she
use to back up the points she is making?
Fakta
atau bukti yang saya berikan masih kurang lengkap.
Does
the author make any claims that are not backed up by evidence?
Disini
saya tidak membuat klaim.
Do
you think that the evidence is
sufficient, for an article in an academic text book?
Ya,
disini saya rasa sudah cukup dalam memberikan fakta-fakta.
·
Does the author use any emotive words or
statements? (If so, highlight any that you identify)
Tidak ada.
Pada
intinya apabila kita ingin Negara kita berkualitas tinggi, maka kita harus
merekayasa literasi yang ada di dalam negeri ini. Karena dengan tingginya kemampuan literasi
kita, itu akan membantu Negara ini maju dan berkualitas tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic