We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 10 Maret 2014

MANUSIA LITERAT CETAK SEJARAH

CLASS REVIEW 5
Menulis, kan ku ukir sebuah kertas putih dengan tongkat inspirasiku. Kan buat sebuah cerita layaknya ku seorang penulis. Wahai inspirasiku tuntulah jari ini menuju dunia yang tak terbatas. Pikiran dan hati ini menyatu dalam sebuah imajinasi indah, kata demi kata berubah menjadi ribuan kata yang terlukis dalam sebuah kertas putih. Bim salabim, inspirasiku jemput aku menuju dunia imajinasiku. Buatlah ide brilliant itu menjadi sebuah kata yang tak kan hilang.
Selamat pagi sang surya, terangilah bumi ini dengan sinarmu hingga tiba saatnya kaukan menghilang di ufuk barat.  Bawalah kecerian pada setiap manusia untuk menjalani setiap harinya.  Selasa pagi tanggal 25 Februari 2014 pukul 10.50 WIB bertempat di ruang 44 gedung PBI. Pertemuan minggu ini merupakan pertemuan kelima saya dan teman-teman PBI-C belajar Writing and Composition 4 bersama dosen Mr. Lala Bumela, M.Pd.
Minggu ini Mr. Lala Bumela, M.Pd memberitahukan kami bahwa hasil critical review kami yang pertama berada dalam kategori “weekness”. Itu artinya tulisan kami masih banyak sekali kekurangan, baik dalam segi ide maupun bahan-bahan untuk mendukung critical review kami. Selain hasil critical review pertama kami yang berada dalam kategori “weekness”, hasil critical review kedua kami pun berada dalam kategori “mistake”. Hal tersebut berarti hasil tulisan critical review kedua kami tidak sesuai dengan generic structurenya.  Walaupun demikian, pada pertemuan kelima minggu ini Mr. Lala Bumela, M.Pd memberikan semangat pada kami untuk bisa tetap fokus. Fokus untuk mengikuti pelajaran, dan bisa terus meningkatkan hasil tulisan yang lebih baik. Fokus merupakan salah satu kunci untuk menuju kesuksesan. Mr. Lala Bumela, M.Pd berharap agar hasil tulisan kami selanjurnya tidak berkategori “ignore”. Ignore berarti melakukan kesalahan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan (budaya).
Mr. Lala Bumela, M.Pd menerangkan bahwa kekurangan kami dalam tulisan critical review kami adalah di mana context menulis kami belum terlihat. Kami diibaratkan masih seperti tukang jahit atau tukang cukur, kami belum tahu bagaimana mencukur kepala yang berbeda dengan tekhnik yang berbeda pula. Nutrisi dalam tulisan kami masih sangat kurang. The biggest weakness of our first critical review includes:
·       Terjebak dalam hal-hal sepele
·       Tidak akrab dengan kata kunci yang disebut wacana kelas
·       Menceritakan fakta-fakta tentang konflik agama tanpa menunjukkan titik perusahaan pandang
·       Struktur generik tidak dibangun dengan baik
·       Pola Referensi yang hilang
·       (satu hal yang bisa saya katakan): ada banyak ruang untuk perbaikan
Orang-orang yang menulis sejarah adalah orang-orang yang sering membaca dan menulis ditegaskan bahwa orang yang menulis sejarah adalah seorang penulis. "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer). Tampaknya, apa yang dikatakan oleh Pram di atas tidaklah berlebihan. Sebab jika kita lacak, hampir dari setiap tokoh maupun orang-orang hebat di dunia ini selalu dikenal lewat karya pemikiranya yang fenomenal. Dan karya besarnya itu selalu dimaktubkan dalam sebuah buku. Oleh sebab itu tak aneh jika mereka tetap dikenal dan disanjung dari generasi ke generasi karena memang mereka telah memantik proyek pikiranya dalam sebuah karya yang tak akan pernah sirna ditelan oleh masa. Kita ambil contoh Herodotus yang dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat. Dia mendekati sejarah sebagai ilmu dengan mengumpulkan materinya secara sistematis dan melakukan pengujian akurasinya. Dalam banyak literatur dikatakan bahwa Herodotus juga seorang narator berbakat. Kata sejarah sendiri berasal dari buku Herodotus “The Histories”, dalam bahasa Yunani berarti "penyelidikan". Buku ini juga dianggap karya pertama sejarah dalam sastra Barat. Sehingga, tak ayal jika nama besarnya tetap tersohor sampai sekarang karena memang dia telah memberi sumbangsih besar sepanjang peradaban manusia.  Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Pram bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Lebih dari itu, terciptanya peradaban manusia yang tercerahkan tentu saja tidak terlepas dari peran besar para generasi yang hidup di masa itu. Juga dipengaruhi oleh spirit pendahulu yang telah menanamkan cikal-bakal perubahan menuju peradaban yang lebih gemilang. Macam penulis tersohor seperti Pramoedya Ananta Toer sebenarnya telah mengajarkan pada kita tidak hanya tentang perjuangan hak asasi manusia akan tetapi juga semangat yang senantiasa menyala untuk terus berkarya. Bahkan ketika beliau diberi penghargaan oleh presiden Soekarno untuk menyambut tamu dari luar negeri dalam bidang kesusastraan ia justru menolaknya dengan alasan, jika ia menyambut tamu itu maka rutinitas menulisnya akan terbengkalai. Sungguh keputusan yang tidak semua orang mampu melakukanya. Kecintaanya dengan dunia menulis seolah telah membiusnya dari tawaran yang menggiurkan sekalipun. Maka dari itu, spirit dan kecintaanya terhadap menulis sudah seharusnya kita contoh dan tradisikan sejak dini.
Banyak para ahli yang mengatakan kalau menulis merupakan salah satu skill yang lebih tinggi derajatnya ketimbang membaca ataupun berbicara. Pernyataan itu diperkuat oleh Djoko Pitono, dalam salah satu esainya yang dimuat di Jawa Pos, (5/8) yang lalu. Dia mengatakan bahwa sebagai salah satu ketrampilan berbahasa, menulis merupakan ketrampilan yang paling tinggi mutunya, dibanding dengan ketrampilan menyimak, berbicara dan membaca. Ketrampilan tersebut hanya bisa diperoleh ketika sudah melewati tahap membaca. Karena itu merupakan ketentuan dasarnya. Tidak hanya itu menurutnya, berbagai survei di Amerika sejak 1980-an menunjukan bahwa menurunya kinerja bisnis di perusahaan-perusahaan dikarenakan merosotnya ketrampilan menulis lulusan sekolah. Sehingga banyak Universitas di Amerika yang membuka program menulis untuk mahasiswa di tahun pertama. Dan pengajarnya bukan para profesor bahasa, tetapi justru para jurnalis, kolumnis, dan pengarang profesional.
Menurut Budiono Herusatoto (2011) bahwa sejak tanggal 1 bulan Srawana tahun 1 Saka (7 Maret 78 Masehi) telah terjadi reformasi kebudayaan Jawa, dari budaya lisan dan mendengarkan menjadi budaya tulis dan membaca. Ini berarti pula telah tumbuh kekreativitasan dan kemampuan dalam hal menulis dan mencipta untuk menuangkan gagasan menjadi sebuah karya baru, yakni sebuah dokumen yang dapat diwariskan sepanjang masa. Sebagai penanda awal karya baru yang dapat diwariskan sepanjang masa itu adalah model grafis (bentuk guratan tulisan) sebanyak 20 aksara: ha-na-ca-ra-ka-da-ta-sa-wa-la-pa-dha-ja-ya-nya-ma-ga-ba-tha-nga, yang konon diciptakan oleh Empu Sengkala, pemimpin rombongan pertama Brahmana bangsa Hindu/India yang kemudian menetap di tanah Jawa hampir satu abad lamanya. Berkat jasanya meningkatkan peradaban baru itu akhirnya dia dinobatkan sebagai raja Medangkamulan dengan gelar Prabu Silih Wahana, (raja yang mengubah zaman) atau sering disebut juga dengan Aji Saka.
Akhirnya berpuluh-puluh abad aksara Jawa itu diajarkan dari generasi ke generasi sebagai materi belajar tulis-menulis. Sehingga pada abad-abad yang bersangkutan banyak lahir para sastrawan, pujangga yang menulis dongeng, babad, dan legenda. Bahkan tak jarang berbagai literatur yang menyebutkan bahwa hingga pertengahan abad 19,  pada zamanya Pujangga Jawa Baru adalah zaman keemasan sastra Jawa.

Secarik sejarah tadi tentu saja adalah bukti bahwa tradisi kita zaman dahulu tidak hanya melulu berdominasi lisan. Bahkan aksara Jawa yang sampai saat ini tetap dilestarikan adalah bukti nyata atas spirit kemajuan peradaban kita di masa lampau. Disisi lain, kisah Aji Saka tadi tentunya juga menyiratkan makna bahwa pengukiran sejarahnya bermula dari penciptaan karya tulis fenomenal aksara Jawa. Dan karena itu pulalah hingga kini dia dan karyanya tetap dikenang dan bermanfaat sepanjang masa. Maka ada benarnya jika sang hujattul Islam, Imam Ghazali mengatakan bahwa, “kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. Sebab dengan menjadi seorang penulis namamu akan menjadi penanda dan tersohor layaknya mereka.”
Jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk kita bingung terkait dengan bagaimana cara memantik sejarah. Kita memang bentukan dari sejarah tapi bukan berarti sejarah kita ditentukan sepenuhnya oleh sejarah pendahulu kita. Sebab kita hidup dalam generasi kita dan seperti apa bentuk atau karakternya kitalah yang menentukanya. Maka, mari kita pahat peradaban ini dengan ciri khas produktivitas menulisnya. ( http://larasatiliris.blogspot.com/2012/09/mengukir-sejarah-dengan-menulis.html  )
Adanya sebuah peristiwa dimasa lampau (sejarah) biasanya dibuktikan dengan ditemukannya tulisan-tulisan yang dibatu, kayu, dinding gua yang disebut dengan artefak. Lethonen (2000) dalam bukunya yang berjudul “The Cultural Analysis of Text” menyebutkan bahwa teks merupakan ‘makhluk fisik’ dan ‘makhluk semiotik’. Seperti yang sering terjadi berkaitan dengan pertanyaan dua sisi, hal ini berguna untuk mempelajari teks dari kedua sudut pada saat ini , baik sebagai bahan fisik dan semiotik. Selain itu, fakta bahwa kualitas fisik dan semiotik terjalin dalam teks-teks berpendapat untuk melakukannya. Teks yang pasti makhluk fisik , tetapi mereka ada dalam bentuk seperti agar makhluk semiotik. Sebaliknya, teks dapat menjadi makhluk semiotik hanya ketika mereka memiliki beberapa bentuk fisik.
Berkenaan dengan sisi fisik mereka kita dapat berpikir bahwa teks adalah artefak komunikatif, dengan kata lain, instrumen-manusia yang dihasilkan dari komunikasi. Sebagai artefak, teks telah dihasilkan melalui bantuan dari berbagai teknologi. Bentuk-bentuk materi teks mencerminkan sifat tersebut. Teknologi awal yang bertujuan untuk menghasilkan teks tertulis yang terhubung ke kapak dan pisau, dengan tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu. Alat seperti itu tidak baik untuk menghasilkan teks dalam skala besar, baik dari segi panjang atau dalam jumlah. Penggunaan bulu dan perkamen dalam waktu menciptakan jenis baru dari artefak (gulungan panjang), serta gaya penulisan yang berbeda. Kemudian, teknik cetak melahirkan generasi baru buku yang berbeda dari yang sebelumnya dalam segala hal. Ini kemudian menjadi mungkin untuk menghasilkan volume tak terhitung teks panjang .
Teks diciptakan oleh teknologi ini juga telah meninggalkan jejak mereka pada konsepsi 'teks' yang berlaku dalam budaya kita. Teknologi yang lebih baru, meskipun, telah diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain dari teks daripada mereka yang terdiri dari tanda dicetak di atas kertas. Perpustakaan melestarikan teks mikrofilm. Mail elektronik teks yang dihasilkan oleh keyboard komputer, dan terlihat pada monitor dan menampilkan. The Oxford English Dictionary dan Pekerjaan Dikumpulkan dari William Shakespeare yang tersedia dalam bentuk CD-ROM dan Encyclopaedia Britannica dapat dibaca di internet . Tak satu pun dari bentuk-bentuk ini memerlukan kertas atau tinta. Masing-masing dari mereka menuntut keterampilan khusus dan pengetahuan yang melampaui keaksaraan biasa.
Tidak ada satu bit sangat kecil yang alami dalam teks-teks manifold. Mereka memang makhluk yang paling tidak wajar. Seperti menjadi jelas dalam survei bab sebelumnya ke dalam hubungan antara bentuk fisik teks dan teknologi yang dihasilkan mereka, bahkan yang paling tampaknya tidak bersalah dan sederhana teks menyembunyikan jumlah beragam sejarah manusia. Semua naskah memiliki sejarah produksi mereka sendiri. Orang-orang tertentu telah menghasilkan mereka di bawah prasyarat historis dan material tertentu. Prasyarat ini mencapai dari bahasa yang digunakan untuk genre, diasumsikan pembaca, saluran distribusi teks dan hal-hal seperti lainnya.
Dalam cerita Columbus pada critical review kedua kami terlihat hanya sekedar mengulang cerita saja, tidak bisa menempatkan diri sebagai orang Islam yang mana Howard Zinn membuka fakta bahwa bukan Columbuslah orang pertama yang menemukan Amerika. Namun Zinn tidak menyebutkan siapakah orang pertama yang menemukan Amerika tersebut yang faktanya adalah seorang muslim dari Cina. Howard Zinn (24 Agustus 1922 - 27 Januari 2010) adalah seorang sejarawan Amerika, penulis, dramawan, dan aktivis sosial. Dia adalah seorang profesor ilmu politik di Boston University selama 24 tahun dan mengajar sejarah di Spelman College selama 7 tahun.
Zinn lahir dari keluarga imigran Yahudi di Brooklyn. Ayahnya, Eddie Zinn, lahir di Austria-Hongaria, beremigrasi ke AS dengan saudaranya Samuel sebelum pecahnya Perang Dunia I. Ibu Howard, Jenny (Rabinowitz) Zinn, beremigrasi dari kota Siberia Timur Irkutsk. Zinn adalah profesor sejarah di Spelman College di Atlanta 1956-1963, dan mengunjungi profesor di kedua Universitas Paris dan Universitas Bologna. Dia menulis sebuah buku teks sejarah, A History Rakyat Amerika Serikat , untuk memberikan perspektif lain tentang sejarah Amerika . Buku ini menggambarkan perjuangan penduduk asli Amerika terhadap Eropa dan AS penaklukan dan ekspansi, budak menentang perbudakan, serikat buruh dan pekerja lainnya terhadap kapitalis, perempuan melawan patriarki, dan Afrika-Amerika untuk hak-hak sipil. Buku ini menjadi finalis untuk National Book Award pada tahun 1981. Cerita-cerita dari orang-orang dan peristiwa yang mengilhami iman Zinn dalam kemungkinan perubahan bersejarah yang dijalin melalui buku-buku dan berbicara di depan umum saat ia membahas perlunya pemahaman kritis sejarah kita dan kejadian sehari-hari yang membentuk semua kehidupan kita.
Untuk beberapa abad, Christopher Columbus diyakini sebagai penemu benua Amerika. Tapi itu kemudian terbantahkan. Bahkan Columbus sempat terkejut, dia menemukan masjid di benua itu. Columbus lahir pada 30 Oktober 1451 dan meninggal 20 Mei 1506 pada usia 54 tahun. Dia seorang penjelajah dan pedagang yang menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492 di bawah bendera Castilian Spanyol.
Menurut catatan Wikipedia, Colombus mengira pulau tersebut masih perawan, belum berpenghuni sama sekali. Mereka berorintasi menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol. Tetapi setelah menerobos masuk, Columbus ternyata kaget menemukan bangunan yang persis pernah ia lihat sebelumnya ketika mendarat di Afrika.
Bangunan megah itu adalah Masjid yang dipakai oleh Orang-orang Islam untuk beribadah. Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi setelah ketahuan niat buruknya datang di pulau itu, Colombus banyak mendapat resistensi dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Colombus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh kedatangan Colombus.
Namun menurut Gavin Menzies pememu pertama Benua Amerika adalah Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho). Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina. Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu. ”Laksamana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,” ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night. ( http://kontroversipenemubenuaamerika.blogspot.com/  )
Key Issues in Writing Research and Teaching (Hyland  2002; 2009). The following are a number of key issues which dominate current understandings of writing:
  1. Context
Makna bukanlah sesuatu yang berada di  kata-kata yang kita tulis dan kirim ke orang lain, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena mereka memahami kata-kata ini dengan cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain. Kutipan Van Dijk pada konteks: Ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan situasi seperti itu. Konteks demikian bukan semacam kondisi 'obyektif' atau penyebab langsung, melainkan (inter) konstruksi subjektif dirancang dan ongoingly diperbarui dalam interaksi oleh peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka, semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah peserta konstruksi. Van Dijk (2008: viii). Jadi, bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus melihatnya dilantik sebagai sosial, interaktif berkelanjutan dan terikat waktu (Duranti dan Goodwin, 1992).

Cutting (2002: 3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks penafsiran ini :
·       Konteks situasional: apa tahu masyarakat tentang apa yang dapat mereka lihat sekitar mereka';
·       Latar belakang konteks pengetahuan: apa tahu masyarakat tentang dunia, apa yang mereka tahu tentang aspek kehidupan , dan apa yang mereka tahu tentang satu sama lain';
·       Co-tekstual konteks: apa tahu masyarakat tentang apa yang mereka miliki telah mengatakan’.
Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa penulis dalam tertentu konteks situasi (Malinowski, 1949). Artinya, bahasa bervariasi sesuai dengan situasi di mana ia digunakan, sehingga jika kita meneliti teks kita dapat membuat dugaan tentang situasi, atau jika kita berada dalam tertentu Situasi kita membuat pilihan linguistik tertentu berdasarkan situasi. Halliday tentang konteks:
·       Field: Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial, atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial  dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).
·       Tenor: Mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan  peserta (status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
·       Mode: Mengacu pada apa bagian bahasa diputar, apa yang peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya). Halliday (1985)
Tidak seperti konteks situasi pengaruh konteks budaya pada penggunaan bahasa yang lebih menyebar dan tidak langsung , yang beroperasi pada tingkat yang lebih abstrak. Halliday melihat konteks budaya seperti yang diungkapkan dalam atau ('melalui') konteks yang lebih spesifik dari situasi, sehingga kita menggambarkan situasi sosial sebagai bagian dari budaya yang lebih luas. Fairclough (1992) melihat wacana sebagai penghubung antara konteks lokal dari situasi dan konteks kelembagaan menyeluruh budaya .


  1. Literacy
a)     Literasi dan keahlian
Menulis, bersama dengan membaca, adalah tindakan keaksaraan: bagaimana kita benar-benar
menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsepsi modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana mereka menggunakan teks. Sebagai Scribner dan Cole (1981: 236) mengatakan: 'melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu digunakan.
Literasi dipandang sebagai satu set diskrit, keterampilan teknis bebas nilai yang meliputi decoding dan encoding makna, memanipulasi alat tulis, mengamati bentuk-suara korespondensi, dll, yang dipelajari melalui pendidikan formal. Menulis adalah pemberdayaan pribadi, tetapi juga didefinisikan dalam hal sebaliknya : stigma pribadi yang melekat pada buta huruf.
Di sini menulis (dan membaca) yang cara menghubungkan orang-orang dengan satu sama lain dalam cara-cara yang membawa makna sosial tertentu, sehingga menulis bervariasi dengan konteks dan tidak bisa satu set kemampuan kognitif atau teknis . Ide  ‘keaksaraan fungsional’, kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan berhasil dalam masyarakat mereka dengan menggunakan menulis dan membaca keterampilan untuk tertentu tujuan, menikah dengan gagasan 'melek kritis', penolakan untuk mengambil keperluan untuk diberikan. Pendekatan ini melihat keaksaraan sebagai relatif jangka panjang, sehingga tidak ada keaksaraan tunggal tetapi berbagai berbeda  ‘praktek’ yang relevan dengan dan tepat untuk saat-saat tertentu, tempat, peserta dan tujuan. Selain itu, praktik-praktik ini bukan sesuatu bahwa kita hanya mengambil dan meletakkan, tetapi merupakan bagian integral dari individu kita identitas, hubungan sosial dan keanggotaan masyarakat ( Bartonetal, 2007; . Street, 1995; Street dan Lefstein, 2008).
b)     Pandangan sosial keaksaraan
1)     Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang
praktik keaksaraan.
2)     Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
3)     Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas,
sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
4)     Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan
hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
5)     Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
6)     Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi.
7)     Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajardan yang memberikan kontribusi hingga saat ini.
8)     Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek. Barton (2007: 34-5).
Peristiwa Literacy adalah episode diamati di mana keaksaraan memiliki peran. Biasanya  ada teks tertulis, atau teks, pusat aktivitas dan mungkin ada  berbicara sekitar teks. Acara episode diamati yang timbul dari praktek atau dibentuk oleh mereka. Gagasan peristiwa menekankan terletak sifat kemahiran, bahwa selalu ada dalam konteks sosial. Barton dan Hamilton (1998: 7).
c)     Literasi dan kekuasaan.
Arti dari praktek keaksaraan dominan dibangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang cukup besar dalam masyarakat kita, seperti pendidikan dan hukum. Dengan melihat peristiwa keaksaraan yang berbeda menjadi jelas bahwa ada tidak satu keaksaraan tunggal tetapi kemahiran yang berbeda. Artinya, ada yang berbeda konfigurasi dari praktek-praktek yang dikenali, nama dan terkait dengan berbagai aspek kehidupan budaya, seperti membaca akademik, melek hukum dan melek tempat kerja. Salah satu contoh adalah akses ke pendidikan tinggi memperoleh disiplin pengetahuan dan keterampilan siswa secara bersamaan menghadapi keaksaraan baru dan dominan dengan norma-norma sendiri, jargon, set konvensi dan bentuk ekspresi yang merupakan terpisah budaya (Bartholomae , 1986).
Kita tidak bisa lagi menganggap 'penulis yang baik' sebagai seseorang yang memiliki kontrol atas mekanisme tata bahasa, sintaksis dan tanda baca, seperti dalam pandangan otonom penulisan. Juga tidak seseorang yang mampu meniru menyusun ahli dan pengetahuan-transformasi praktek dengan pengerjaan ulang ide-ide mereka selama menulis, seperti dalam model proses. Sebaliknya, konsepsi modern keaksaraan mendefinisikan seorang penulis ahli sebagai 'salah satu yang telah mencapai pengetahuan lokal yang memungkinkan dia untuk menulis sebagai anggota komunitas wacana ' (Carter, 1990: 226 ).
d)     Sifat keahlian
Carter (1990) mencirikan pengembangan keahlian melalui lima tahapan strategi-konteks tertentu semakin lebih, yang berpuncak pada cairan, praktek unreflective. Para ahli bereaksi secara intuitif untuk situasi biasa , tidak bergantung pada aturan atau strategi tetapi hanya melakukan apa yang berhasil berdasarkan pemahaman yang berasal dari pengalaman. Kompetensi menulis sekarang ditandai sebagai penanda keahlian dalam berbagai kegiatan profesional di mana ia mengacu pada penulis orientasi ke fitur khusus lembaga. Candlin (1999) mengidentifikasi sejumlah fitur makro yang mencirikan keahlian , termasuk kemampuan untuk menyesuaikan informasi dan aspek interpersonal pesan dengan kebutuhan penerima dan pengetahuan, dan tindakan mikro-diskursif seperti negosiasi , merumuskan dan mediasi .
3.     Culture
Gagasan bahwa pengalaman penulis dari praktik keaksaraan yang berbeda masyarakat akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka menunjukkan bahwa guru harus mempertimbangkan bagian yang yang dimainkan budaya dalam menulis siswa. Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantolf, 1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran adalah dikepung dengan budaya (Kramsch, 1993). Hal ini sebagian karena nilai-nilai budaya kita tercermin dalam dan dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya membuat tersedia bagi kita dengan cara tertentu diambil-untuk-diberikan mengorganisir kami persepsi dan harapan, termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi secara tertulis. Dalam menulis penelitian dan pengajaran , ini adalah wilayah retorika kontrastif.
Penelitian L2 vs menulis L1 siswa :
·       preferensi organisasi yang berbeda dan pendekatan untuk argumentstructuring.
·       pendekatan yang berbeda untuk menggabungkan bahan ke dalam tulisan mereka (parafrase, dll).
·       perspektif yang berbeda pada pembaca-orientasi, pada menarik perhatian perangkat dan pada perkiraan pengetahuan pembaca.
·       perbedaan penggunaan penanda kohesi, penanda tertentu yang membuat hubungan leksikal lemah.
·       perbedaan dalam penggunaan fitur linguistik terbuka (seperti kurang subordinasi, lebih bersama, kurang passivisation, pengubah bebas sedikit, kurang noun-modifikasi, kata-kata yang kurang spesifik, berbagai kurang leksikal, diprediksi variasi dan gaya yang lebih sederhana). Grabe dan Kaplan (1996: 239).
Hubungan antara kognisi dan menulis yang disarankan dalam versi awal retorika kontrastif (Kaplan, 1966) cuaca baik , yang dikritik karena mengabaikan 'keragaman , perubahan dan heteroglossia yang normal dalam setiap sekelompok pembicara atau penulis ' (Cassanave, 2004: 39). Lebih khusus lagi, pendekatan tersebut telah dikritik karena lebih tergantung pada teks analitik metode dan untuk membuat generalisasi luas tentang linguistik , norma kognitif atau budaya di seluruh bangsa atas dasar satu atau dua genre (Kubota, 1998; Leki, 1997). Secara teoritis, kritikus menunjukkan bahwa karena retorika kontrastif dimulai dari asumsi perbedaan, itu telah ‘cenderung melihat L2 menulis terutama sebagai masalah negatif transfer L1 pola retoris untuk L2 menulis '(Casanave, 2004: 41). Hal ini tidak hanya melihat L2 menulis sebagai defisit, tetapi menjalankan risiko mengabaikan sejarah yang kaya dan kompleks kemahiran siswa tersebut dan apa yang mereka membawa ke L2 kelas (misalnya Horner dan Trimbur, 2002).
  1. Technology
Pengaruh teknologi elektronik pada penulisan
a)     Ubah menciptakan , mengedit , proofreading dan format proses
b)     Kombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah
c)     Mendorong menulis non - linear dan proses membaca melalui hypertext Link
d)     Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan , wewenang dan intelektual milik
e)     Izinkan penulis akses ke informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi yang
dengan cara baru
f)      Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca sebagai pembaca bisa sering ' menulis kembali '
g)     Memperluas berbagai genre dan peluang untuk mencapai yang lebih luas penonton
h)     Blur tradisional lisan dan tertulis perbedaan saluran
i)      Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan sosial baru
identitas
j)      Memfasilitasi masuk ke komunitas wacana baru on-line
k)     Meningkatkan marginalisasi penulis yang terisolasi dari baru menulis teknologi
l)      Penawaran menulis guru tantangan dan peluang untuk kelas baru praktek
Mungkin yang paling segera jelas, dan sekarang sangat akrab, fitur penulisan berbasis komputer adalah cara yang teks elektronik memfasilitasi menulis, secara dramatis mengubah kebiasaan tulisan kita. Biasa pengolah kata fitur yang memungkinkan kita untuk memotong dan menyisipkan, menghapus dan menyalin, memeriksa ejaan dan tata bahasa, gambar impor dan mengubah setiap aspek format berarti bahwa teks-teks kita sekarang lagi, cantik dan lebih berat direvisi.
Menulis sekarang berarti 'perakitan teks dan gambar' dalam desain visual yang baru, dan penulis sering perlu untuk memahami cara tertentu mengkonfigurasi dunia yang menawarkan modus yang berbeda. Untuk Kress (2003), modus yang berbeda memiliki affordances yang berbeda, atau potensi dan keterbatasan makna. Akibatnya, Kress dan van Leeuwen (2006) menarik perhatian pada perubahan konsekuen dalam otoritas, dalam perubahan cara kita membaca, dan pergeseran bentuk keterlibatan dengan dunia. Mengingat perbedaan budaya dalam desain visual, penggunaan multimedia dalam menulis kelas karena itu tidak hanya bantuan untuk meningkatkan siswa menulis, tetapi untuk mengajarkan bentuk-bentuk baru penulisan yang melibatkan kedua bagaimana teks dan gambar yang disusun di layar dan bagaimana link yang dibuat kepada orang lain.
Efek utama hypertext, kemudian, adalah untuk mengaktualisasikan intertekstualitas, mengubah koneksi potensial antara teks menjadi lebih nyata dengan memungkinkan pembaca akses langsung ke teks terkait. Sementara banyak dari janji hypertext telah ditumbangkan oleh komersialisme yang agresif dari Internet, namun menawarkan keuntungan besar bagi para penulis yang ingin mengekspresikan argumen mereka lebih refleksif dan relativistik cara dengan memanfaatkan kehadiran eksplisit suara lain dan interpretasi .
Douglas pada argumen hypertext Keindahan hypertext adalah yang mendorong kita dari diluruskan 'baik/atau' dunia yang cetak telah datang untuk mewakili dan menjadi alam semesta di mana 'dan/dan /dan' selalu mungkin. Ini adalah lingkungan yang lebih kondusif untuk filsafat relativistik dan analisis, di mana tidak ada account adalah hak istimewa atas setiap orang lain, namun, karena ditulis dalam kode, penulis dapat memastikan bahwa pembaca melintasi beberapa bit dari lanskap argumentatif lebih mudah dan lebih sering daripada yang lain, atau bahwa pembaca yang tersisa untuk membuat hubungan mereka sendiri antara satu bit teks dan lain. Douglas ( 1998: 155 )
Tapi sementara inovasi teknologi tantangan bagi penulis, mereka juga membuka identitas baru , genre dan masyarakat kepada mereka. Munculnya dan popularitas besar dari blog, chatroom dan listserves, misalnya, menghasilkan rasa kedekatan dan kecepatan transmisi yang secara radikal mengubah praktek tekstual dengan mendorong simulasi gaya percakapan secara tertulis. Selain itu, kemampuan penulis untuk Link blog bersama-sama pada satu halaman, untuk membuat blogroll (daftar blog di samping teks utama), dan untuk menciptakan wiki dan listserve tertentu kelompok, semua menawarkan kesempatan untuk membangun komunitas baru di sekitar tulisan dan teks.
5.     Genre
Untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre (Hyon, 1996; Johns, 2002):
1.     pekerjaan Australia dalam tradisi Sistemik Fungsional ilmu bahasa
Genre dipandang sebagai 'a dipentaskan , berorientasi pada tujuan proses sosial '(Martin, 1992: 505), menekankan karakter tujuan dan berurutan berbeda genre dan mencerminkan kepedulian Halliday dengan bahasa cara yang sistematis terkait dengan konteks . Genre adalah proses sosial karena anggota suatu budaya berinteraksi untuk mencapai mereka, berorientasi tujuan karena mereka telah berevolusi untuk mencapai hal-hal , dan dipentaskan karena makna
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk
mencapai tujuan mereka.
Pada tata bahasa berbasis genre dalam pengajaran Grammar adalah nama untuk sumber daya yang tersedia untuk pengguna bahasa sistem untuk menghasilkan teks. Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis menggeser penggunaan bahasa dari implisit dan tidak sadar untuk manipulasi sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai. Berdasarkan genre tata bahasa berfokus pada cara yang dilalui berbeda proses bahasa atau genre secara tertulis yang dikodifikasikan dalam berbeda dan dikenali cara. Ini pertama mempertimbangkan bagaimana teks terstruktur dan terorganisir di tingkat seluruh teks dalam kaitannya dengan tujuannya, penonton dan pesan. Kemudian mempertimbangkan bagaimana semua bagian dari teks, seperti paragraf dan kalimat, terstruktur, terorganisir dan kode sehingga membuat teks efektif komunikasi tertulis. Knapp dan Watkins (1994: 8).
2.     pengajaran bahasa Inggris untuk Keperluan Khusus
Wacana masyarakat berkembang konvensi dan tradisi mereka sendiri untuk seperti kegiatan lisan beragam seperti menjalankan pertemuan, menghasilkan laporan, dan mempublikasikan kegiatan mereka. Kelas-kelas berulang komunikatif peristiwa adalah genre yang mengatur kehidupan verbal. Genre ini menghubungkan masa lalu dan masa kini, sehingga kekuatan keseimbangan tradisi dan inovasi. Mereka menyusun peran individu dalam kerangka yang lebih luas, dan lebih lanjutmembantu orang-orang dengan aktualisasi komunikatif mereka rencana dan tujuan. Sengkedan ( 1998: 20).
Gagasan bahwa orang memperoleh, menggunakan, dan memodifikasi bahasa teks tertulis dalam kursus akting sebagai anggota kelompok kerja merupakan pusat ESP sebagai tujuannya adalah untuk menggambarkan kendala dan kelompok praktek menulis dalam konteks akademik dan profesional. aliran di sini, kemudian, terdiri dari ikelas peristiwa komunikatif digunakan oleh spesifik komunitas wacana yang anggotanya berbagi luas komunikatif tujuan (Swales , 1990: 45-7). Tujuan ini adalah dasar pemikiran genre dan membantu membentuk cara terstruktur dan pilihan dari isi dan gaya itu membuat tersedia. Ini adalah pandangan dari bahasa termotivasi oleh aplikasi pedagogis dan deskripsi yang berbeda genre telah banyak digunakan dalam metode dan bahan untuk universitas mahasiswa dan profesional (misalnya Hyland, 2003; Johns, 1997; Sengkedan dan Feak, 2004).
Menganalisis struktur skema telah terbukti tak ternilai bagi pemahaman menulis, tapi ada bahaya terlalu menyederhanakan jika kita asumsikan blok teks menjadi monofungsional. Bhatia (1999; 2004) telah menunjukkan bahwa tujuan tidak langsung, atau 'niat pribadi', dapat dinyatakan bersam         aan dengan lebih 'diakui secara sosial'. Ada juga masalah yang struktur disarankan hanya mungkin mencerminkan analis intuisi tentang teks. Ini menyoroti kebutuhan untuk bergerak untuk hati-hati divalidasi baik dari segi fitur linguistik yang dikandungnya dan komentar-komentar dari pengguna teks-teks (Crookes, 1986). Makin kemudian, analis telah melampaui pementasan generik untuk mengidentifikasi kelompok fitur yang tampaknya untuk menandai teks tertentu atau bagian-bagian dari teks.
Dengan demikian penelitian menunjukkan pentingnya hedging dan keharusan dalam teks akademis dan bagaimana kehadiran kolokasi diperpanjang seperti sebagai hasil, perlu dicatat bahwa, dan bantuan sebagaimana dapat dilihat mengidentifikasi teks sebagai milik genre akademik sementara berkaitan dengan, sedang melakukan, dan sesuai dengan kemungkinan untuk menandai teks hukum (Hyland, 2008).
3.     studi Retorika Baru dikembangkan dalam komposisi Amerika Utara konteks
Dua dalam melihat genre sebagai lebih fleksibel dan kurang mudah untuk mengajar. Penekanan yang lebih besar diberikan kepada cara-cara yang genre berkembang dan pameran variasi, dan ini menyebabkan pemahaman yang jauh lebih sementara dari Konsep (Freedman dan Medway, 1994). Retorika baru berfokus kurang pada bentuk bergenre daripada tindakan bentuk ini digunakan untuk menyelesaikan, dan sehingga cenderung menggunakan alat-alat penelitian kualitatif yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan konteks mereka daripada orang-orang yang menggambarkan mereka konvensi retoris ( Miller , 1984).
Coe di New Retorika bergenre. Genre adalah termotivasi, hubungan fungsional antara jenis teks dan situasi retoris. Artinya, genre bukanlah jenis teks maupun situasi, melainkan hubungan fungsional antara jenis teks dan jenis situasi. Jenis teks bertahan karena mereka bekerja, karena mereka merespons secara efektif terhadap situasi yang berulang. Coe (2002). Sebagai hasil dari fokus ini, penelitian telah meneliti isu-isu seperti sejarah evolusi genre (Atkinson, 1999b); proses merevisi dan menanggapi pengulas dalam menulis artikel ilmiah (Berkenkotter dan Huckin, 1995), dampak sosial mentransfer ke genre baru konteks dengan tujuan yang berbeda (Freedman dan Adam, 2000), dan Studi genre di tempat kerja (Pare, 2000; Dias et al, 1999).
Variasi yang lebih serius adalah hasil dari interdiscursivity (atau penggunaan konvensi dari genre lain), khususnya intrusi meningkat elemen promosi ke dalam genre sering dianggap non–promosi (seperti iklan kelembagaan dalam pengumuman job) dan pertumbuhan yang 'personalisasi sintetis' genre publik formal (seperti surat dari kantor pemerintah daerah) (Fairclough, 1995). Pencampuran genre dalam hal ini cara mengaburkan perbedaan yang jelas, kadang-kadang sejauh bahwa genre baru menjadi diakui dalam masyarakat (misalnya Infotainment, advertorial dan docudrama ). Pada akhirnya, bagaimanapun, genre adalah cara-cara yang kita terlibat dalam , dan memahami, dunia sosial dan kompetensi kami untuk menggunakan mereka tidak terletak pada kemampuan kita untuk mengidentifikasi penggunaan monolitik bahasa , tapi untuk memodifikasi pilihan kita sesuai dengan konteks di mana kita menulis.

  1. Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang penulis. Dalam arti luas, identitas mengacu pada 'cara bahwa orang-orang menampilkan siapa mereka satu sama lain '(Benwell dan Stokoe, 2006: 6): kinerja sosial dicapai dengan menggambar pada tepat sumber daya linguistik. Oleh karena itu, identitas dipandang sebagai dibangun oleh kedua teks kita terlibat dalam dan pilihan bahasa yang kita buat, sehingga bergerak identitas dari pribadi ke ranah publik , dan dari proses tersembunyi kognisi konstruksi sosial dan dinamis dalam wacana. Dengan kata lain, pandangan ini pertanyaan apakah ada adalah mutlak, tidak berubah diri bersembunyi di balik wacana dan menunjukkan bahwa identitas adalah kinerja.
Pengertian saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial  dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis buat dalam wacana merekaPilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk  interpretasi penulis 'sebagai akibat dari pribadi dan sosial budaya  pengalaman. Identitas demikian mengacu penulis berbagai 'diri' mempekerjakan dalam konteks yang berbeda, proses hubungan mereka dengan khusus masyarakat, dan tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional  tertulis di dalamnya. Dengan identitas perlu dibedakan dari gagasan suara dalam literatur ekspresif. Voice adalah ide yang kompleks dengan berbagai makna dan konotasi, tapi pada dasarnya mengacu pada penulis disignature tinctive, cap individu bahwa ia meninggalkan pada teks (Elbow, 1994).
Konsep berakar dalam budaya Barat arus utama dan sering bertentangan dengan norma-norma komunikatif siswa ESL dari budaya yang lebih kolektivis (Ramanathan dan Atkinson, 1999a). Sebaliknya, bukannya mencari bukti tekstual dari penulis pribadi diri, identitas terletak di publik, institusional didefinisikan peran orang menciptakan secara tertulis sebagai anggota masyarakat , termasuk 'representasi mereka penonton, materi pelajaran, dan elemen lain dari konteks' (Cherry, 1988 : 269). Pandangan sosial ini melihat identitas sebagai retorika jejak keanggotaan: komitmen untuk cara-cara tertentu melihat dunia dan mewakili kepada orang lain sebagai orang dalam . Dalam kehidupan publik kita bermain peran-peran profesional dan mengklaim identitas profesional, menulis sebagai pemilik toko, eksekutif perusahaan, atau psikolog kognitif, menggunakan wacana perdagangan kami . Identitas sini kemudian menyangkut bagaimana menulis membutuhkan pada fitur diskursif dan epistemologis dari suatu budaya tertentu: bagaimana penulis memproyeksikan insider etos dan sinyal hak mereka untuk didengar sebagai anggota kompeten kelompok.
Faktor-faktor sosial budaya seperti jenis kelamin, kelas sosial, usia, agama, etnis, latar belakang regional, dan seterusnya adalah aspek kunci dari pengalaman kami dan dapat membantu membentuk proyeksi kami dari identitas kepenulisan. Cara-cara yang penulis menampilkan diri dan menemukan diri mereka diposisikan dalam membangun identitas discoursal telah secara ekstensif dibahas oleh Ivanic (Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999). Dia berpendapat bahwa identitas penulis 'secara sosial dibangun oleh prototipe ini 'kemungkinan self-hood' tersedia dalam konteks penulisan. Berinteraksi dengan ini tiga aspek yang tidak terpisahkan dari identitas yang sebenarnya penulis saat membuat teks tertentu.
Ivanic identitas penulis
1)     The otobiografi diri adalah diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis.
2)     The discoursal diri adalah penulis kesan sadar atau tidak sadar menyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks.
3)     The kepenulisan diri menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness dengan yang penulis menulis.
Hal ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kemauan untuk secara pribadi mendapatkan di belakang argumen dan klaim. (Lihat Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999). Ini adalah tampilan yang dinamis identitas yang menekankan ketegangan yang ada ketika penulis individu memenuhi wacana lembaga di mana mereka menulis.
Pada pertemuan kelima kali ini, Mr. Lala Bumela, M.Pd meminta kami untuk menuliskan kembali critical mengenai Howard Zinn dan cerita tentang Columbus. Kami diminta untuk mengkritisi artikel Howard Zinn di kelas secara langsung dalam waktu 30 menit in english. Ini merupakan hasil tulisan saya di kelas:
When the Howard Zinn wrote his article about Columbus, he accept many letter from many people in the world. America people knew that Columbus is the first person that found the America’s continental, the America’s hiro, and the inovator. America people has never read that the Columbus is not the first people who found the  America continental and the bad fact about Columbus.
Howard Zinn has the different opinion about the statement that Columbus is the first person that found the America Continental, the hiro or the inovator as the America knew about Columbus. In his article Zinn wrote that the Columbus is not the first person that found the America. Zinn wrote about fact that Columbus as a murdered, a kidnapper, and a multilator.
Literasi sebagai praktek sosial. Jelas kritik dari definisi universal melek huruf dan efek kognitif tertentu berasal dari sejumlah penulis dan peneliti, seringkali saat ini disebut sebagai bekerja dalam New Literacy Studies’. Penulis seperti, di antaranya salah satu yang paling penting adalah antropolog Brian Street, berpendapat bahwa hal itu tidak melek huruf seperti yang mengembangkan cara tertentu penalaran, tetapi bahwa cara di mana orang menggunakan tertulis (dan lisan) bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka melibatkan cara tertentu berpikir (Street, 1984, 1995).
Selain itu, penulis dalam tradisi ini berpendapat untuk kebutuhan untuk berteori signifikansi sosial dari praktik keaksaraan yang beragam dan, seperti yang dibahas di bawah, mereka menarik pada karya teori sosial kritis untuk melakukannya. Sebuah 'perspektif sosial' pada keaksaraan tidak berfokus pada akuisisi individu atau penggunaan keterampilan, tetapi lebih pada cara orang menggunakan bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Literasi dari perspektif ini dipandang sebagai 'praktek sosial'. Berikut ini kutipan dari Barton dan Hamilton menawarkan ringkasan tentang apa artinya untuk mempertimbangkan keaksaraan sebagai praktik sosial. Anda dapat melihat sekilas bahwa keaksaraan dalam perspektif ini dikonseptualisasikan terutama sebagai kegiatan sosial dengan tujuan sosial tertentu dan hasil .
1)     Literasi paling baik dipahami sebagai seperangkat praktek-praktek sosial, ini dapat disimpulkan dari kejadian-kejadian yang dimediasi oleh teks tertulis.
2)     Ada kemahiran yang berbeda terkait dengan domain yang berbeda dari kehidupan.
3)     Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
4)     Praktik keaksaraan adalah tujuan dan tertanam dalam tujuan sosial yang lebih luas dan praktek budaya.
5)     Literasi secara historis berada.
6)     Praktik keaksaraan berubah dan yang baru sering diperoleh melalui proses pembelajaran informal dan pengambilan akal.
Barton dan Hamilton, 1998, p.8. Para peneliti yang bekerja dalam pendekatan ini cenderung untuk menantang perspektif kognitif diuraikan dalam bagian sebelumnya. Pada 1990-an perdebatan tentang manfaat relatif dari masing-masing perspektif sebagai dasar untuk praktek pendidikan menjadi isu di media Inggris. Anda bisa mendapatkan beberapa pemahaman tentang sifat dari perdebatan ini, serta fitur penting dari 'melek huruf sebagai praktek sosial' pendekatan, dari pembacaan berikutnya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penulisan sejarah sangat erat kaitannya dengan literasi, karena hanya orang yang gemar membaca dan orang yang bisa menulislah yang dapat menciptakan suatu pemikiran baru tentang bagaimana sebuah ide dapat diabadikan melalui sebuah tulisan. Orang yang gemar membaca tentunya pengetahuannya pun sangat luas, seorang yang gemar membaca cenderung memiliki sifat ketidakpuasan dan rasa penasaran terhadap apa yang ia baca. Sehingga seorang “qualified reader” dapat menyesuaikan pengetahuan yang ia dapat dari kegiatan membaca untuk kemudian dituangkan pendapat dan idenya dalam sebuah tulisan yang berkualitas dan sesuai dengan fakta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic