Wacana Kelas Bermula dari
Interaksi
Didalam laut terdapat dunia yang berbeda. Dimana dunia itulah yang lebih luas dari
bumi. Dunia itu berisi perhiasan laut
yang begitu indah, batu karang, ikan hias dan tumbuh-tumbuhan yang unik. Untuk dapat semua itulah tidaklah mudah. Hanya orang-orang tertentulah yang bisa
melihat keindahan alam yang begitu indah lan megah layaknya disurga. Seseorang yang bisa berenanglah yang bisa
melihat semua itu. Namun, orang yang
bisa berenang, belum tentu bisa melihat dunia tersebut. Orang yang mempunyai tekhnik dan cara
berenang yang ahli lah yang bisa melihat dunia tersebut. Itu adalah yang disebut orang hebat. Untuk menjadi orang hebatlah tidak mudah ia
dapatkan. Dengan cara berjuang, bekerja
keras, dan pantang menyerah, yang disebut orang hebat. Dengan usaha latihan, latihan, dan latihanlah
mereka bisa menempuh semua itu. Dalam
menempuh sebuah jalan, tidak semua jalan itu mulus, tetapi jalan bergelombang,
berlubang, itulah yang dinamakan sebuah rintangan. Yang mana rintangan tersebut harus
dihadapi. Contohnya didalam laut
terdapat ikan hiu yang akan menerkam mereka.
Tetapi mereka mempunyai cara ataupun tekhnis untuk menghadapinya. Begitu pula dengan kita untuk meraih sebuah
cita-cita tidaklah mudah. Kita harus
berjuang sekuat tenaga untuk meraihnya
Dalam menulis tidaklah mudah, karena
menulis adalah sesuatu yang harus dilakukan secara telaten, ulet, hati-hati dan
menguras otak kita. Seorang penulis
tidak langsung menjadi penulis yang handal.
Tetapi mereka berlatih ulet dan memikirkan dengan baik tentang ide yang
akan mereka tulis. Banyak rintangan yang
terjadi dalam menulis, yaitu ide yang mentog, pikiran yang tidak konsentrasi
dan malas untuk memulai menulis. Semua
itumereka hadapi dengan cara dan trik tersendiri, dan yang pasti semua orang
banyak yang tidak memilikinya.
Desahan nafas yang seolah-olah
menahan rasa lelah, tanganyang berbunyi seakan-akan tidak bisa digerakkan, mata
yang merah seakan-akan mau keluar, otak yang panas seolah-olah akan
meledak. Itulah yang dirasakan saya saat
ini. Tetapi dengan begitu kita bisa
menyadari bahwa begitu pentingnya waktu.
Kehilangan waktu satu menit, seolah-olah kita susah menghilangkan satu
paragraph. Dimalam yang sepi, saya mulai
berkarib. Sebab dalam sepi suara hati
terdengar jernih. Pada saat itulah
pikiran saya jernih tanpa bisikan apapun yang mengganggu aktivitas saya. Dalam pembahasan kali ini, saya akan membahas
tentang “Classroom Discourse”.
Introduction to
Classroom Discourse Analysis
Tujuan
buku ini adalah untuk memberikan guru dengan peralatan untuk menganalisis
berbicara dikelasnya. Mengapa mengambil
waktu siap terbebani, underpain, dan kronis sebuk tinggal untuk menganalisis
berbicara bahwa berlebihan untuk melakukannya.
Ini adalah sedikit 4 lasan:
1. Wawasan
diperoleh dari menganalisi wacana kelas mempunyai tingkatan paham antara guru
dan siswa.
2. Oleh
analisis wacana kelas mereka, guru mungkin paham untuk membedakan berbicara
local diruang kelas-diluar stereotif atau generalisasi kebudayaan lain.
3. Ketika
guru menganalisis wacana didlama kelas, memperbaiki presentasi.
4. Proses
dari melakukan analisis wacana diruang kelas, bisa membantu perkembangan hakiki
kehidupan untuk praktis dari mengajar dan potensi kehidupan umum.
Manfaat pertama dari belajar analisis wacana kelas
mendengarkan untuk mengerti, perbedaan komunikasi antara kelompok social. Manfaat kedua dari belajar baaimana untuk
melakukan analisis wacana kelas (kemudian hanya mambaca analisis yang lain)
bahwa lengkap dengan metode analisis kelas, guru mengajar situasi yang baik
(localized and ever-changing) spesifik pola wacana untuk mempunyai poin luar
mengenai pencarian sosiolinguistik, itu mungkin menjadi bahwa guru ruang kelas,
“methods od analysis ae even more applicable than its product” (1996, P. 372,
emphasis added). Menerapkan metode itu
dikelasmu, mungkin atau tidak mungkin sama hasilnya untuk sebelum belajar. Tetapi tidak masalah, fasilitas akan
menemukan berbicara ruang kelas dan belajar.
Ini membawa kita untuk 3 alasan menghabiskan waktu
untuk wacana ruang kelas. Ketika guru
mengeti bentuk kelipatan dari berbicara mereka dikelas, memperbaiki prestasi
sekolah, contohnya:
·
Ketika gru menemuan
siswa native Americsn terutama belajar dari rekan-rekan atau saudara-saudara dirumah,
mereka menumukan proyek bekerja kelompok kemudian guru memfasilitasi interaksi
sekolah (Philips, 1993).
·
Ketika non-native
Hawaiian, guru mengajarkan Hawaiian asli “menceritakan cerita” pola wacana.,
murid mungkin untuk mengikutsertakan sepenuhnya di aktivitas literasi diruang
kelas Hawaiian (Au, 1980).
·
Guru di Heat’s murid
dari rural Appalachia belajar tentang pertanyaan berbeda pada murid, mereka
mungkin untuk mengubah pola pengajaran di jalan bahwa murid didorong berbicara
(Heath,1982) dan memperbaiki penampilan ruang kelas.
·
Di kelipatan menunjang
siswa, Cazden menemukan bahwa aspek kami dari belajar interaksi seperti, topic,
tugas, siapa yang bertanya dan bagaimana mereka berbingkai, siswa lebih baik
menanggapi makna (Cazden, 1972).
What is (Critical
Classroom Discourse Analysis?
Sebelum kami bekerja pada analisis
wacana, sedangkan itu akan menjadi kegunaan untuk mempunyai sebuah pekerjaan
pengertian dari analisis wacana kelas.
Sebagai diskusi, buku discourse adalah pengertian luas sebagai “language-in-use”,
dan discourse analysis adalah belajar dari bagaimana language-in-use adalah
afektif oleh context adalah
berguna. Didalam kelas, context bisa
jarak dari instusi sejarah sekolah.
Analisis wacana didalam kelas mendatangkan critical analisis wacana kelas ketika kelas mengambil efek dari
context dalam konsiderasi analisis.
Discourse
Pengertian
sederhana dari discourse adalah language-in-use. Ini mungkin jelas mengganggu. Bahasa adalah selalu digunakan, jadi mengapa
tidak hanya dipanggil itu “language”? karena cirri pengertian dari “discourse” (that it is “in-use”)
adalah sebuah cirri bahwa beberapa orang percaya tidak perlu komponen dari
bahasa. Malah, beberapa linguistic
mempnyai argument bahwa cirri pengertian dari bahasa adalah kemampuan untuk
menjadai de-contextualized . contohnya kata “tree” tidak membutuhkan
sebuah “tree” mengelilingi untuk menjadi paham.
Siswa bercerita, dia melihat sebuah “tree” sekarang, dan kita akan tahu
apa yang dia maksudkan. Dia tidak akan
mempunyai poin untuk sebuah tree atau menggambarkan itu untuk kamu. Bahasa adalah de-contextualized dan ini mungkin sebuah cirri bahwa bahasa membuat
manusia menjadi unik.
Context (the classroom
and beyond)
Bagaimana sebuah kata adalah mekhluk
yang digunakan tergantung pada konteks.
Dibuku ini lebih jelas, “the
classroom” adalah terutama dan sangat jelas context untuk wacana kita akan
menjadi memelihara. Padahal, “the
context” digunakan untuk wacana kelas dan juga pengertiannya meluas di kelas,
dan berbeda komponen dari berbicara ruang kelas, untuk menyimpulkan ada konteks
bahwa mempengaruhi perkataan apa dan bagaimana ditafsirkan dalam ruang
kelas. Context bisa dibatasi oleh batas
fisik. Bahasa yang tepat digunakan dirumah
mungkin berbeda dengan bahsa yang digunakan pada saat disekolah: tetapi context bisa juga dibatasi bukan oleh
batas fisik saja, tetapi oleh batas
wacana. Bahasa yang tepat pada saat pelajaran berlangsung mungkin
berbeda dari bahasa tepat yang digunakan pada saat pelajaran berakhir (even
while seated at the same table)
Kejadian
berbicara setelah pelajaran resmi berakhir dalam jenis perbedaan dari konteks
kemudian berbicara dengan pelajaran; ini tidak perluperbedaan di context fisik,
tetapi perbedaan di context wacana. Setelah
berakhir pelajaran, guru bijaksana akan mengambil dan menceritakan cerita bahwa
murid tidak tidak diizinkan untuk bercerita selama waktu pelajaran resmi. Dikutip dari bercerita di kelas, ketika masih
duduk melingkar di meja dengan siswa, tetapi setelah pelajaran pelajaran resmi
datang untuk menutup. Guru menanyakan
pada siswanya tentang ulang tahun, sebagai contoh bahwa seorang guru memiliki
kepedulian dan perhatian yang penuh pada siswanya. “trying to tell us” sebelum pelajaran telah
berakhir (Rymes,2003).
Analysis
Discourse analysis, melibatkan penyelidikan
bagaimana discourse (language-in-use) dan pengaruh konteks yang lain. Kadang-kadang, mengerti mengapa seseorang
berkata sesuatu sebuah jalan particular, melibatkan pandangan kegunaan dari previous context of use. “previous context” bisa jarak dari
pertanyaan dari percakapan sebelumnya. Shirley Brice Heath (1989) documented how
socialization into certain kinds of problem-solvibg at home can adversaly
affect student achievement in school.
Hubungan
analisis antara context dan wacana selalu melibatkan pandangan kembali dijalan
ini, untuk apa jenis pembicaraannya dan alas an anak-anak sudah digunakan di
context yang sebelumnya. Di Classroom
Heath menyelidiki, contohnya guru memulai tidak hanya menyelidiki kemampuan alasaan
dirumah (as in the workbook example), tetapi juga untuk menggabungkan jalan
siswa dalam menggunakan bahasa konteks di rumah (such as how they tell stories
or answer questions) di dalam pelajaran ruang kelas. Dengan perubahan konteks ini, kelas mengubah
pengalaman siswa dari sekolah, kemampuan meningkat dan membantu perkembangan
sukses di kelas (Heath,1983).
Classroom Discourse
Analysis from a critical Perspective
Menaruh bagian-bagian bersama, kemudian analisis
wacana kelas bisa menjadi diparafrasekan.
Bahasa digunakan di konteks runag kelas (dengan pemahaman bahwa konteks
ini terpengaruh juga diluar konteks social dan dalam ruang kelas). Untuk paham bagaimana konteks dan bercerita
berpengaruh bagi yang lainnya.
Exploting Classroom
Discourse Language in Action
By Steve Walsh
The nature of classroom
interaction (sifat interaksi kelas)
Ketika kita merenungkan kelas yang
kita punya ini, baik sebagai guru ataupun peserta didik, kita dengan cepat
menyadari bahwa komunikasi adalah kelas kedua sangat kompleks dan pusat untuk
memahami apa yang terjadi. Tidak hanya
interaksi yang sangta cepat dan melibatkan banyak orang. Ia memiliki beberapa focus, bahasa yang digunakan
dapat tampil beberapa fungsi sekaligus: mencari informasi belajar, menawarkan
saran dan sebagainya.
Personal
reflection
Berpikir
tentang pengalamanmu sebagai pelajar atau guru.
Mengapa komunikasi dangat di kelas sangta penting? Jalan apa yang bisa
membuat guru afektif digunakan dari bahasa?
Apa hubungan nya jika antara bahasa yang digunakan oleh guru dan
pengajaran apa yang terjadi?
Mengikat kompleksitas dan
sentralitas untuk mengajar dan belajar, itu adalah untuk mengatakan bahwa
setiap upaya untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran harus dimulai
dengan melihat interaksi kelas. Segala sesuatu dikelas menggunakan bahasa. Sepeti mayoritas manusia bersama ‘bahasa
enterprise mendasari setiap tindakan, setiap kegiatan’. Ini adalah melalui bahasa yang masalah dunia
nyata diselesaikan (Brumfit 1995).
Krusial diruang kelas itu adalah
melalui bahasa dalam interaksi yang kita mengakses pengetahuan baru, memperoleh
dan mengembangkan keterampilan baru mengidentifikasi masalah pemahaman,
berurusan dengan ‘kerusakan’ dalam komunikasi yang membangun dan memelihara
hubungan dan sebagainya. Bahasa cukup sederhana, terletak dijantung
dari segala sesuatu. Situasi ini
lebih lanjut rumit ketika kita mempertimbangkan bahwa dalam kelas bahasa,
bahasa yang digunakan tidak hanya sarana untuk memperoleh pengetahuan baru,
juga merupakan tujuan (Long 1983:67).
Marilah
kita kembali kepada 3 pertanyaan:
1. Mengapa
komunikasi dikelas sangat penting?
2. Apa
cara guru membuat affektif dari menggunakan bahasa?
3. Apa
hubungan antara bahasa yang digunakan oleh guru dan pembelajaran yang terjadi?
Untuk beberapa hal, pertanyaan pertama sudah
dijawab: komunikasi didalam kelas sangat penting karena mendasari semua yang
terjadi diruang kelas, yaitu pusat pengajaran, pembelajaran, untuk mengelola
kelompok-kelompok orang dan proses pembelajaran, dan untuk mengorganisir
berbagai tugas dan kegiatan yang membentuk praktik kelas. Komunkasi mengacu pada cara dimana bahasa
digunakan untuk meningkatkan interaksi, menurut Van Lier (1996), interaksi
adalah hal yang paling penting pada kurikulum. Jika kita ingin menjadi guru afektif, kita
perlu tidak hanya memahami komunitas kelas, kita perlu memperbaikinya.
Ketika kita mempertimbangkan pertanyaan kedua,
bagaimana guru dapat membuat efektif penggunaan bahasa mereka, pertama kita
harus mendefinisikan apa yang kita maksud denga “efektif”. Mengingat bahwa perhatian utama guru adalah
untuk mempromosikan belajar, efektif disini berarti bahasa yang mempromosikan
belajar. Efektif hanya berarti menggunakan bahasa yang membantu, daripada
merintangi, pembelajaran proses (Walsh 2002).
Pertanyaan ketiga yaitu apa hubungan antara bahasa
yang digunakan oleh guru dan peserta didik yang terjadi pada pembelajaran? Menurut Ellis (1994), hubungan ini dapat
dilihat sebagai salah satu yang kuat, dimana penggunaan bahasa memiliki
pengaruh langsung pada pembelajaran yang terjadi, yang lemah, dimana ada
beberapa hubungan antara bahasa yang digunakan dan pembelajaran yang terjadi,
atau nol satu, dimana ada hubungan antara bahasa yang digunakan oleh guru dan
pembelajaran yang terjadi kemudian. 4
fitur dari wacana kelas, sangat luas karena tipe interaksi mengambil tempat
diruang kelas dan semua begian ini lazim didunia:
·
Control of the
interaction
·
Speech modification
·
Elicitation
·
Repair
Investigating Classroom
Discourse
By Steve Walsh
Feature of classroom
discourse
Pada pembahasan fitur ini, kata
kunci dari bahasa kedua (L2) wacana kelas.
Pola komunikasi yang ditemukan di kelas bahasa yang khusus, yang berbeda
dari yang ditemukan pada subjek berbasis konten. Komunikasi
adalah unik karena bentuk0bentuk bahasa yang sering digunakan bersamaan tujuan
pelajaran dan sarana mencapai tujuan tersebut.
Makna dari pesan adalah satu dan hal yang sama, ‘kendaraan dan obyek
instruksi’ (Long, 1983:9), bahasa adalah baik focus kegiatan, tujuan utama dari
pelajaran, serta alat untuk mencapainya (Wills,1992).
Situasi
ini, dalam banyak hal misalnya, salah satu yang berlaku dalam sejarah atau
pelajaran geografi, dimana perhatian adalah terutama pada pesan, bukan bahas
yang digunakan, sebagai Thornburi
(2000:28) dikatakan: kelas bahasa (penekanan asli), dan untuk guru memonopoli
melalui control wacana. Misalnya,
meminta pertanyaan sementara mungkin sesuai dengan budaya geografi atau kelas
matematika; tampaknya akan menolak pembelajar bahasa akses apa yang paling
dibutuhkan mereka-pengulang bagi pengguna bahasa nyata.
Sebagai langkah pertama untuk
mengerti komunikasi dikelas bahasa kedua, mendeskripsikan prinsip karakter
darin L2 wacana kelas sejauh dari persepsi dari guru. 4 fitur yang masuk sebagai tipe dari konteks:
control dari komunikasi: elicitation
techniques; repair strategies; modifying speech to learness.
Control of patterns of
communication
Fitur dari bahsa kedua wacana kelas
mudah untuk diidentitas san menghadirkan struktur yang sangat jelas, dimana
guru topic keduanya dari percakapan dan bercerita. Status khusus, L2 guru lebih
mengotrol/mengawasi pola dari komunikasi (Jhonson,1995), terutama mengambil
jalan atau interaksi pembelajaran (Ellis,1998), mengambil wawasan dari topic (Slimani,1989),
dan fasilitas atau kesempatan pembelajaran (Walsh,2002).
Elicitation
Techniques
Tipe ini, wacana kelas disominasi
oleh pertanyaan dan jawaban rutin, dengan guru bertanya beberapa pertanyaan
sebagai satu jalan agar mereka mengontrol wacana. Menurut Chaudron (1988), meyoritas dari siswa
pada pertanyaan guru mempunyai/masuk dalam ujian fasilitas pertanyaan
diproduksi dari bentuk target bahasa atau respon correct content-related.
Modifying speech to
learners
Lebih detail hubungan antara
interaksi dan bahsa. Hubungan antara
pemilihan bahasa dan tujuan pedagogic adalah masih hanya untuk dipahami, satu
dari lebih penting menemukan pembelajaran oleh Tardif (1994), dari relefen,
modifikasi guru dalam wacana. Fitur
interaksi diidentitaskan oelh lynch are essentially description dari guru bercerita
memberikan observasi/penelitian luar.
Classroom as social
context
Setiap pelajaran bahasa kedua dapat
dilihat sebagai rangkaian dinamis dan kompleks konteks yang saling terkait,
dimana interaksi merupakan pusat pengajaran dan belajar. Daripada melihat kelas sebagai satu konteks
social, sebagai mana yang sering kasus, pandangan yang diambil disini adalah
bahwa peserta dalam wacana kelas, guru dan peserta didik, co-construct (plural)
konteks. Konteks dibangun melalui bicara
interaksi dalam kaitannya dengan tujuan spesifik kelembagaan dan tujuan tujuan
pedagogic terungkapnya pelajaran lebih penting lagi, ia berpendapat disini
bahwa L2 berbasis kelas pembelajaran sering meningkat ketika guru memiliki
pemahaman yang rinci tentang hubungan antara guru bicara, interaksi, dan
kesempatan belajar. Kemampuan untuk
memahami proses interaksional di tempat kerja sangat penting untuk
memfasilitasi kesempatan pembelajaran (Walsh, 2002) dan untuk mencegah peserta
didik dari menjadi “hilang” diwacana (Breen,1998).
Ada bukti di 74 bahasa kedua social
(saya akan berpikir (tertawa) sangat lapar sebelum saya benar-benar membeli
hamburger dijalan) dan bahasa pedagogi (anda bisa mengatakan ya (menulis pada BB)
Vender dari menjual ya?) tanpa penandaan transisi dari satu jenis wacana yang
lain. Ini adalah kurangnya tanpa posting
dan sering perubahan topic yang membuat wacana ini sulit untuk memperkirakan
mengikuti dari titik pelajar dari tampilan.
Banyak fitur bahasa guru dalam ekstra ini tidak sesuai dengan pola khas
wacana kelas L2 ditemukan dalam korpus digunakan disini.
“Mengajar yang baik”, yang
bersangkutan dengan lebih dari perencanaan yang baik menurut Van Lier (1991),
pengajaran dan improvisasi. Keputusan interaksi yang diambil oleh guru
saat mengajar setidaknya sebagai pentingnya dengan cara perencanaan yang
terjadi sebelum mengajar. Ini adalah
kemampuan guru untuk membuat keputusan “interaktif baik” daripada kemampuan
mereka untuk merencanakan secara efektif yang ditujukan. Keputusan yang baik adalah mereka yang sesuai
untuk saat ini, bukan yang “mengikuti rencana”.
Guru dapat membuat atau memfasilitasi kesempatan belajar mengambil
keputusan mereka saat ini (Nystrand,1997; Hall,1998; Walsh 2002).
Classroom Interaction
and Second Language Acquistion
Kualitas interaksi sangat ditentukan
oleh wajah guru unuk menghadapi komunikasi dengan peserta didik. Memaksimalkan interaksi harus dianggap
sebagai kurang penting dibandingkan mengoptimalkan yaitu mempromosikan interaksi
yang tepat dalam terang pembelajaran yang diinginkan hasil. Sebuah kesadaran proses interaksional
merupakan pusat pemahaman oleh para guru dan peserta didik tentang bagaimana
bahasa diperoleh dalam konteks formla (Johnson 1995:90): guru memainkan peran
penting dalam pemahaman membangun dan mempertahankan pola komunikasi yang akan
mendorong, untuk secara lebih luas, baik pembelajaran dikelas dan akuisisi
bahasa kedua L2.
Interaction facilitates
second language acquisition (Interaksi memfasilitasi akuisisi bahasa kedua L2)
Menurut
Ellis (1998:145), sebuah ‘internal’ (yang berbeda dengan eksternal) dari
pandangan kelas L2 mengajar sebagai “rangkaian acara interaksional.” Setiap pemahaman dari peristiwa harus focus
pada turn-taking dan pertukaran struktur dalam operasi dan memperhatikan sifat
kolaboratif wacana. Memahami cara-cara
berbicara adalah ‘dicapai’ (Mehan, 1997) sangat penting untuk memahami peran
interaksi dalam SLA. Dalam konteks formal, peserta didik berinteraksi dalam
berbagai cara: dengan satu sama lain, dengan guru, dengan bahan-bahan yang
digunakan, dengan tingkat mereka interlanguage dan dengan proses pemikiran
mereka sendiri (Hatch,1983). SLA terjadi
melalui interaksi yang terjadi antara kemampuan mental peserta didik dan
lingkungan linguistic (GLEW, 1998:2).
Jadi, agar suasana kelas menjadi
kondusif dan pembelajaran menjadi afektif, terlebih dahulu harus mengutamakan
interaksi. Interaksi yang terjalin
harmonis, akan membentuk wacana kelas yang maksimal. Bahasa adalah komunikasi yang sangat penting
untuk membentuk wacana kelas. factor
utama yaitu interaksi, interaksi bisa dibangun dengan baik karena adanya
bahasa. Seorang guru harus bisa
menghidupkan kelas dengan cara interaksi.
Dengan begitu, maka akan timbullah sebuah kelas yang aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic