CLASS
REVIEW 5
Menulis, kan ku
ukir sebuah kertas putih dengan tongkat inspirasiku. Kan buat sebuah cerita
layaknya ku seorang penulis. Wahai inspirasiku tuntulah jari ini menuju dunia
yang tak terbatas. Pikiran dan hati ini menyatu dalam sebuah imajinasi indah,
kata demi kata berubah menjadi ribuan kata yang terlukis dalam sebuah kertas
putih. Bim salabim, inspirasiku jemput aku menuju dunia imajinasiku. Buatlah
ide brilliant itu menjadi sebuah kata yang tak kan hilang.
Selamat pagi
sang surya, terangilah bumi ini dengan sinarmu hingga tiba saatnya kaukan
menghilang di ufuk barat. Bawalah
kecerian pada setiap manusia untuk menjalani setiap harinya. Selasa pagi tanggal 25 Februari 2014 pukul
10.50 WIB bertempat di ruang 44 gedung PBI. Pertemuan minggu ini merupakan
pertemuan kelima saya dan teman-teman PBI-C belajar Writing and Composition 4
bersama dosen Mr. Lala Bumela, M.Pd.
Minggu ini Mr.
Lala Bumela, M.Pd memberitahukan kami bahwa hasil critical review kami yang
pertama berada dalam kategori “weekness”. Itu artinya tulisan kami masih banyak
sekali kekurangan, baik dalam segi ide maupun bahan-bahan untuk mendukung
critical review kami. Selain hasil critical review pertama kami yang berada
dalam kategori “weekness”, hasil critical review kedua kami pun berada dalam
kategori “mistake”. Hal tersebut berarti hasil tulisan critical review kedua
kami tidak sesuai dengan generic structurenya. Walaupun demikian, pada pertemuan kelima
minggu ini Mr. Lala Bumela, M.Pd memberikan semangat pada kami untuk bisa tetap
fokus. Fokus untuk mengikuti pelajaran, dan bisa terus meningkatkan hasil
tulisan yang lebih baik. Fokus merupakan salah satu kunci untuk menuju
kesuksesan. Mr. Lala Bumela, M.Pd berharap agar hasil tulisan kami selanjurnya
tidak berkategori “ignore”. Ignore berarti melakukan kesalahan secara terus
menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan (budaya).
Mr. Lala
Bumela, M.Pd menerangkan bahwa kekurangan kami dalam tulisan critical review
kami adalah di mana context menulis kami belum terlihat. Kami diibaratkan masih
seperti tukang jahit atau tukang cukur, kami belum tahu bagaimana mencukur
kepala yang berbeda dengan tekhnik yang berbeda pula. Nutrisi dalam tulisan
kami masih sangat kurang. The biggest weakness of our first critical review
includes:
· Terjebak dalam hal-hal sepele
· Tidak akrab
dengan kata kunci yang disebut wacana kelas
· Menceritakan fakta-fakta tentang konflik agama tanpa menunjukkan titik perusahaan pandang
· Struktur generik tidak dibangun
dengan baik
· Pola Referensi yang hilang
· (satu hal yang bisa saya katakan): ada banyak ruang untuk perbaikan
Orang-orang yang menulis sejarah adalah orang-orang yang sering
membaca dan menulis ditegaskan bahwa orang yang menulis sejarah adalah seorang
penulis. "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak
menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah
bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer). Tampaknya, apa
yang dikatakan oleh Pram di atas tidaklah berlebihan. Sebab jika kita lacak,
hampir dari setiap tokoh maupun orang-orang hebat di dunia ini selalu dikenal
lewat karya pemikiranya yang fenomenal. Dan karya besarnya itu selalu
dimaktubkan dalam sebuah buku. Oleh sebab itu tak aneh jika mereka tetap
dikenal dan disanjung dari generasi ke generasi karena memang mereka telah
memantik proyek pikiranya dalam sebuah karya yang tak akan pernah sirna ditelan
oleh masa. Kita ambil contoh Herodotus yang
dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat. Dia mendekati sejarah sebagai ilmu
dengan mengumpulkan materinya secara sistematis dan melakukan pengujian
akurasinya. Dalam banyak literatur dikatakan bahwa Herodotus juga
seorang narator berbakat. Kata sejarah sendiri
berasal dari buku Herodotus “The Histories”, dalam bahasa Yunani berarti
"penyelidikan". Buku ini juga dianggap karya pertama sejarah
dalam sastra Barat. Sehingga, tak ayal jika nama besarnya tetap tersohor
sampai sekarang karena memang dia telah memberi sumbangsih besar sepanjang
peradaban manusia. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Pram
bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Lebih dari itu,
terciptanya peradaban manusia yang tercerahkan tentu saja tidak terlepas dari
peran besar para generasi yang hidup di masa itu. Juga dipengaruhi oleh spirit
pendahulu yang telah menanamkan cikal-bakal perubahan menuju peradaban yang
lebih gemilang. Macam penulis tersohor seperti Pramoedya Ananta Toer sebenarnya
telah mengajarkan pada kita tidak hanya tentang perjuangan hak asasi manusia
akan tetapi juga semangat yang senantiasa menyala untuk terus berkarya. Bahkan
ketika beliau diberi penghargaan oleh presiden Soekarno untuk menyambut tamu
dari luar negeri dalam bidang kesusastraan ia justru menolaknya dengan alasan,
jika ia menyambut tamu itu maka rutinitas menulisnya akan terbengkalai. Sungguh
keputusan yang tidak semua orang mampu melakukanya. Kecintaanya dengan dunia
menulis seolah telah membiusnya dari tawaran yang menggiurkan sekalipun. Maka
dari itu, spirit dan kecintaanya terhadap menulis sudah seharusnya kita contoh
dan tradisikan sejak dini.
Banyak para
ahli yang mengatakan kalau menulis merupakan salah satu skill yang lebih
tinggi derajatnya ketimbang membaca ataupun berbicara.
Pernyataan itu diperkuat oleh Djoko Pitono, dalam salah satu esainya yang dimuat di Jawa Pos, (5/8)
yang lalu. Dia mengatakan bahwa sebagai salah satu ketrampilan berbahasa,
menulis merupakan ketrampilan yang paling tinggi mutunya, dibanding dengan
ketrampilan menyimak, berbicara dan membaca. Ketrampilan tersebut hanya
bisa diperoleh ketika sudah melewati tahap membaca. Karena itu merupakan
ketentuan dasarnya. Tidak hanya itu menurutnya, berbagai survei di Amerika
sejak 1980-an menunjukan bahwa menurunya kinerja bisnis di
perusahaan-perusahaan dikarenakan merosotnya ketrampilan menulis lulusan
sekolah. Sehingga banyak Universitas di Amerika yang membuka program menulis
untuk mahasiswa di tahun pertama. Dan pengajarnya bukan para profesor bahasa,
tetapi justru para jurnalis, kolumnis, dan pengarang profesional.
Menurut
Budiono
Herusatoto (2011) bahwa sejak tanggal 1 bulan
Srawana tahun 1 Saka (7 Maret 78 Masehi) telah terjadi reformasi kebudayaan
Jawa, dari budaya lisan dan mendengarkan menjadi budaya tulis dan membaca. Ini berarti
pula telah tumbuh kekreativitasan dan kemampuan dalam hal menulis dan mencipta
untuk menuangkan gagasan menjadi sebuah karya baru, yakni sebuah dokumen yang
dapat diwariskan sepanjang masa. Sebagai penanda awal karya baru yang dapat
diwariskan sepanjang masa itu adalah model grafis (bentuk guratan tulisan) sebanyak
20 aksara: ha-na-ca-ra-ka-da-ta-sa-wa-la-pa-dha-ja-ya-nya-ma-ga-ba-tha-nga,
yang konon diciptakan oleh Empu Sengkala, pemimpin rombongan pertama Brahmana
bangsa Hindu/India yang kemudian menetap di tanah Jawa hampir satu abad
lamanya. Berkat jasanya meningkatkan peradaban baru itu akhirnya dia dinobatkan
sebagai raja Medangkamulan dengan gelar Prabu Silih Wahana, (raja yang mengubah
zaman) atau sering disebut juga dengan Aji Saka.
Akhirnya
berpuluh-puluh abad aksara Jawa itu diajarkan dari generasi ke generasi sebagai
materi belajar tulis-menulis. Sehingga pada abad-abad yang bersangkutan banyak
lahir para sastrawan, pujangga yang menulis dongeng, babad, dan legenda. Bahkan
tak jarang berbagai literatur yang menyebutkan bahwa hingga pertengahan abad 19,
pada zamanya Pujangga Jawa Baru adalah zaman keemasan sastra Jawa.
Secarik sejarah
tadi tentu saja adalah bukti bahwa tradisi kita zaman dahulu tidak hanya melulu
berdominasi lisan. Bahkan aksara Jawa yang sampai saat ini tetap dilestarikan
adalah bukti nyata atas spirit kemajuan peradaban kita di masa lampau. Disisi
lain, kisah Aji Saka tadi tentunya juga menyiratkan makna bahwa pengukiran
sejarahnya bermula dari penciptaan karya tulis fenomenal aksara Jawa. Dan
karena itu pulalah hingga kini dia dan karyanya tetap dikenang dan bermanfaat
sepanjang masa. Maka ada benarnya jika sang hujattul Islam, Imam Ghazali mengatakan bahwa, “kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama
besar, maka jadilah penulis. Sebab dengan menjadi seorang penulis namamu akan
menjadi penanda dan tersohor layaknya mereka.”
Jadi sudah
tidak ada alasan lagi untuk kita bingung terkait dengan bagaimana cara memantik
sejarah. Kita memang bentukan dari sejarah tapi bukan berarti sejarah kita
ditentukan sepenuhnya oleh sejarah pendahulu kita. Sebab kita hidup dalam
generasi kita dan seperti apa bentuk atau karakternya kitalah yang
menentukanya. Maka, mari kita pahat peradaban ini dengan ciri khas
produktivitas menulisnya. ( http://larasatiliris.blogspot.com/2012/09/mengukir-sejarah-dengan-menulis.html
)
Adanya sebuah peristiwa dimasa lampau (sejarah)
biasanya dibuktikan dengan ditemukannya tulisan-tulisan yang dibatu, kayu,
dinding gua yang disebut dengan artefak. Lethonen
(2000) dalam bukunya yang berjudul “The Cultural Analysis of Text”
menyebutkan bahwa teks merupakan ‘makhluk fisik’ dan ‘makhluk semiotik’. Seperti yang sering terjadi berkaitan dengan pertanyaan dua sisi,
hal ini berguna untuk mempelajari teks dari kedua sudut pada saat ini , baik sebagai
bahan fisik dan semiotik. Selain itu, fakta bahwa kualitas fisik dan semiotik
terjalin dalam teks-teks berpendapat untuk melakukannya. Teks yang pasti
makhluk fisik , tetapi mereka ada dalam bentuk seperti agar makhluk semiotik.
Sebaliknya, teks dapat menjadi makhluk semiotik hanya ketika mereka memiliki
beberapa bentuk fisik.
Berkenaan
dengan sisi fisik mereka kita dapat berpikir bahwa teks adalah artefak
komunikatif, dengan kata lain, instrumen-manusia yang dihasilkan dari
komunikasi. Sebagai artefak, teks telah dihasilkan melalui bantuan dari
berbagai teknologi. Bentuk-bentuk
materi teks mencerminkan sifat tersebut. Teknologi awal yang bertujuan untuk
menghasilkan teks tertulis yang terhubung ke kapak dan pisau, dengan
tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu. Alat seperti itu tidak baik untuk
menghasilkan teks dalam skala besar, baik dari segi panjang atau dalam jumlah.
Penggunaan bulu dan perkamen dalam waktu menciptakan jenis baru dari artefak
(gulungan panjang), serta gaya penulisan yang berbeda. Kemudian, teknik cetak
melahirkan generasi baru buku yang berbeda dari yang sebelumnya dalam segala
hal. Ini kemudian menjadi mungkin untuk menghasilkan volume tak terhitung teks
panjang .
Teks diciptakan
oleh teknologi ini juga telah meninggalkan jejak mereka pada konsepsi 'teks'
yang berlaku dalam budaya kita. Teknologi yang lebih baru, meskipun, telah
diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain dari teks daripada mereka yang
terdiri dari tanda dicetak di atas kertas. Perpustakaan melestarikan teks
mikrofilm. Mail elektronik teks yang dihasilkan oleh keyboard komputer, dan
terlihat pada monitor dan menampilkan. The Oxford
English Dictionary dan Pekerjaan Dikumpulkan dari William Shakespeare
yang tersedia dalam bentuk CD-ROM dan Encyclopaedia Britannica dapat dibaca di
internet . Tak satu pun dari bentuk-bentuk ini memerlukan kertas atau tinta.
Masing-masing dari mereka menuntut keterampilan khusus dan pengetahuan yang
melampaui keaksaraan biasa.
Tidak ada satu
bit sangat kecil yang alami dalam teks-teks manifold. Mereka memang makhluk
yang paling tidak wajar. Seperti menjadi jelas dalam survei bab sebelumnya ke
dalam hubungan antara bentuk fisik teks dan teknologi yang dihasilkan mereka,
bahkan yang paling tampaknya tidak bersalah dan sederhana teks menyembunyikan
jumlah beragam sejarah manusia. Semua naskah
memiliki sejarah produksi mereka sendiri. Orang-orang tertentu telah
menghasilkan mereka di bawah prasyarat historis dan material tertentu.
Prasyarat ini mencapai dari bahasa yang digunakan untuk genre, diasumsikan
pembaca, saluran distribusi teks dan hal-hal seperti lainnya.
Dalam cerita
Columbus pada critical review kedua kami terlihat hanya sekedar mengulang
cerita saja, tidak bisa menempatkan diri sebagai orang Islam yang mana Howard
Zinn membuka fakta bahwa bukan Columbuslah orang pertama yang menemukan
Amerika. Namun Zinn tidak menyebutkan siapakah orang pertama yang menemukan
Amerika tersebut yang faktanya adalah seorang muslim dari Cina. Howard Zinn (24
Agustus 1922 - 27 Januari 2010) adalah seorang sejarawan Amerika, penulis,
dramawan, dan aktivis sosial. Dia adalah seorang profesor ilmu politik di
Boston University selama 24 tahun dan mengajar sejarah di Spelman College
selama 7 tahun.
Zinn lahir dari
keluarga imigran Yahudi di Brooklyn. Ayahnya, Eddie Zinn, lahir di
Austria-Hongaria, beremigrasi ke AS dengan saudaranya Samuel sebelum pecahnya
Perang Dunia I. Ibu Howard, Jenny (Rabinowitz) Zinn, beremigrasi dari kota
Siberia Timur Irkutsk. Zinn adalah profesor sejarah di Spelman College di
Atlanta 1956-1963, dan mengunjungi profesor di kedua Universitas Paris dan
Universitas Bologna. Dia menulis sebuah buku teks sejarah, A History Rakyat
Amerika Serikat , untuk memberikan perspektif lain tentang sejarah Amerika .
Buku ini menggambarkan perjuangan penduduk asli Amerika terhadap Eropa dan AS
penaklukan dan ekspansi, budak menentang perbudakan, serikat buruh dan pekerja
lainnya terhadap kapitalis, perempuan melawan patriarki, dan Afrika-Amerika
untuk hak-hak sipil. Buku ini menjadi finalis untuk National Book Award pada
tahun 1981. Cerita-cerita
dari orang-orang dan peristiwa yang mengilhami iman Zinn dalam kemungkinan
perubahan bersejarah yang dijalin melalui buku-buku dan berbicara di depan umum
saat ia membahas perlunya pemahaman kritis sejarah kita dan kejadian
sehari-hari yang membentuk semua kehidupan kita.
Untuk beberapa abad, Christopher Columbus
diyakini sebagai penemu benua Amerika. Tapi itu kemudian terbantahkan. Bahkan
Columbus sempat terkejut, dia menemukan masjid di benua itu. Columbus lahir
pada 30 Oktober 1451 dan meninggal 20 Mei 1506 pada usia 54 tahun. Dia seorang
penjelajah dan pedagang yang menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai ke benua
Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492 di bawah bendera Castilian Spanyol.
Menurut
catatan Wikipedia, Colombus mengira pulau tersebut masih
perawan, belum berpenghuni sama sekali. Mereka berorintasi menjadikan pulau
tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol. Tetapi setelah menerobos masuk,
Columbus ternyata kaget menemukan bangunan yang persis pernah ia lihat
sebelumnya ketika mendarat di Afrika.
Bangunan megah itu adalah Masjid yang dipakai oleh Orang-orang Islam untuk beribadah. Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi setelah ketahuan niat buruknya datang di pulau itu, Colombus banyak mendapat resistensi dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Colombus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh kedatangan Colombus.
Bangunan megah itu adalah Masjid yang dipakai oleh Orang-orang Islam untuk beribadah. Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi setelah ketahuan niat buruknya datang di pulau itu, Colombus banyak mendapat resistensi dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Colombus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh kedatangan Colombus.
Namun menurut Gavin Menzies pememu pertama Benua Amerika adalah
Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho). Tampil penuh percaya
diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut
mahsyur asal Cina. Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia
lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming
itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan
menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar
70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran
masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua
Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan
sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai
ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi
milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi
sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu. ”Laksamana
inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,”
ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk
penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi
astronomi modern seperti melalui program software Starry Night. ( http://kontroversipenemubenuaamerika.blogspot.com/
)
Key Issues in Writing Research and Teaching (Hyland 2002; 2009). The following are a
number of key issues which dominate current understandings of writing:
- Context
Makna bukanlah sesuatu yang berada di kata-kata yang kita tulis dan kirim ke orang
lain, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena
mereka memahami kata-kata ini dengan
cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain. Kutipan
Van Dijk pada konteks: Ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan
situasi seperti itu. Konteks demikian bukan semacam kondisi
'obyektif' atau penyebab
langsung, melainkan (inter)
konstruksi subjektif dirancang dan ongoingly diperbarui dalam interaksi oleh peserta sebagai
anggota kelompok dan masyarakat. Jika
mereka, semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah peserta
konstruksi. Van
Dijk (2008: viii). Jadi, bukannya melihat konteks sebagai
sekelompok variabel statis yang mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus
melihatnya dilantik sebagai sosial, interaktif berkelanjutan dan terikat waktu (Duranti dan Goodwin, 1992).
Cutting
(2002: 3) menyatakan bahwa ada tiga aspek
utama konteks penafsiran ini :
· Konteks situasional: apa tahu masyarakat tentang apa yang dapat
mereka lihat sekitar mereka';
· Latar belakang konteks pengetahuan: apa tahu masyarakat tentang
dunia, apa yang mereka tahu tentang aspek kehidupan , dan apa yang mereka tahu
tentang satu sama lain';
· Co-tekstual konteks: apa tahu masyarakat tentang apa yang mereka
miliki telah mengatakan’.
Halliday
mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari
pilihan bahasa penulis dalam tertentu konteks situasi (Malinowski,
1949). Artinya, bahasa bervariasi sesuai dengan situasi di mana ia
digunakan, sehingga jika kita meneliti teks kita dapat membuat dugaan tentang
situasi, atau jika kita berada dalam tertentu Situasi kita membuat pilihan
linguistik tertentu berdasarkan situasi. Halliday tentang konteks:
· Field: Mengacu pada apa yang
terjadi, jenis aksi sosial,
atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama
dengan bentuk-bentuk yang
diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan
itu).
· Tenor: Mengacu pada siapa yang
mengambil bagian, peran dan
hubungan peserta (status dan kekuasaan
mereka, misalnya, yang pengaruh
keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
· Mode: Mengacu pada apa bagian
bahasa diputar, apa
yang peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya). Halliday (1985)
Tidak seperti
konteks situasi pengaruh konteks budaya pada penggunaan bahasa yang lebih
menyebar dan tidak langsung , yang beroperasi pada tingkat yang lebih abstrak.
Halliday melihat konteks budaya seperti yang diungkapkan dalam atau ('melalui')
konteks yang lebih spesifik dari situasi, sehingga kita menggambarkan situasi
sosial sebagai bagian dari budaya yang lebih luas. Fairclough
(1992) melihat wacana sebagai penghubung antara konteks lokal dari
situasi dan konteks kelembagaan menyeluruh budaya .
- Literacy
a)
Literasi
dan keahlian
Menulis, bersama dengan membaca, adalah tindakan keaksaraan:
bagaimana kita benar-benar
menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsepsi modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana mereka menggunakan teks. Sebagai Scribner dan Cole (1981: 236) mengatakan: 'melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu digunakan.
menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsepsi modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana mereka menggunakan teks. Sebagai Scribner dan Cole (1981: 236) mengatakan: 'melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu digunakan.
Literasi dipandang sebagai satu set diskrit, keterampilan teknis
bebas nilai yang meliputi decoding dan encoding makna, memanipulasi alat tulis,
mengamati bentuk-suara korespondensi, dll, yang dipelajari melalui pendidikan
formal. Menulis adalah pemberdayaan pribadi, tetapi juga didefinisikan dalam
hal sebaliknya : stigma pribadi yang melekat pada buta huruf.
Di sini menulis (dan membaca) yang cara menghubungkan orang-orang
dengan satu sama lain dalam cara-cara yang membawa makna sosial tertentu,
sehingga menulis bervariasi dengan konteks dan tidak bisa satu set kemampuan
kognitif atau teknis . Ide ‘keaksaraan
fungsional’, kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan berhasil dalam
masyarakat mereka dengan menggunakan menulis dan membaca keterampilan untuk
tertentu tujuan, menikah dengan gagasan 'melek kritis', penolakan untuk
mengambil keperluan untuk diberikan. Pendekatan ini melihat keaksaraan sebagai
relatif jangka panjang, sehingga tidak ada keaksaraan tunggal tetapi berbagai
berbeda ‘praktek’ yang relevan dengan
dan tepat untuk saat-saat tertentu, tempat, peserta dan tujuan. Selain itu,
praktik-praktik ini bukan sesuatu bahwa kita hanya mengambil dan meletakkan,
tetapi merupakan bagian integral dari individu kita identitas, hubungan sosial
dan keanggotaan masyarakat ( Bartonetal, 2007; . Street,
1995; Street dan Lefstein, 2008).
b)
Pandangan sosial keaksaraan
1)
Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih
baik dijelaskan dalam hal orang
praktik keaksaraan.
praktik keaksaraan.
2)
Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda
yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
3)
Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam
hubungan sosial yang lebih luas,
sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
4)
Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga
sosial dan kekuasaan
hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
5)
Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai
cara untuk mewakili
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
6)
Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan
panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi.
7)
Sejarah kehidupan kita mengandung banyak
peristiwa keaksaraan dari mana kita belajardan yang memberikan kontribusi
hingga saat ini.
8)
Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki
sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek. Barton
(2007: 34-5).
Peristiwa Literacy adalah episode
diamati di mana keaksaraan
memiliki peran. Biasanya ada teks
tertulis, atau teks, pusat
aktivitas dan mungkin
ada berbicara
sekitar teks. Acara episode diamati yang
timbul dari praktek atau dibentuk oleh
mereka. Gagasan peristiwa menekankan terletak sifat
kemahiran, bahwa selalu ada dalam konteks sosial. Barton dan Hamilton (1998:
7).
c) Literasi dan kekuasaan.
Arti dari
praktek keaksaraan dominan dibangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang
cukup besar dalam masyarakat kita, seperti pendidikan dan hukum. Dengan melihat peristiwa keaksaraan yang berbeda menjadi jelas
bahwa ada tidak satu keaksaraan tunggal tetapi kemahiran yang berbeda. Artinya,
ada yang berbeda konfigurasi dari praktek-praktek yang dikenali, nama dan terkait
dengan berbagai aspek kehidupan budaya, seperti membaca akademik, melek hukum
dan melek tempat kerja. Salah satu contoh adalah akses ke pendidikan tinggi
memperoleh disiplin pengetahuan dan keterampilan siswa secara bersamaan
menghadapi keaksaraan baru dan dominan dengan norma-norma sendiri, jargon, set
konvensi dan bentuk ekspresi yang merupakan terpisah budaya (Bartholomae , 1986).
Kita tidak bisa lagi menganggap 'penulis yang baik' sebagai
seseorang yang memiliki kontrol atas mekanisme tata bahasa, sintaksis dan tanda
baca, seperti dalam pandangan otonom penulisan. Juga tidak seseorang yang mampu
meniru menyusun ahli dan pengetahuan-transformasi praktek dengan pengerjaan
ulang ide-ide mereka selama menulis, seperti dalam model proses. Sebaliknya,
konsepsi modern keaksaraan mendefinisikan seorang penulis ahli sebagai 'salah
satu yang telah mencapai pengetahuan lokal yang memungkinkan dia untuk menulis
sebagai anggota komunitas wacana ' (Carter, 1990: 226
).
d)
Sifat
keahlian
Carter (1990)
mencirikan pengembangan keahlian melalui lima tahapan strategi-konteks tertentu
semakin lebih, yang berpuncak pada cairan, praktek unreflective. Para ahli
bereaksi secara intuitif untuk situasi biasa , tidak bergantung pada aturan
atau strategi tetapi hanya melakukan apa yang berhasil berdasarkan pemahaman
yang berasal dari pengalaman. Kompetensi menulis sekarang ditandai sebagai penanda
keahlian dalam berbagai kegiatan profesional di mana ia mengacu pada penulis
orientasi ke fitur khusus lembaga. Candlin (1999) mengidentifikasi
sejumlah fitur makro yang mencirikan keahlian , termasuk kemampuan untuk
menyesuaikan informasi dan aspek interpersonal pesan dengan kebutuhan penerima
dan pengetahuan, dan tindakan mikro-diskursif seperti negosiasi , merumuskan
dan mediasi .
3. Culture
Gagasan bahwa pengalaman penulis dari praktik keaksaraan yang
berbeda masyarakat akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka menunjukkan
bahwa guru harus mempertimbangkan bagian yang yang dimainkan budaya dalam
menulis siswa. Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan
jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan
dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantolf, 1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran
adalah dikepung dengan budaya (Kramsch, 1993). Hal
ini sebagian karena nilai-nilai budaya kita tercermin dalam dan dilakukan
melalui bahasa, tetapi juga karena budaya membuat tersedia bagi kita dengan
cara tertentu diambil-untuk-diberikan mengorganisir kami persepsi dan harapan,
termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi secara tertulis.
Dalam menulis penelitian dan pengajaran , ini adalah wilayah retorika
kontrastif.
Penelitian
L2 vs menulis L1 siswa :
· preferensi organisasi yang berbeda dan pendekatan untuk
argumentstructuring.
· pendekatan yang berbeda untuk menggabungkan bahan ke dalam tulisan
mereka (parafrase, dll).
· perspektif yang berbeda pada pembaca-orientasi, pada menarik
perhatian perangkat dan pada perkiraan pengetahuan pembaca.
· perbedaan penggunaan penanda kohesi, penanda tertentu yang membuat
hubungan leksikal lemah.
· perbedaan dalam penggunaan fitur linguistik terbuka (seperti kurang
subordinasi, lebih bersama, kurang passivisation, pengubah bebas sedikit,
kurang noun-modifikasi, kata-kata yang kurang spesifik, berbagai kurang
leksikal, diprediksi variasi dan gaya yang lebih sederhana). Grabe dan Kaplan (1996: 239).
Hubungan antara kognisi dan menulis yang disarankan dalam versi
awal retorika kontrastif (Kaplan, 1966) cuaca
baik , yang dikritik karena mengabaikan 'keragaman , perubahan dan
heteroglossia yang normal dalam setiap sekelompok pembicara atau penulis ' (Cassanave, 2004: 39). Lebih khusus lagi, pendekatan
tersebut telah dikritik karena lebih tergantung pada teks analitik metode dan
untuk membuat generalisasi luas tentang linguistik , norma kognitif atau budaya
di seluruh bangsa atas dasar satu atau dua genre (Kubota,
1998; Leki, 1997). Secara teoritis, kritikus menunjukkan bahwa karena
retorika kontrastif dimulai dari asumsi perbedaan, itu telah ‘cenderung melihat
L2 menulis terutama sebagai masalah negatif transfer L1 pola retoris untuk L2
menulis '(Casanave, 2004: 41). Hal ini tidak
hanya melihat L2 menulis sebagai defisit, tetapi menjalankan risiko mengabaikan
sejarah yang kaya dan kompleks kemahiran siswa tersebut dan apa yang mereka
membawa ke L2 kelas (misalnya Horner dan Trimbur,
2002).
- Technology
Pengaruh teknologi elektronik pada penulisan
a)
Ubah
menciptakan , mengedit , proofreading dan format proses
b)
Kombinasikan
teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah
c)
Mendorong
menulis non - linear dan proses membaca melalui hypertext Link
d)
Tantangan
pemikiran tradisional tentang kepenulisan , wewenang dan intelektual milik
e)
Izinkan
penulis akses ke informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi yang
dengan cara baru
dengan cara baru
f)
Mengubah
hubungan antara penulis dan pembaca sebagai pembaca bisa sering ' menulis
kembali '
g)
Memperluas
berbagai genre dan peluang untuk mencapai yang lebih luas penonton
h)
Blur
tradisional lisan dan tertulis perbedaan saluran
i)
Memperkenalkan
kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan sosial baru
identitas
identitas
j)
Memfasilitasi
masuk ke komunitas wacana baru on-line
k)
Meningkatkan
marginalisasi penulis yang terisolasi dari baru menulis teknologi
l)
Penawaran
menulis guru tantangan dan peluang untuk kelas baru praktek
Mungkin yang paling segera jelas, dan sekarang sangat akrab, fitur
penulisan berbasis komputer adalah cara yang teks elektronik memfasilitasi
menulis, secara dramatis mengubah kebiasaan tulisan kita. Biasa pengolah kata
fitur yang memungkinkan kita untuk memotong dan menyisipkan, menghapus dan
menyalin, memeriksa ejaan dan tata bahasa, gambar impor dan mengubah setiap
aspek format berarti bahwa teks-teks kita sekarang lagi, cantik dan lebih berat
direvisi.
Menulis sekarang berarti 'perakitan teks dan gambar' dalam desain
visual yang baru, dan penulis sering perlu untuk memahami cara tertentu
mengkonfigurasi dunia yang menawarkan modus yang berbeda. Untuk Kress (2003), modus yang berbeda memiliki affordances
yang berbeda, atau potensi dan keterbatasan makna. Akibatnya, Kress dan van Leeuwen (2006) menarik perhatian pada perubahan
konsekuen dalam otoritas, dalam perubahan cara kita membaca, dan pergeseran
bentuk keterlibatan dengan dunia. Mengingat perbedaan budaya dalam desain visual,
penggunaan multimedia dalam menulis kelas karena itu tidak hanya bantuan untuk meningkatkan
siswa menulis, tetapi untuk mengajarkan bentuk-bentuk baru penulisan yang
melibatkan kedua bagaimana teks dan gambar yang disusun di layar dan bagaimana
link yang dibuat kepada orang lain.
Efek utama hypertext, kemudian, adalah untuk mengaktualisasikan
intertekstualitas, mengubah koneksi potensial antara teks menjadi lebih nyata
dengan memungkinkan pembaca akses langsung ke teks terkait. Sementara banyak
dari janji hypertext telah ditumbangkan oleh komersialisme yang agresif dari
Internet, namun menawarkan keuntungan besar bagi para penulis yang ingin
mengekspresikan argumen mereka lebih refleksif dan relativistik cara dengan
memanfaatkan kehadiran eksplisit suara lain dan interpretasi .
Douglas pada argumen hypertext Keindahan hypertext adalah yang mendorong
kita dari diluruskan 'baik/atau' dunia yang cetak telah datang untuk mewakili
dan menjadi alam semesta di mana 'dan/dan /dan' selalu mungkin. Ini adalah
lingkungan yang lebih kondusif untuk filsafat relativistik dan analisis, di
mana tidak ada account adalah hak istimewa atas setiap orang lain, namun,
karena ditulis dalam kode, penulis dapat memastikan bahwa pembaca melintasi
beberapa bit dari lanskap argumentatif lebih mudah dan lebih sering daripada
yang lain, atau bahwa pembaca yang tersisa untuk membuat hubungan mereka
sendiri antara satu bit teks dan lain. Douglas ( 1998:
155 ).
Tapi sementara inovasi teknologi tantangan bagi penulis, mereka
juga membuka identitas baru , genre dan masyarakat kepada mereka. Munculnya dan
popularitas besar dari blog, chatroom dan listserves, misalnya, menghasilkan
rasa kedekatan dan kecepatan transmisi yang secara radikal mengubah praktek
tekstual dengan mendorong simulasi gaya percakapan secara tertulis. Selain itu,
kemampuan penulis untuk Link blog bersama-sama pada satu halaman, untuk membuat
blogroll (daftar blog di samping teks utama), dan untuk menciptakan wiki dan
listserve tertentu kelompok, semua menawarkan kesempatan untuk membangun
komunitas baru di sekitar tulisan dan teks.
5. Genre
Untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre (Hyon, 1996; Johns, 2002):
1.
pekerjaan Australia dalam tradisi Sistemik
Fungsional ilmu bahasa
Genre dipandang
sebagai 'a dipentaskan , berorientasi pada tujuan proses sosial '(Martin, 1992: 505), menekankan karakter tujuan dan
berurutan berbeda genre dan mencerminkan kepedulian Halliday dengan bahasa cara
yang sistematis terkait dengan konteks . Genre adalah proses sosial karena
anggota suatu budaya berinteraksi untuk mencapai mereka, berorientasi tujuan
karena mereka telah berevolusi untuk mencapai hal-hal , dan dipentaskan karena
makna
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk
mencapai tujuan mereka.
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk
mencapai tujuan mereka.
Pada tata bahasa berbasis genre dalam pengajaran Grammar adalah nama
untuk sumber daya yang tersedia untuk pengguna bahasa sistem untuk menghasilkan
teks. Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis
menggeser penggunaan bahasa dari implisit dan tidak sadar untuk manipulasi
sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai. Berdasarkan genre tata bahasa
berfokus pada cara yang dilalui berbeda proses bahasa atau genre secara
tertulis yang dikodifikasikan dalam berbeda dan dikenali cara. Ini pertama
mempertimbangkan bagaimana teks terstruktur dan terorganisir di tingkat seluruh
teks dalam kaitannya dengan tujuannya, penonton dan pesan. Kemudian
mempertimbangkan bagaimana semua bagian dari teks, seperti paragraf dan
kalimat, terstruktur, terorganisir dan kode sehingga membuat teks efektif
komunikasi tertulis. Knapp dan Watkins (1994: 8).
2.
pengajaran bahasa Inggris untuk Keperluan
Khusus
Wacana masyarakat berkembang konvensi dan tradisi mereka sendiri
untuk seperti kegiatan lisan beragam seperti menjalankan pertemuan,
menghasilkan laporan, dan mempublikasikan kegiatan mereka. Kelas-kelas berulang
komunikatif peristiwa adalah genre yang mengatur kehidupan verbal. Genre ini
menghubungkan masa lalu dan masa kini, sehingga kekuatan keseimbangan tradisi
dan inovasi. Mereka menyusun peran individu dalam kerangka yang lebih luas, dan
lebih lanjutmembantu orang-orang dengan aktualisasi komunikatif mereka rencana
dan tujuan. Sengkedan ( 1998: 20).
Gagasan bahwa orang memperoleh, menggunakan, dan memodifikasi
bahasa teks tertulis dalam kursus akting sebagai anggota kelompok kerja
merupakan pusat ESP sebagai tujuannya adalah untuk menggambarkan kendala dan
kelompok praktek menulis dalam konteks akademik dan profesional. aliran di
sini, kemudian, terdiri dari ikelas peristiwa komunikatif digunakan oleh
spesifik komunitas wacana yang anggotanya berbagi luas komunikatif tujuan (Swales , 1990: 45-7). Tujuan ini adalah dasar
pemikiran genre dan membantu membentuk cara terstruktur dan pilihan dari isi
dan gaya itu membuat tersedia. Ini adalah pandangan dari bahasa termotivasi
oleh aplikasi pedagogis dan deskripsi yang berbeda genre telah banyak digunakan
dalam metode dan bahan untuk universitas mahasiswa dan profesional (misalnya Hyland, 2003; Johns, 1997; Sengkedan dan Feak,
2004).
Menganalisis struktur skema telah terbukti tak ternilai bagi
pemahaman menulis, tapi ada bahaya terlalu menyederhanakan jika kita asumsikan
blok teks menjadi monofungsional. Bhatia (1999; 2004)
telah menunjukkan bahwa tujuan tidak langsung, atau 'niat pribadi', dapat
dinyatakan bersam aan dengan lebih
'diakui secara sosial'. Ada juga masalah yang struktur disarankan hanya mungkin
mencerminkan analis intuisi tentang teks. Ini menyoroti kebutuhan untuk
bergerak untuk hati-hati divalidasi baik dari segi fitur linguistik yang
dikandungnya dan komentar-komentar dari pengguna teks-teks (Crookes, 1986). Makin kemudian, analis telah
melampaui pementasan generik untuk mengidentifikasi kelompok fitur yang
tampaknya untuk menandai teks tertentu atau bagian-bagian dari teks.
Dengan demikian penelitian menunjukkan pentingnya hedging dan
keharusan dalam teks akademis dan bagaimana kehadiran kolokasi diperpanjang
seperti sebagai hasil, perlu dicatat bahwa, dan bantuan sebagaimana dapat
dilihat mengidentifikasi teks sebagai milik genre akademik sementara berkaitan
dengan, sedang melakukan, dan sesuai dengan kemungkinan untuk menandai teks
hukum (Hyland, 2008).
3.
studi Retorika Baru dikembangkan dalam
komposisi Amerika Utara konteks
Dua dalam melihat genre sebagai lebih fleksibel dan kurang mudah
untuk mengajar. Penekanan yang lebih besar diberikan kepada cara-cara yang
genre berkembang dan pameran variasi, dan ini menyebabkan pemahaman yang jauh
lebih sementara dari Konsep (Freedman dan Medway, 1994).
Retorika baru berfokus kurang pada bentuk bergenre daripada tindakan bentuk ini
digunakan untuk menyelesaikan, dan sehingga cenderung menggunakan alat-alat
penelitian kualitatif yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan konteks
mereka daripada orang-orang yang menggambarkan mereka konvensi retoris ( Miller , 1984).
Coe di New Retorika bergenre. Genre adalah termotivasi, hubungan
fungsional antara jenis teks dan situasi retoris. Artinya, genre bukanlah jenis
teks maupun situasi, melainkan hubungan fungsional antara jenis teks dan jenis
situasi. Jenis teks bertahan karena mereka bekerja, karena mereka merespons
secara efektif terhadap situasi yang berulang. Coe
(2002). Sebagai hasil dari fokus ini, penelitian telah meneliti isu-isu
seperti sejarah evolusi genre (Atkinson, 1999b); proses
merevisi dan menanggapi pengulas dalam menulis artikel ilmiah (Berkenkotter dan Huckin, 1995), dampak sosial
mentransfer ke genre baru konteks dengan tujuan yang berbeda (Freedman dan Adam, 2000), dan Studi genre di tempat
kerja (Pare, 2000; Dias et al, 1999).
Variasi yang lebih serius adalah hasil dari interdiscursivity (atau
penggunaan konvensi dari genre lain), khususnya intrusi meningkat elemen
promosi ke dalam genre sering dianggap non–promosi (seperti iklan kelembagaan
dalam pengumuman job) dan pertumbuhan yang 'personalisasi sintetis' genre
publik formal (seperti surat dari kantor pemerintah daerah) (Fairclough, 1995). Pencampuran genre dalam hal ini
cara mengaburkan perbedaan yang jelas, kadang-kadang sejauh bahwa genre baru menjadi
diakui dalam masyarakat (misalnya Infotainment, advertorial dan docudrama ).
Pada akhirnya, bagaimanapun, genre adalah cara-cara yang kita terlibat dalam ,
dan memahami, dunia sosial dan kompetensi kami untuk menggunakan mereka tidak
terletak pada kemampuan kita untuk mengidentifikasi penggunaan monolitik bahasa
, tapi untuk memodifikasi pilihan kita sesuai dengan konteks di mana kita
menulis.
- Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis dan
identitas seorang penulis. Dalam arti luas, identitas mengacu pada 'cara bahwa
orang-orang menampilkan siapa mereka satu sama lain '(Benwell
dan Stokoe, 2006: 6): kinerja sosial dicapai dengan menggambar pada
tepat sumber daya linguistik. Oleh karena itu, identitas dipandang sebagai
dibangun oleh kedua teks kita terlibat dalam dan pilihan bahasa yang kita buat,
sehingga bergerak identitas dari pribadi ke ranah publik , dan dari proses
tersembunyi kognisi konstruksi sosial dan dinamis dalam wacana. Dengan kata
lain, pandangan ini pertanyaan apakah ada adalah mutlak, tidak berubah diri
bersembunyi di balik wacana dan menunjukkan bahwa identitas adalah kinerja.
Pengertian saat ini identitas melihatnya
sebagai konsep plural, yang
didefinisikan secara sosial dan dinegosiasikan
melalui pilihan penulis buat dalam wacana mereka. Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran
istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis 'sebagai akibat dari pribadi dan sosial budaya pengalaman. Identitas demikian mengacu penulis berbagai 'diri'
mempekerjakan dalam konteks yang berbeda,
proses hubungan mereka dengan khusus masyarakat, dan
tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional tertulis di dalamnya. Dengan
identitas perlu dibedakan dari gagasan suara dalam literatur ekspresif.
Voice adalah ide yang kompleks dengan berbagai makna dan konotasi, tapi pada
dasarnya mengacu pada penulis disignature tinctive, cap individu bahwa ia
meninggalkan pada teks (Elbow, 1994).
Konsep berakar dalam budaya Barat arus utama dan sering
bertentangan dengan norma-norma komunikatif siswa ESL dari budaya yang lebih
kolektivis (Ramanathan dan Atkinson, 1999a). Sebaliknya,
bukannya mencari bukti tekstual dari penulis pribadi diri, identitas terletak
di publik, institusional didefinisikan peran orang menciptakan secara tertulis
sebagai anggota masyarakat , termasuk 'representasi mereka penonton, materi
pelajaran, dan elemen lain dari konteks' (Cherry, 1988
: 269). Pandangan sosial ini melihat identitas sebagai retorika jejak
keanggotaan: komitmen untuk cara-cara tertentu melihat dunia dan mewakili
kepada orang lain sebagai orang dalam . Dalam kehidupan publik kita bermain
peran-peran profesional dan mengklaim identitas profesional, menulis sebagai
pemilik toko, eksekutif perusahaan, atau psikolog kognitif, menggunakan wacana
perdagangan kami . Identitas sini kemudian menyangkut bagaimana menulis
membutuhkan pada fitur diskursif dan epistemologis dari suatu budaya tertentu:
bagaimana penulis memproyeksikan insider etos dan sinyal hak mereka untuk
didengar sebagai anggota kompeten kelompok.
Faktor-faktor sosial budaya seperti jenis
kelamin, kelas sosial, usia, agama, etnis, latar belakang regional, dan
seterusnya adalah aspek kunci dari pengalaman kami dan dapat membantu membentuk
proyeksi kami dari identitas kepenulisan. Cara-cara yang penulis menampilkan
diri dan menemukan diri mereka diposisikan dalam membangun identitas discoursal
telah secara ekstensif dibahas oleh Ivanic (Ivanic,
1998; Ivanic dan Weldon, 1999). Dia berpendapat bahwa identitas penulis
'secara sosial dibangun oleh prototipe ini 'kemungkinan self-hood' tersedia
dalam konteks penulisan. Berinteraksi dengan ini tiga aspek yang tidak
terpisahkan dari identitas yang sebenarnya penulis saat membuat teks tertentu.
Ivanic identitas penulis
1)
The
otobiografi diri adalah diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi
secara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis.
2)
The
discoursal diri adalah penulis kesan sadar atau tidak sadar menyampaikan dari
diri mereka sendiri dalam sebuah teks.
3)
The
kepenulisan diri menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness dengan
yang penulis menulis.
Hal ini
termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kemauan untuk secara pribadi
mendapatkan di belakang argumen dan klaim. (Lihat
Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999). Ini adalah tampilan yang dinamis
identitas yang menekankan ketegangan yang ada ketika penulis individu memenuhi
wacana lembaga di mana mereka menulis.
Pada pertemuan
kelima kali ini, Mr. Lala Bumela, M.Pd meminta kami untuk menuliskan kembali
critical mengenai Howard Zinn dan cerita tentang Columbus. Kami diminta untuk
mengkritisi artikel Howard Zinn di kelas secara langsung dalam waktu 30 menit
in english. Ini merupakan hasil tulisan saya di kelas:
When the Howard Zinn wrote his
article about Columbus, he accept many letter from many people in the world. America people knew that Columbus is the first person
that found the America’s continental, the America’s hiro, and the inovator. America people has never read that the Columbus is not
the first people who found the America
continental and the bad fact about Columbus.
Howard Zinn has the different opinion about the statement that Columbus is the first
person that found the America Continental, the hiro or the inovator as the America
knew about Columbus.
In his article Zinn wrote that the Columbus is not the first person that found
the America. Zinn wrote about fact that Columbus as a murdered, a kidnapper, and a
multilator.
Literasi
sebagai praktek sosial. Jelas kritik dari definisi universal melek huruf dan
efek kognitif tertentu berasal dari sejumlah penulis dan peneliti, seringkali
saat ini disebut sebagai bekerja dalam New Literacy Studies’. Penulis seperti, di antaranya salah satu yang paling penting
adalah antropolog Brian Street, berpendapat bahwa hal itu tidak melek huruf
seperti yang mengembangkan cara tertentu penalaran, tetapi bahwa cara di mana
orang menggunakan tertulis (dan lisan) bahasa dalam kehidupan sehari-hari
mereka melibatkan cara tertentu berpikir (Street, 1984,
1995).
Selain itu,
penulis dalam tradisi ini berpendapat untuk kebutuhan untuk berteori
signifikansi sosial dari praktik keaksaraan yang beragam dan, seperti yang
dibahas di bawah, mereka menarik pada karya teori sosial kritis untuk
melakukannya. Sebuah 'perspektif sosial' pada keaksaraan tidak berfokus pada
akuisisi individu atau penggunaan keterampilan, tetapi lebih pada cara orang
menggunakan bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Literasi dari
perspektif ini dipandang sebagai 'praktek sosial'. Berikut ini kutipan dari
Barton dan Hamilton menawarkan ringkasan tentang apa artinya untuk mempertimbangkan
keaksaraan sebagai praktik sosial. Anda dapat melihat sekilas bahwa keaksaraan
dalam perspektif ini dikonseptualisasikan terutama sebagai kegiatan sosial
dengan tujuan sosial tertentu dan hasil .
1)
Literasi
paling baik dipahami sebagai seperangkat praktek-praktek sosial, ini dapat
disimpulkan dari kejadian-kejadian yang dimediasi oleh teks tertulis.
2)
Ada
kemahiran yang berbeda terkait dengan domain yang berbeda dari kehidupan.
3)
Praktik
keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan, dan
beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang
lain.
4)
Praktik
keaksaraan adalah tujuan dan tertanam dalam tujuan sosial yang lebih luas dan
praktek budaya.
5)
Literasi
secara historis berada.
6)
Praktik
keaksaraan berubah dan yang baru sering diperoleh melalui proses pembelajaran informal
dan pengambilan akal.
Barton
dan Hamilton, 1998, p.8. Para peneliti
yang bekerja dalam pendekatan ini cenderung untuk menantang perspektif kognitif
diuraikan dalam bagian sebelumnya. Pada 1990-an perdebatan tentang manfaat
relatif dari masing-masing perspektif sebagai dasar untuk praktek pendidikan
menjadi isu di media Inggris. Anda bisa mendapatkan beberapa pemahaman tentang
sifat dari perdebatan ini, serta fitur penting dari 'melek huruf sebagai
praktek sosial' pendekatan, dari pembacaan berikutnya.
Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa penulisan sejarah sangat erat kaitannya dengan
literasi, karena hanya orang yang gemar membaca dan orang yang bisa menulislah
yang dapat menciptakan suatu pemikiran baru tentang bagaimana sebuah ide dapat
diabadikan melalui sebuah tulisan. Orang yang gemar membaca tentunya
pengetahuannya pun sangat luas, seorang yang gemar membaca cenderung memiliki
sifat ketidakpuasan dan rasa penasaran terhadap apa yang ia baca. Sehingga seorang
“qualified reader” dapat menyesuaikan pengetahuan yang ia dapat dari kegiatan
membaca untuk kemudian dituangkan pendapat dan idenya dalam sebuah tulisan yang
berkualitas dan sesuai dengan fakta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic