We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 10 Maret 2014

Kehidupan berLITERASI

Class review 5



Pertemuan kali ini sudah memasuki minggu keenam.  Selasa, 4 Maret 2014, kegiatan dipertemuaan minggu ini yaitu mengevaluasi hasil tulisan kita minggu lalu yang ternyata tulisan kita masih banyak kekurangan.  Sebagai seorang penulis, kita acap kali lupa hal-hal penting yang seharusnya kita torehkan dalam tulisan kita.  Beberapa atau banyak dari kita yang menulis tidak sesuai struktur yang ada.  Namun, kesalahan yang kita buat masih tergolong kategori “weakness”.  Weakness itu sendiri yaitu ketika membuat sesuatu kita tidak mengetahui aturan yang ada dan hasilnya apa yang kita telah buat itu salah.  Selain kategori weakness, masih ada dua kategori lagi yaitu weakness dan ignorance.  Mistake yaitu jika dalam membuat sesuatu kita sudah mengetahui general structure-nya tetapi kita tidak menerapkan apa yang kita ketahui tersebut dengan baik, itu artinya kita telah membuat kesalahan (mistake).  Sedangkan, ignorance yaitu kita tidak tahu sama sekali aturan dalam membuat sesuatu tersebut tetapi kita tetap melakukannya.  Kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana hasil yang akan didapat.  Dalam hal ini, ignorance merupakan kategori terparah.
Beberapa weakness yang kita lakukan pada kritikal review pertama kita, yaitu sebagai penulis ternya kita masih terjebak dengan hal-hal sepele, kita tidak dengan kata kunci yang ada yaitu class discourse, kita menceritakan konflik-konflik agama tanpa menunjukkan sudut pandang kita terhadap konflik tersebut, struktur generik tidak dibangun dengan baik dan kita lupa meletakan referensi diawal paragraf atal kalimat dan hanya menuliskan referensi tersebut diakhir tulisan.  Ternyata kita benar-benar telah membuat banyak kesalahan, hal-hal sepele yang kita lakukan telah membuat tulisan yang kita buat terasa ada yang kurang.  Mr. Lala hanya dapat mengatakan satu hal kepada kita yaitu masih banyak ruang kosong yang harus kita perbaiki.
Proses selanjutnya yaitu proses menulis secara langsung di dalam kelas untuk mengetahui tingkat kreatifitas kita ketika menulis.  Saat proses menulis berlangsung kita duduk dengan saling membelakangi teman kita sendiri seperti posisi saat kita berada di kereta api.  Kemudian, Mr. Lala berkeliling melihat dan memeriksa hasil yang telah kami tulis.  Beliau memberikan saran apa yang seharusnya kami lakukan terhadap tulisan tersebut.  Berikut ini adalah hasil menulis saya ketika di dalam kelas:
A New Version of Columbus
After I read the text from Howard Zinn, I realized that there are some facts from Christoper Columbus that he is a murderer, a torturer, a kidnapper, a mutilator of native people, a hypocrite, a greedy man looking for gold and so on. I just know about this. Before Howard Zinn tells us about this I only know that Columbus is American island’s founder, no more than that. But, after I read the text I search more information about Columbus and American island. Then, I found the information that Columbus is not the founder of American island. I knew about this before but because we never mention the people who come early than Columbus in our subject in the school. So, it seems like that as a muslim we don’t know the real story of that.
Back to the Howard Zinn, in his book titled “A People’s History of the United States” he tried to open American people’s thought about Columbus, about what people did not know about Columbus. He wants  American people realize that they are believe in wrong person.
 
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Pramoedya Ananta Toer
Contextuality
Dalam menulis dan memberikan argumen terhadap tulisan seseorang, terlebih dulu yang harus kita ketahui adalah tentang penulis itu sendiri.  Ini bertujuan agar kita tidak asal dalam memberikan pendapat atau sanggahan kepada penulis tersebut.  Disinilah peran contextualitas berada, kita diharapkan mengetahui lebih dalam tentang penulis.  mencari tahu tentang latar belakang kehidupan penulis dan latar belakang pendidikannya, serta karya-karya yang telah mereka buat atau terbitkan.
Hubungan Sejarah dan Literasi
Pembahasan yang kita bahas setiap minggunya akan selalu berhubungan dengan literasi karena literasi merupakan pijakan utama untuk mempelajari sebuah bahkan beberapa ilmu pengetahuan.  Dan untuk kali ini kita akan menghubungkan literasi dengan sebuah sejarah.
Apa hubungan literasi dan sejarah ? Pertanyaan tersebut salah satu dari komentar yang diberikan Mr. Lala terhadap critical review 2 saya yang diposting di blog kelas.  Seperti yang telah Mr. Lala katakana di kelas bahwa yang menulis sejarah adalah orang-orang yang berliterat.  Dari pernyataan tersebut sudah dapat dipastikan bahwa sejarah dan literasi sangat berhubungan erat.
Herodotus yang dianggap sebagai bapak sejarah dunia Barat. Dia mendekati sejarah sebagai ilmu dengan mengumpulkan materinya secara sistematis dan melakukan pengujian akurasinya.
Sedikit membahas kembali tentang Columbus, sebuah pertanyaan muncul dibenak saya “mengapa orang-orang lebih mengenal Columbus sebagai penemu benua Amerika dibandingkan dengan Laksamana Cheng Ho ?”  saya pernah mendengar dari seorang guru semasa saya duduk di bangku sekolah menengah bahwa Columbus menulis perjalanannya mengelilingi dunia di dalam sebuah diary.  Columbus menuliskan tempat-tempat yang pernah dia datangi di dalam buku tersebut.  Mungkin itu juga yang membuat orang-orang lebih mengenal Columbus sebagai penemu benua Amerika karena Columbus meninggalkan bukti tertulis yang membut orang0orang berpikiran bahwa dialah penemu benua Amerika tersebut.
Terlepas dari cerita tentang Columbus, sejarah sendiri memang terikat erat dengan literasi.  Orang-orang mengetahui sebuah sejarah dari kegiatan literasi, yaitu membaca.  Meskipun orang tersebut tidak tahu apapun tentang tersebut tetapi orang tersebut akan berusaha memcari tahu dan membaca sejarah tersebut sehingga ada kegiatan literasi yang berlangsung.
“Do we just use the text as evidence to answer this question or can we use the date of the document also?”
Apa yang kita tangkap dari pertanyaan diatas ?  Dari pertanyaan tersebut dapat kita pahami bahwa ketika kita membaca sebuah teks sejarah, tanggal adalah hal penting dalam menjawab pertanyaan tersebut.  Dalam menulis essai sejarah, selain kita harus mampu menceritakan ulang peristiwa-peristiwa tersebut dan memberikan argumen, kita juga harus menyertakan fakta-fakta penting.
Literasi sebagai pusat sejarah.  Seperti yang dikutip dari teachinghistory.org, melakukan sejarah di perguruan tinggi berarti membaca pegunungan bahan-mengidentifikasi dan mengkritisi argumentasi dan waran pembuktian mereka, dan mencari interpretasi alternatif dan beberapa suara.  Seperti kata Princeton sejarawan Hendrik Hartog dalam Journal of American History roundtable pada keadaan praktek sejarah, "The one [practice] we all engage in as historians is reading".  Nah, sudah jelas bukan bahwa yang terlibat sebagai sajarawan adalah membaca.  Membasa=literasi, membaca selalu berkaitan erat dengan apapun dalam memperoleh ilmu pengetahun.  Selain membaca, kegiatan literasi lain yang berhubungan dengan sejarah yaitu menulis.  Sejarah ada karena ada orang-orang yang telah menorehkan tintanya diatas kertas dan menyebarkannya kepada kita sebagai sebuah sejarah yang telah diukir, sebagai sebuah peristiwa yang telah terjadi.
. . . even if you’re not an English teacher, you are still a literacy teacher.
Masih dikutip dari teachinghistory.org, content-area literacy yang benar dalam sejarah menuntut siswa belajar membaca dan menulis strategi khusus untuk sejarah.  Dalam contoh di atas, Matt adalah "sumber" bahkan jika dia tidak tahu itu dan ini merupakan keterampilan penting untuk membaca dalam sejarah. Susie sedang berjuang dengan bagaimana berkomunikasi pengetahuan sejarah secara tertulis dan membutuhkan bantuan dengan pemahaman dan memproduksi argumen sejarah.  Siswa harus belajar tempat itu, waktu, penonton, dan materi bertujuan untuk bagaimana penulis kerajinan dan menyampaikan pesan mereka.
Sejarah membutuhkan jenis strategi membaca dan menulis tertentu yang sangat penting untuk mahasiswa yang kuliah-, karier-, dan kewarganegaraan-siap.  Hal ini membutuhkan bahwa siswa menjadi pencipta dan penikmat argumen, pembaca berhati-hati, dan kuesioner yang baik.  Siswa harus belajar tempat itu, waktu, penonton, dan materi bertujuan untuk bagaimana penulis mengukir dan menyampaikan pesan mereka.  Mereka harus belajar untuk mengajukan pertanyaan dari teks seperti: yang suaranya hilang ?  Apa bukti untuk klaim itu ?  Bagaimana kesimpulan tentang topik ini terbatas ?  Sejarah menawarkan kesempatan bagi siswa untuk belajar bagaimana mengidentifikasi dan menulis klaim kausal, menggunakan bahasa memagari untuk menegaskan tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak, mengidentifikasi ambiguitas, dan mempertimbangkan bukti untuk mengajukan klaim meyakinkan.  Pentingnya lireasi diterapkan di dalam kelas karena membaca dan menulis merupakan pusat sumber daya kelas.  Hal ini seperti yang tertulis dalam kalimat berikut ini:
"membaca, analisis, dan menulis yang diperlukan untuk mengembangkan pemahaman kita tentang masa lalu."
Ini menunjukan bahwa perihal menulis memang sudah menjadi sorotan dunia global dan dianggap memiliki pengaruh besar dalam maju mundurnya sebuah peradaban.  Salah satu contoh sejarah yaitu menurut Budiono Herusatoto (2011) bahwa sejak tanggal 1 bulan Srawana tahun 1 Saka (7 Maret 78 Masehi) telah terjadi reformasi kebudayaan Jawa, dari budaya lisan dan mendengarkan menjadi budaya tulis dan membaca.  Seorang hujattul Islam, Imam Ghazali mengatakan bahwa, “kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Sebab dengan menjadi seorang penulis namamu akan menjadi penanda dan tersohor layaknya mereka.  Kita memang bentukan dari sejarah tapi bukan berarti sejarah kita ditentukan sepenuhnya oleh sejarah pendahulu kita. Sebab kita hidup dalam generasi kita dan seperti apa bentuk atau karakternya kitalah yang menentukanya. Maka, mari kita pahat peradaban ini dengan ciri khas produktivitas menulisnya.

Peran Literasi
Literasi mempunyai dua peran penting yaitu literacy as  social practices dan literacy as political practices.  Literasi selalu menjadi situs utama kontestasi budaya dan indikator kunci dari nilai-nilai budaya dan organisasi sosial.  Berikut adalah sedikit penjelasan tentang kedua peran tersebut.
a.       Literacy as social practices
Dikutip dari sebuah situs, jelas kritik dari definisi universal melek huruf dan efek kognitif tertentu berasal dari sejumlah penulis dan peneliti, seringkali saat ini disebut sebagai bekerja dalam ‘New Literacy Studies’.  Penulis seperti, di antaranya salah satu yang paling penting adalah antropolog Brian Street, berpendapat bahwa hal itu tidak melek huruf seperti yang mengembangkan cara tertentu penalaran, tetapi bahwa cara di mana orang menggunakan tertulis (dan lisan) bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka melibatkan cara tertentu berpikir (Street, 1984, 1995).  Selain itu, penulis dalam tradisi ini berpendapat untuk kebutuhan untuk berteori signifikansi sosial dari praktik keaksaraan yang beragam dan seperti yang dibahas di bawah, mereka menarik pada karya teori sosial kritis untuk melakukannya.
Sebuah ‘perspektif sosial pada keaksaraan tidak berfokus pada akuisisi individu atau penggunaan keterampilan, tetapi lebih pada cara orang menggunakan bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari mereka.  Literasi dari perspektif ini dipandang sebagai praktek sosial.  Berikut ini kutipan dari Barton dan Hamilton menawarkan ringkasan tentang apa artinya untuk mempertimbangkan keaksaraan sebagai praktik sosial.  Anda dapat melihat sekilas bahwa keaksaraan dalam perspektif ini dikonseptualisasikan terutama sebagai kegiatan sosial dengan tujuan sosial tertentu dan hasil.
·         Literasi paling baik dipahami sebagai seperangkat praktek-praktek sosial, ini dapat disimpulkan dari kejadian-kejadian yang dimediasi oleh teks tertulis.
·         Ada kemahiran yang berbeda terkait dengan domain yang berbeda dari kehidupan.
·         Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
·          Praktik keaksaraan adalah tujuan dan tertanam dalam tujuan sosial yang lebih luas dan praktek budaya.
·         Literasi secara historis berada.
·         Praktik keaksaraan berubah dan yang baru sering diperoleh melalui proses pembelajaran informal dan pengambilan akal.
Barton dan Hamilton, 1998,p.8

Para peneliti yang bekerja dalam pendekatan ini cenderung untuk menantang perspektif kognitif diuraikan dalam bagian sebelumnya.  Pada 1990-an perdebatan tentang manfaat relatif dari masing-masing perspektif sebagai dasar untuk praktek pendidikan menjadi isu di media Inggris.  Anda bisa mendapatkan beberapa pemahaman tentang sifat dari perdebatan ini, serta fitur penting dari pendekatan ‘literacy as social practice’, dari pembacaan berikutnya.
Mengutip dari sebuah situs “Instead of thinking about literacy as an entity (something you either have or don’t have), thinking literacy as social practice can be revolutionary”.

b.      Literacy as political practices
Tidak banyak data yang saya dapat mengenai peran literasi sebagai praktik politik.  Ketika mencari tahu tentang peran literasi yang satu ini, saya saya dapatkan adalah hasil penelitian dari Dr. Stephen Black tentang kehidupan dipenjara.  Apa hubungannya dengan literasi sayapun belum memahaminya.  Tetapi sedikit yang saya tangkap dari tulisan beliau yaitu ketika seorang mantan narapidana kembali ke masyarakat dan mulai mencari pekerjaan.  Ternyata sulit bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaa, perusahaan-perusahaan yang ada telah memasang kriteria khusus untuk literacy skill mereka.  Kemampuan membaca dan menulis mereka sangat dituntut dalam kriteria tersebut.  Ternyata disini perusahaan-perusahaan memainkan literasi sebagai praktek politik dimana mereka berperan langsung dalam memilih pegawai mereka sendiri.

Hubungan Literasi dengan Artefak
Lehtonen (2000), seperti yang sering terjadi berkaitan dengan pertanyaan dua sisi, hal ini berguna untuk mempelajari teks dari kedua sudut pada saat ini, baik sebagai bahan fisik dan semiotik.  Selain itu, fakta bahwa kualitas fisik dan semiotik terjalin dalam teks-teks berpendapat untuk melakukannya.  Teks yang pasti makhluk fisik, tetapi mereka ada dalam bentuk seperti agar makhluk semiotik.  Sebaliknya, teks dapat menjadi makhluk semiotik hanya ketika mereka memiliki beberapa bentuk fisik.
Berkenaan dengan sisi fisik mereka kita dapat berpikir bahwa teks adalah artefak komunikatif, dengan kata lain, instrumen - manusia yang dihasilkan dari komunikasi.  Sebagai artefak, teks telah dihasilkan melalui bantuan dari berbagai teknologi.  Bentuk-bentuk materi teks mencerminkan sifat tersebut.  Teknologi awal yang bertujuan untuk menghasilkan teks tertulis yang terhubung ke kapak dan pisau, dengan tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu.  Alat seperti itu tidak baik untuk menghasilkan teks dalam skala besar, baik dari segi panjang atau dalam jumlah .  Penggunaan bulu dan perkamen dalam waktu menciptakan jenis baru dari artefak (gulungan panjang), serta gaya penulisan yang berbeda.  Kemudian, teknik cetak melahirkan generasi baru buku yang berbeda dari yang sebelumnya dalam segala hal. Ini kemudian menjadi mungkin untuk menghasilkan volume tak terhitung teks panjang.
Teks diciptakan oleh teknologi ini juga telah meninggalkan jejak mereka pada konsepsi 'teks' yang berlaku dalam budaya kita.  Teknologi yang lebih baru, meskipun, telah diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain dari teks daripada mereka yang terdiri dari tanda dicetak di atas kertas.  Perpustakaan melestarikan teks mikrofilm.  Teks surat elektronik yang dihasilkan oleh keyboard komputer, dan terlihat pada monitor dan menampilkan.  The Oxford English Dictionary dan Collected Works of William Shakespeare yang tersedia dalam bentuk CD-ROM dan Encyclopaedia Britannica dapat dibaca di internet.  Tak satu pun dari bentuk-bentuk ini memerlukan kertas atau tinta.  Masing-masing dari mereka menuntut keterampilan khusus dan pengetahuan yang melampaui keaksaraan biasa.
Tidak ada satu bit sangat kecil yang alami dalam teks-teks manifol.  Mereka memang makhluk yang paling tidak wajar.  Seperti menjadi jelas dalam survei bab sebelumnya ke dalam hubungan antara bentuk fisik teks dan teknologi yang dihasilkan mereka, bahkan yang paling tampaknya tidak bersalah dan sederhana teks menyembunyikan jumlah beragam sejarah manusia. Semua naskah memiliki sejarah produksi mereka sendiri.  Orang-orang tertentu telah menghasilkan mereka di bawah prasyarat historis dan material tertentu.  Prasyarat ini mencapai dari bahasa yang digunakan untuk genre, diasumsikan pembaca, saluran distribusi teks dan hal-hal seperti lainnya.

Key Issues in Writing
Dalam buku Hyland (2002,2009), ada lima kunci utama dalam menulis yaitu konteks, literasi, budaya, teknologi, genre dan identitas.  Bersama-sama mereka memberitahu kita sesuatu dari keadaan saat ini bermain dalam menulis penelitian dan pengajaran dan, saya berharap, memberikan dasar untuk berpikir, merefleksikan dan membaca lebih lanjut pada subjek.  Referensi materi berikut ini mengenai kelimanya seluruhnya credits belong to Hyland (2002,2009).

1.     Menulis dan konteks
Sebagaimana telah kita lihat dalam bab sebelumnya dari buku Hyland, cara kita memahami tulisan telah dikembangkan melalui pemahaman yang semakin canggih dari konteks. Kami menyadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang berada dalam kata-kata kita menulis dan kirim ke orang lain, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena mereka memahami kata-kata ini dengan cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat lainnya. Akibatnya, analis dan guru sekarang mencoba untuk memperhitungkan faktor-faktor personal, institusional, dan sosial yang mempengaruhi tindakan menulis.
Secara tradisional, faktor-faktor kontekstual sebagian besar dipandang sebagai 'obyektif' variabel seperti kelas, gender atau ras, tapi sekarang cenderung dipandang sebagai apa yang akan dilihat peserta sebagai relevan. Jadi, surat pribadi, misalnya, mungkin berarti sesuatu yang berbeda untuk penulis dan penerima dari pembaca biasa.

Quote Van Dijk pada konteks
Ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan situasi seperti itu. Konteks demikian bukan semacam kondisi 'obyektif' atau penyebab langsung, melainkan (antar) konstruksi subjektif dirancang dan secara berlanjut diperbarui dalam interaksi dengan peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka, semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah peserta konstruksi. 
Van Dijk ( 2008: viii)


Jadi, bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus melihatnya dilantik sebagai sosial, interaktif berkelanjutan dan terikat waktu (Duranti dan Goodwin, 1992).  Ini harus diakui, bagaimanapun, konteks yang jarang dianalisis dalam dirinya sendiri dan biasanya diambil untuk diberikan atau didefinisikan agak impresionistis.  Setelah semua, mengingat semua situasi di mana kita bisa membaca atau menulis, konteks mungkin intuitif meliputi segala sesuatu.  Cutting (2002:3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks penafsiran ini:
konteks situasional: apa yang orang tahu tentang apa yang mereka lihat di sekitar mereka;
konteks latar belakang pengetahuan: apa yang orang tahu tentang dunia, apa yang mereka tahu tentang aspek kehidupan, dan apa yang mereka ketahui tentang satu sama lain ';
co-tekstual konteks: apa yang orang tahu tentang apa yang mereka telah mengatakan.

Analis lebih berorientasi bahasa memahami konteks dengan cara yang berbeda dan mulai dengan teks, melihat sifat-sifat situasi sosial sebagai sistematis dikodekan dalam wacana.  Lebih dari pendekatan lain untuk bahasa,  Linguistik Fungsional Sistemik telah berusaha untuk menunjukkan bagaimana konteks meninggalkan jejak mereka di (atau disajikan dalam) pola penggunaan bahasa.  Halliday mengembangkan analisis konteks didasarkan pada gagasan bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa penulis dalam konteks tertentu dari situasi (Malinowski, 1949).  Artinya, bahasa bervariasi sesuai dengan situasi di mana ia digunakan, sehingga jika kita meneliti teks kita dapat membuat dugaan tentang situasi, atau jika kita berada dalam situasi tertentu kita membuat pilihan linguistik tertentu berdasarkan situasi itu.  Konteks situasi, atau mendaftar, adalah situasi langsung di mana penggunaan bahasa terjadi dan bahasa bervariasi dalam konteks tersebut bervariasi dengan konfigurasi lapangan, tenor dan modus.

Dimensi Halliday tentang konteks
• Field: Mengacu pada apa yang terjadi , jenis aksi sosial , atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).
• Tenor: Mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang mempengaruhi keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
• Mode: Mengacu pada apa bagian bahasa diputar, apa peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya).
Halliday (1985)

Dengan kata lain, bahasa yang kita gunakan untuk kebutuhan sesuai dengan situasi di mana kita menggunakannya, dan mendaftarkan merupakan upaya untuk mengkarakterisasi konfigurasi menulis (atau pidato) yang membatasi pilihan penulis akan membuat dalam suatu situasi.  Jadi, beberapa register berisi fitur cukup dapat diprediksi yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi korespondensi yang erat antara teks dan konteks.  Dokumen hukum dan manual komputer, misalnya, cenderung untuk menyesuaikan diri dengan konvensi lexis dan tata bahasa yang jarang ditemukan di tempat lain, sementara register yang lebih terbuka, seperti surat dan editorial, mengandung berbagai kurang dibatasi makna dan bentuk.
Jadi, tidak seperti konteks situasi pengaruh konteks budaya pada penggunaan bahasa yang lebih menyebar dan tidak langsung, beroperasi pada tingkat yang lebih abstrak.  Halliday melihat konteks budaya seperti yang diungkapkan dalam atau ('melalui') konteks yang lebih spesifik dari situasi, sehingga kita menggambarkan situasi sosial sebagai bagian dari budaya yang lebih luas.  Apa yang tidak jelas, bagaimanapun, adalah bagaimana budaya yang lebih luas ini sebenarnya impinges pada pengalaman lokal kami.  Bagaimana pengguna bahasa memahami instantiations ini dalam tindakan sehari-hari mereka menulis dan berbicara ?  Agaknya ada beberapa tingkat kognisi melalui mana penulis membangun dunia sosial mereka dan yang mempengaruhi produksi atau pemahaman wacana, tapi sementara SFG teori berusaha untuk melacak ini melalui jaringan sistem, ini tidak memuaskan dikembangkan dalam pengertian SFL konteks.  Fairclough (1992) melihat wacana sebagai penghubung antara konteks lokal dari situasi dan menyeluruh kelembagaan konteks ofculture. Hal ini karena dalam wacana di mana 'perintah dari wacana', atau disetujui praktek kelembagaan seperti tugas universitas, seminar, esai, dan sebagainya, beroperasi untuk menjaga hubungan yang ada kekuasaan dan otoritas.

2.    Literasi dan keahlian
Menulis, bersama dengan membaca, adalah tindakan literasi: bagaimana kita benar-benar menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari.  Konsepsi modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana mereka menggunakan teks.  Sebagai Scribner dan Cole (1981 : 236) mengatakan: 'Literasi tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam penggunaan konteks tertentu".  Ini mengingat peran keaksaraan sebagai layak membantu kita untuk memahami bagaimana orang-orang memahami hidup mereka melalui praktik rutin menulis dan membaca.
Pandangan berbasis sekolah tradisional menganggap keaksaraan sebagai kemampuan belajar yang memfasilitasi pemikiran logis, akses informasi, dan partisipasi dalam peran masyarakat modern.  Pandangan ini melihat literasi sebagai sesuatu psikologis dan tekstual, yang dapat diukur dan dinilai. Literasi dipandang sebagai satu set diskrit, keterampilan bebas nilai teknis yang meliputi decoding dan encoding makna, memanipulasi alat tulis, mengamati korespondensi bentuk suara, dan lain-lain, yang belajar melalui pendidikan formal.  Menulis adalah pemberdayaan pribadi, tetapi juga didefinisikan dalam hal kebalikannya: stigma pribadi yang melekat pada buta huruf.  Anda juga memilikinya atau tidak.  Oleh karena itu 'Literasi' adalah istilah dimuat, label defisit yang disertai dengan kekuatan sosial untuk mendefinisikan, mengkategorikan dan akhirnya mengecualikan orang-orang dari berbagai aspek kehidupan.
Menulis (dan membaca) adalah cara menghubungkan orang-orang dengan satu sama lain dalam cara-cara yang membawa makna sosial tertentu, sehingga menulis bervariasi dengan konteks dan tidak dapat disuling ke satu set kemampuan kognitif atau teknis.  Gagasan ‘functional literacy’, kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan berhasil dalam masyarakat mereka dengan menggunakan keterampilan menulis dan membaca untuk tujuan tertentu, menikah dengan konsep ‘critical literacy’, penolakan untuk mengambil keperluan seperti untuk diberikan.  Pendekatan ini melihat keaksaraan sebagai istilah relatif, sehingga tidak ada keaksaraan tunggal tetapi berbagai berbeda 'praktek' yang relevan dengan dan tepat untuk saat-saat tertentu, tempat, peserta dan tujuan.  Selain itu, praktik-praktik ini bukan sesuatu yang kita hanya mengambil dan meletakkan, tetapi merupakan bagian integral dari identitas kita individu, hubungan sosial dan keanggotaan masyarakat (Barton et al., 2007; Street, 1995, Street dan Lefstein, 2008).
Konsep 2.2 Pandangan sosial keaksaraan
1. Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal praktik keaksaraan masyarakat .
2. Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan domain yang berbeda dari kehidupan.
3. Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
4. Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
5. Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia untuk orang lain dan diri kita sendiri.
6. Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keaksaraan memandu tindakan kita untuk komunikasi.
7. Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajar dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini.
8. Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan praktek saat ini.
Barton (2007: 34-5)

Barton dan Hamilton (1998 : 6) mendefinisikan praktik keaksaraan sebagai 'cara budaya umum menggunakan bahasa tertulis yang orang menarik dalam hidup mereka'. Oleh karena itu menekankan sentralitas konteks, seperti yang dibahas di bagian sebelumnya, dan menunjukkan bagaimana kegiatan membaca dan menulis yang terkait dengan struktur sosial di mana mereka tertanam dan yang mereka membantu membentuk. Tapi sementara praktek-praktek ini adalah 'apa yang dilakukan orang dengan literasi', mereka agak abstrak karena mereka lihat tidak hanya membaca dan menulis, tetapi juga nilai-nilai, perasaan dan konsepsi budaya yang memberi makna menggunakan ini (Street, 1995:2). Dengan kata lain mereka termasuk pemahaman bersama, ideologi dan identitas sosial serta aturan-aturan sosial yang mengatur akses dan distribusi teks. Lebih konkret, praktek-praktek ini mengelompokkan ke dalam apa Heath (1983) menyebut ‘literacy events’.

Quote’s Literacy events
Peristiwa Literacy adalah episode diamati di mana keaksaraan memiliki peran. Biasanya ada teks tertulis, atau teks, pusat aktivitas dan mungkin ada pembicaraan sekitar teks. Acara episode diamati yang timbul dari praktik atau dibentuk oleh mereka. Gagasan peristiwa menekankan sifat terletak dari kemahiran, bahwa selalu ada dalam konteks sosial.
Barton dan Hamilton (1998:7)

Bagaimana teks diproduksi dan digunakan dalam acara-acara yang berbeda adalah aspek kunci dari belajar keaksaraan. Asumsi bahwa menulis selalu dikaitkan dengan domain tertentu aktivitas budaya berarti kita perlu mempelajari keaksaraan dengan cara yang baru, menggunakan account etnografis rinci tentang bagaimana menulis yang dimanfaatkan oleh orang-orang nyata di sekolah mereka, rumah, lingkungan dan tempat kerja.

Quote’s Baynham on researching literacy
Investigasi keaksaraan sebagai praktek melibatkan menyelidiki keaksaraan sebagai 'aktivitas manusia beton', bukan hanya apa yang dilakukan orang dengan literasi, tetapi juga apa yang mereka dapatkan dari apa yang mereka lakukan , nilai-nilai yang mereka tempatkan di atasnya dan ideologi yang mengelilinginya.
Baynham (1995:1)

Beberapa penelitian telah berfokus pada sifat terletak peristiwa rutin keaksaraan, seperti menulis surat, dan keyakinan budaya dan nilai-nilai yang melekat pada ini dalam konteks yang berbeda (misalnya Barton dan Hall, 1999). Lebih sering, bagaimanapun, penelitian telah berusaha untuk menggambarkan praktik keaksaraan sebagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan demikian, Jones (2000) menggambarkan praktek pejabat pertanian menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Welsh birokrasi saat berinteraksi dengan petani pada lelang ternak Welsh.  Di rumah-rumah Inggris Gujarati mungkin ibu yang mengambil peran literasi utama ketika menulis kepada anggota keluarga di India, menerjemahkan pesan verbal ke Gujarati untuk anak-anak berbahasa non - Gujarati nya (Barton dan Hamilton, 1998:183).

Konsep 2.3 Literasi dan kekuasaan
Tidak semua praktek keaksaraan adalah sama.  Negara memiliki kekuasaan yang sangat besar untuk mendefinisikan keaksaraan, buta aksara label, mengatur masuk ke kelompok-kelompok tertentu, dan membatasi akses ke pengetahuan.  Pertanyaan akses, dan produksi, teks dihargai adalah pusat dari pengertian kekuasaan dan kontrol dalam masyarakat modern.  Arti dari praktek keaksaraan dominan dibangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang cukup besar dalam masyarakat kita, seperti hukum pendidikandan.  Lembaga-lembaga pengendalian tegak dan mendukung praktek bergengsi tertentu dan kemudian mempertahankan kesenjangan sosial melalui pengecualian dari mereka.  Lainnya, lebih sehari-hari, tindakan menulis, sebaliknya, kurang didukung dan kurang berpengaruh.

Dengan melihat peristiwa keaksaraan yang berbeda menjadi jelas bahwa ada isnot satu keaksaraan tunggal tetapi kemahiran yang berbeda.  Artinya, ada konfigurasi yang berbeda dari praktek-praktek yang dikenali, nama dan terkait dengan berbagai aspek kehidupan budaya, seperti membaca akademik, melek hukum dan melek tempat kerja.  Tuntutan melek huruf yang meningkat dari dunia modern berarti bahwa orang harus terus-menerus bergerak melampaui keakraban praktek vernakular mereka untuk terlibat dengan orang-orang dari lembaga-lembaga yang dominan. Salah satu contoh adalah akses ke pendidikan tinggi.  Dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan disiplin siswa secara bersamaan menghadapi keaksaraan baru dan dominan dengan norma-norma sendiri, jargon, konvensi setsof dan cara berekspresi yang merupakan budaya yang terpisah (Bartholomae, 1986).

Quote Bartholomae pada keaksaraan akademik
Setiap kali seorang siswa duduk untuk menulis bagi kami, ia harus menciptakan universitas untuk acara - menciptakan universitas, yaitu, atau cabang itu, seperti Sejarah atau Antropologi atau Ekonomi atau Inggris.  Dia harus belajar berbicara bahasa kita, untuk berbicara seperti yang kita lakukan, untuk mencoba cara-cara aneh untuk mengetahui, memilih, evaluasi, pelaporan, menyimpulkan, dan berdebat yang mendefinisikan wacana komunitas kami.
Bartholomae (1986:4)

Pandangan institusional menyamar variabilitas literasi dan menggambarkan keaksaraan akademik sebagai cara jelas berpartisipasi dalam komunitas akademik (Candlin dan Plum, 1998).  Pandangan literasi, kemudian, memiliki implikasi untuk pengertian penulisan keahlian dan kompetensi.  Kita tidak bisa lagi menganggap 'penulis yang baik' sebagai seseorang yang memiliki kontrol atas mekanisme tata bahasa, sintaksis dan tanda baca, seperti pada tampilan otonom penulisan.  Juga tidak seseorang yang mampu meniru menyusun ahli dan mengubah-pengetahuanpraktek dengan pengerjaan ulang ide-ide mereka selama menulis, seperti dalam model proses.  Sebaliknya, konsepsi modern keaksaraan mendefinisikan seorang penulis ahli sebagai salah satu yang telah mencapai pengetahuan lokal yang memungkinkan dia untuk menulis sebagai anggota komunitas wacana (Carter, 1990:226).

Konsep 2.4 Sifat keahlian
Penelitian di bidang psikologi pendidikan melihat pergeseran dari pemula sampai pakar sebagai akuisisi bertahap pengalaman yang menyediakan template untuk perilaku yang kompeten dalam situasi tertentu.  Novis mengembangkan skema yang lebih canggih atau pengetahuan prosedural karena mereka secara bertahap belajar bagaimana bekerja dalam domain tertentu.  Pemula dimulai dengan strategi umum, dan sementara kebutuhan untuk mengurangi ini karena ia memperoleh keakraban dengan situasi, mereka tidak sepenuhnya dihilangkan.  Oleh karena itu keahlian adalah kontinum daripada negara, seperti pengetahuan umum semakin diterapkan dalam konteks tertentu.  Ketika diterapkan untuk menulis, Carter (1990) mencirikan pengembangan keahlian melalui lima tahap semakin strategi - konteks tertentu, yang berpuncak pada cairan, praktek unreflective.  Para ahli bereaksi secara intuitif untuk situasi biasa, tidak bergantung pada aturan atau strategi tetapi hanya melakukan apa yang bekerja didasarkan pada pemahaman yang berasal dari pengalaman.

Candlin (1999) mengidentifikasi sejumlah fitur makro yang mencirikan keahlian, termasuk kemampuan untuk menyesuaikan informasi dan aspek interpersonal pesan dengan kebutuhan penerima dan pengetahuan, dan tindakan mikro - diskursif seperti negosiasi, mediasi dan merumuskan. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak ada strategi dipindahtangankan, baik sebagai pengetahuan umum dan lokal tampaknya diperlukan untuk memperhitungkan keahlian menulis.  Namun, peserta didik lebih menjadi akrab dengan genre dan harapan masyarakat sasaran mereka, semakin besar akumulasi toko pengalaman mereka dapat memanfaatkan untuk memenuhi harapan tersebut.  Kompetensi lokal tetap dieksplorasi dan ditentukan untuk banyak domain.

3.    Menulis dan budaya
Gagasan pengalaman penulis dari praktik literasi berbeda masyarakat akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka menunjukkan bahwa guru harus mempertimbangkan bagian yang yang dimainkan budaya dalam menulis siswa. Budaya secara umum dipahami sebagai jaringan historis ditransmisikan dan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantolf, 1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran terikat dengan budaya (Kramsch, 1993). Hal ini sebagian karena nilai-nilai budaya kita tercermin dalam dan dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya membuat tersedia bagi kita tertentu yang diambil untuk diberikan cara mengatur persepsi kita dan harapan, termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi secara tertulis. Dalam menulis penelitian dan pengajaran, ini adalah wilayah retorika kontrastif.

Quote Connor pada retorika kontrastif
Retorika kontrastif adalah area penelitian dalam akuisisi bahasa kedua yang mengidentifikasi masalah dalam komposisi yang dihadapi oleh penulis bahasa kedua dan, dengan mengacu pada strategi retoris dari bahasa pertama, mencoba untuk menjelaskan mereka . . . retorika kontrastif menyatakan bahwa bahasa dan menulis adalah fenomena budaya.  Sebagai konsekuensi langsung, setiap bahasa memiliki konvensi retorika unik untuk itu.
Connor (1996:5)

Quote’s Research on L2 vs L1 students’ writing
•preferensi organisasi yang berbeda dan pendekatan untuk argumentstructuring
• pendekatan yang berbeda untuk menggabungkan bahan ke dalam tulisan mereka (parafrase, dll)
• perspektif yang berbeda pada pembaca - orientasi, pada perangkat menarik perhatian dan estimasi pengetahuan pembaca
• perbedaan penggunaan penanda kohesi, penanda tertentu yang membuat hubungan leksikal lemah
• perbedaan dalam penggunaan fitur linguistik terbuka (seperti kurang subordinasi, lebih bersama, kurang passivisation, pengubah bebas sedikit, kurang noun - modifikasi, kata-kata yang kurang spesifik, berbagai kurang leksikal, variasi diprediksi dan gaya sederhana).
Grabe dan Kaplan (1996 : 239)

Secara teoritis, para pengkritik menunjukkan bahwa karena retorika kontrastif dimulai dari asumsi perbedaan, itu 'cenderung melihat L2 menulis . . . terutama sebagai masalah transfer negatif L1 pola retoris untuk L2 menulis' (Casanave, 2004:41).  Hal ini tidak hanya melihat L2 menulis sebagai defisit, tetapi menjalankan risiko mengabaikan sejarah yang kaya dan kompleks kemahiran siswa tersebut dan apa yang mereka bawa ke kelas L2 (misalnya Horner dan Trimbur, 2002).  Budaya sebagai suatu sistem yang mencakup relatif stabil, homogen, dan semua norma-norma yang sangat menentukan perilaku pribadi (Atkinson, 1999a;2004).  Budaya telah digabungkan dengan entitas nasional, budaya consensualitywithin telah diasumsikan dan kontras dengan perbedaan di antara mereka, dan praktisi CR telah mengabaikan tempat hubungan kekuasaan yang tidak setara dan peran konflik dalam menggambarkan pengaruh budaya.

Quote Canagarajah pada Retorika Kontrastif
Meskipun CR merupakan penelitian langka dan tradisi pedagogis adat untuk ESL dengan nilai yang cukup bagi guru, harus mengembangkan jenis yang lebih kompleks penjelasan untuk perbedaan tekstual jika sekolah adalah untuk menikmati terus kegunaan.  Meskipun perbedaan selalu akan berada di sana secara tertulis, dan meskipun sebagian besar mungkin berasal dari budaya, cara di mana pengaruh ini terjadi bisa positif atau negatif, memungkinkan serta membatasi, dan guru harus menyadari semua ini kemungkinan ketika mereka mengajar menulis siswa.  Lebih penting lagi, guru harus diingat bahwa tidak ada yang perlu disandera oleh bahasa dan budaya, siswa dapat diajarkan untuk menegosiasikan struktur retoris yang saling bertentangan untuk keuntungan mereka.
Canagarajah (2002:68)

Faktanya adalah bahwa penulis pemula dari latar belakang bahasa yang berbeda (termasuk L1 English) menulis dalam cara-cara yang bertentangan dengan stereotip.  Penelitian, bagaimanapun, secara konsisten menunjukkan perbedaan dalam bagaimana L1 dan L2 penulis mengatur teks mereka dan mencapai tujuan retorika yang berbeda.  Karena itu, CR terus menjadi cukup menarik untuk guru menulis, menunjukkan kepada kita bahwa preferensi penulisan tertentu mungkin merupakan hasil dari sebelum belajar daripada defisit.  Sama, bagaimanapun, siswa memiliki identitas individu di luar bahasa dan budaya mereka lahir ke dalam dan kita harus menghindari kecenderungan stereotip individu sesuai dengan dikotomi budaya mentah. Budaya itu tidak tetap, beragam dan tidak menentukan dan orang-orang mungkin menolak atau mengabaikan pola-pola budaya.
Hinds (1987:143) menunjukkan bahwa dalam bahasa seperti bahasa Inggris orang terutama bertanggung jawab untuk komunikasi yang efektif adalah penulis, tetapi dalam bahasa Jepang itu adalah pembaca.  Demikian pula, Clyne (1987) berpendapat bahwa sementara budaya bahasa Inggris mengisi penulis dengan kejelasan, teks Jerman menempatkan tanggung jawab pada pembaca untuk menggali makna.  Fitur-fitur ini membantu pembaca melalui teks (Hyland, 2005), tetapi signifikansi mereka mungkin tidak selalu jelas bagi penulis L2 dari lebih reader - jawab budaya (Crismore et al., 1993).  Tujuan dari penulisan instruksi L2 adalah untuk mengubah perilaku penulis bahasa kedua dengan mendorong mereka untuk mengadopsi pola retoris dari penutur asli.

Konsep 2.5 English imperialisme linguistik
Respon pedagogik retorika kontrastif sebagian besar telah menekuk cara berpikir dan menulis speaker bahasa kedua bagi mereka dari konvensi Anglo-Amerika, sebuah praktek dikritik di Phillipson (1992) gagasan imperialisme linguistik.  Namun, Yamuna Kachru (1999:84) menunjukkan ketidakmungkinan pelatihan seluruh Inggris menggunakan populasi dunia dalam norma-norma dari satu varietas. Sebaliknya ia menyarankan bahwa itu adalah pembaca, dan khususnya pendidik bahasa Inggris, yang perlu menyadari konvensi retorika yang berbeda dan untuk menerima mereka dalam pekerjaan mereka peserta didik.  Selain menjadi sebuah perusahaan yang lebih masuk akal, ia berpendapat bahwa hal ini akan mencegah pengecualian terus mayoritas dari kontribusi terhadap pengetahuan dunia hanya atas dasar penulisan konvensi.

4.    Menulis dan teknologi

Konsep 2.6 Pengaruh teknologi elektronik pada penulisan
• Ubah menciptakan, mengedit, proofreading dan format proses
• Kombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah
• Mendorong menulis non-linear dan proses membaca melalui link hypertext
• Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan, wewenang dan kekayaan intelektual
• Izinkan penulis akses ke informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi bahwa dalam cara-cara baru
• Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca sebagai pembaca sering 'menulis kembali'
• Memperluas berbagai genre dan kesempatan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas
• Blur tradisional lisan dan tertulis perbedaan saluran
• Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan Identitas sosial baru
• Memfasilitasi masuk ke komunitas wacana baru on-line
• Meningkatkan marginalisasi penulis yang terisolasi dari teknologi tulisan baru
• Penawaran menulis guru tantangan dan peluang untuk Praktek kelas baru
Komputer merupakan salah satu produk nyata dari literasi dan teknologi.  Kita dapat menulis dengan mudah menggunakan komputer.  Inilah bentuk dari kesuksesan literasi dalam bidang teknologi dengan memiliki sumber daya yang mampu menciptakan komputer tersebut.

Quote Kress pada ' affordances '
Dua mode penulisan dan gambar masing-masing diatur oleh logika yang berbeda, dan memiliki affordances jelas berbeda.  Organisasi penulisan diatur oleh logika waktu, dan dengan logika urutan unsur-unsur dalam waktu, dalam pengaturan temporal diatur.  Organisasi gambar, sebaliknya, diatur oleh logika ruang, dan dengan logika simultanitas visual/digambarkan elemen dalam pengaturan spasial terorganisir. Untuk mengatakan ini hanya: dalam berbicara saya harus mengatakan satu hal demi satu . . . makna yang melekat 'yang pertama' dan 'menjadi yang terakhir', dan sebagainya.  Dalam representasi visual penempatan elemen dalam ruang representasi - halaman, kanvas, layar, dinding - sama akan memiliki makna.  Menempatkan sesuatu terpusat berarti bahwa hal-hal lainnya akan marginal.  Menempatkan sesuatu di atas berarti bahwa sesuatu yang lain kemungkinan akan berada di bawah.  Kedua tempat-tempat ini dapat digunakan untuk membuat arti: menjadi pusat dapat berarti menjadi pusat’, dengan cara apa pun, berada di atas dapat berarti menjadi unggul, dan menjadi di bawah dapat berarti 'rendah'.
Kress (2003:2)

Oleh karena itu gambar memiliki struktur yang mirip dengan menulis, dan dapat dianalisis sebagai tata bahasa visual (misalnya Kress dan van Leeuwen, 2006).  Misalnya, given dan informasi new sering direpresentasikan secara spasial, sehingga iklan akan cenderung untuk menempatkan unsur-unsur visual dari apa yang dikenal di sebelah kiri, biasanya masalah, dan apa yang baru di sebelah kanan, solusinya.  Mengingat perbedaan budaya dalam desain visual, penggunaan multimedia dalam menulis kelas karena itu bukan hanya bantuan untuk meningkatkan menulis siswa, tetapi untuk mengajarkan bentuk-bentuk baru penulisan yang melibatkan kedua bagaimana teks dan gambar yang disusun di layar dan bagaimana link yang dibuat untuk lain.
Menghubungkan ini adalah hypertext: lem yang memegang Internet bersama-sama, di mana sambungan yang aktif akan diberikan kepada bagian yang berbeda dari teks saat ini dan di luar itu.  Hal ini memungkinkan penulis untuk menyediakan link ke grafis digital, video, suara, animasi dan sumber prosa lainnya, memungkinkan pembaca untuk membangun jalur yang berbeda melalui teks yang mencerminkan kepentingan dan keputusan sendiri. Ini web elemen tekstual saling memiliki implikasi penting, karena mengubah ruang penulisan akrab cetak dan memberi pembaca kebebasan yang lebih besar dalam bagaimana ia bisa mendekati teks.  Efek utama hypertext, kemudian, adalah untuk mewujudkan intertekstualiti, mengubah hubungan potensial antara teks menjadi lebih nyata dengan memungkinkan pembaca akses langsung ke teks terkait.  Sementara banyak dari janji hypertext telah digerogoti oleh komersialisme yang agresif dari Internet, tetap menawarkan keuntungan besar bagi para penulis yang ingin mengekspresikan argumen mereka dengan cara yang lebih refleksif dan relativistik dengan memanfaatkan kehadiran eksplisit suara-suara lain dan interpretasi.

Quote Douglas pada argumen hypertext
Keindahan hypertext adalah . . . yang mendorong kita dari diluruskan ‘either/or’ dunia yang cetak telah datang untuk mewakili dan menjadi alam semesta di mana ‘and/and/and’ selalu mungkin. Ini adalah lingkungan yang lebih kondusif untuk filsafat relativistik dan analisis, di mana tidak ada rekening tunggal istimewa atas setiap orang lain, namun, karena ditulis dalam kode, penulis dapat memastikan bahwa pembaca melintasi beberapa bit dari lanskap argumentatif lebih mudah dan lebih sering daripada yang lain, atau bahwa pembaca yang tersisa untuk membuat hubungan mereka sendiri antara satu bit teks dan lain.
Douglas (1998:155)

Tapi sementara inovasi teknologi tantangan bagi penulis, mereka juga membuka identitas baru, genre dan masyarakat kepada mereka.  Munculnya dan popularitas besar dari blog, chatroom dan daftar layanan, misalnya, menghasilkan rasa kedekatan dan kecepatan transmisi yang secara radikal mengubah praktek tekstual dengan mendorong gaya simulasi percakapan secara tertulis.  Selain itu, kemampuan penulis untuk menghubungkan blog bersama-sama pada satu halaman, untuk membuat blogroll (daftar blog di samping teks utama), dan untuk menciptakan wiki dan daftar layanan grup tertentu, semua menawarkan kesempatan untuk membangun komunitas baru di sekitar tulisan dan teks.
Jelas ini genre baru dan teknologi tidak hanya menuntut newkinds menulis tetapi juga respon dari menulis guru.  Kami telah bergerak di luar mencari cara terbaik tosupport wordprocessing siswa (Hyland, 1993) untuk memanfaatkan peluang-peluang yang lebih luas yang menawarkan teknologi (misalnya Snyder, 1998; Tyner, 1998).

Konsep 2.7 Computer-mediated-writing instruction
Banyak guru saat ini menggunakan sistem manajemen kursus komersial seperti Blackboard atau WebCT untuk menampilkan semua materi pelajaran dan pesan dalam satu tempat dan untuk mendorong siswa untuk posting on-line.  Namun begitu, guru adalah mengenali nilai mendukung siswa untuk mengembangkan dan mempublikasikan situs web mereka sendiri sehingga mereka dapat berlatih keterampilan keaksaraan baru on-line.  Mungkin penggunaan paling umum dari teknologi dalam kelas menulis dalam beberapa tahun terakhir telah listserves, atau milis elektronik yang memanfaatkan siswa keakraban dengan email dalam komunitas terbatas dan mendukung, membantu guru di kelas L2 khususnya untuk menciptakan hubungan baru dan teks.  Blog kelas juga telah digunakan oleh guru untuk mendorong ekspresi pendapat siswa dalam menulis menciptakan baik rasa kepengarangan dan masyarakat (Bloch, 2008).  Mode sinkron CMC, seperti Moos dan chatroom, juga telah dimanfaatkan oleh guru sebagai jenis komunikasi dapat mendorong partisipasi yang lebih yang dapat bermanfaat bagi pengolahan siswa ide (Herring, 1999).  Mode ini dapat membingungkan atau menjengkelkan bagi pendatang baru seperti posting terbang dengan kecepatan tinggi, tetapi beberapa memungkinkan guru untuk arsip sesi sebagai transkrip untuk studi nanti.  Penelitian tambahan dan pengalaman yang diperlukan untuk memahami bagaimana cara terbaik untuk menggunakan kesempatan ini dalam konteks yang berbeda.

5.    Menulis dan genre
Genre, seperti dibahas dalam Bab 1, diakui jenis tindakan komunikatif, yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial, individu harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi di sana. Karena itu, genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam pendidikan bahasa hari ini. Ini adalah adat, namun, untuk mengidentifikasi tiga pendekatan genre (Hyon, 1996; Johns, 2002):
(a) pekerjaan Australia dalam tradisi Linguistik Fungsional Sistemik
(b) pengajaran bahasa Inggris untuk Keperluan Khusus
(c) studi Retorika Baru dikembangkan dalam konteks komposisi Amerika Utara
(a) Systemic Functional views:  Dalam model jenis Fungsional Sistemik dipandang sebagai dipentaskan, berorientasi pada tujuan proses sosial (Martin, 1992:505), menekankan karakter tujuan dan berurutan genre yang berbeda dan mencerminkan kepedulian Halliday dengan cara-cara bahasa yang sistematis terkait dengan konteks.  Genre adalah proses sosial karena anggota dari budaya berinteraksi untuk mencapai mereka, berorientasi pada tujuan karena mereka telah berevolusi untuk mencapai hal-hal, dan dipentaskan karena makna yang dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan mereka.  Ketika serangkaian teks berbagi tujuan yang sama, mereka sering akan berbagi struktur yang sama, dan dengan demikian mereka milik genre yang sama.  Konsep 2.7 menunjukkan struktur, tujuan dan fitur dari dua kunci genre sekolah.

Konsep 2.8 Dua jenis sekolah
Explanations Instructions
Penjelasan ditulis untuk menjelaskan proses yang terlibat dalam fenomena atau bagaimana sesuatu bekerja.
Ø  Intruction:
Instruksi ditulis untuk menggambarkan bagaimana sesuatu harus dilakukan.

Explanations usually consist of:
sebuah pernyataan umum untuk memperkenalkan topik
serangkaian langkah-langkah logis menjelaskan bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi,
Ø  Instructions usually consist of:
sebuah pernyataan dari apa yang ingin dicapai,
daftar bahan / peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan,
serangkaian langkah-langkah yang berurutan untuk mencapai tujuan

Explanations are usually written:
dalam simple present tense menggunakan konjungsi kronologis dan/atau kausal menggunakan terutama action kata kerja,
Penjelasan biasanya ditemukan dalam ilmu pengetahuan, geografi , sejarah dan ilmu sosial buku teks
Ø  Instructions are usually written:
dalam simple present tense atau imperatif tegang, dalam urutan kronologis, dengan fokus pada kelompok-kelompok manusia umum daripada individu, menggunakan kata kerja terutama melakukan/action,
Instruksi biasanya ditemukan dalam manual instruksi, informasi pembayaran dan buku resep
Keterampilan untuk jaringan hidup (2008)

Quote On genre-based grammar in teaching
Grammar adalah nama untuk sumber daya yang tersedia untuk pengguna sistem bahasa untuk memproduksi teks. Sebuah pengetahuan tentang tata bahasa oleh pembicara atau penulis menggunakan bahasa pergeseran dari implisit dan sadar untuk manipulasi sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai. Sebuah tata bahasa berbasis genre yang berfokus pada cara di mana proses bahasa yang berbeda atau genre secara tertulis yang dikodifikasikan dalam cara yang berbeda dan dikenali. Ini pertama mempertimbangkan bagaimana teks terstruktur dan terorganisir pada tingkat seluruh teks dalam kaitannya dengan tujuannya, penonton dan pesan. Kemudian mempertimbangkan bagaimana semua bagian dari teks, seperti paragraf dan kalimat, terstruktur, terorganisir dan kode sehingga membuat teks efektif komunikasi tertulis.
Knapp dan Watkins (1994:8)

(b) English for Specific Purposes (ESP): Orientasi ini followsSFL dalam penekanan yang diberikannya kepada sifat formal dan tujuan komunikatif genre, tetapi berbeda dalam mengadopsi konsep yang jauh lebih sempit genre. Alih-alih melihat genre sebagai sumber daya yang tersedia dalam budaya yang lebih luas, ia menganggap mereka sebagai milik masyarakat wacana tertentu.
Quote Swales on discourse communities and genres
Komunitas wacana berkembang konvensi mereka sendiri dan tradisi untuk seperti kegiatan lisan beragam seperti menjalankan pertemuan, menghasilkan laporan, dan mempublikasikan kegiatan mereka. Kelas-kelas berulang peristiwa komunikatif adalah genre yang mengatur kehidupan verbal. Genre ini menghubungkan masa lalu dan masa kini, sehingga menyeimbangkan kekuatan untuk tradisi dan inovasi. Mereka menyusun peran individu dalam kerangka yang lebih luas, dan lebih membantu orang-orang dengan aktualisasi rencana komunikatif dan tujuan.
Swales (1998:20)

Tujuan ini adalah alasan genre dan membantu membentuk cara terstruktur dan pilihan konten dan gaya itu membuat tersedia.

Quote Swales’ cars model for academic introductions
Move 1 Membangun suatu wilayah
Langkah 1 Mengklaim sentralitas dan / atau
Langkah 2 Membuat generalisasi dan / atau
Langkah 3 Meninjau penelitian sebelumnya
Move 2 Membangun tempat
Dengan counter-claiming, menunjukkan kesenjangan, pertanyaan penggalangan, atau melanjutkan tradisi
Move 3 Menempati tempat
Langkah 1 Menguraikan tujuan atau mengumumkan penelitian ini
Langkah 2 Mengumumkan temuan utama
Langkah 3 struktur Menunjukkan artikel
Swales (1990: 141)

(c) The ‘New Rhetoric’:  Pendekatan ini menyimpang dari previoustwo dalam melihat genre sebagai lebih fleksibel dan kurang mudah untuk teach.  Penekanan terbaik diberikan untuk cara genre berkembang dan variasi pameran, dan ini menyebabkan pemahaman yang jauh lebih sementara dari konsep (Freedman dan Medway, 1994).  Retorika baru berfokus kurang pada bentuk bergenre daripada tindakan bentuk ini digunakan untuk mencapai, sehingga cenderung menggunakan alat-alat penelitian kualitatif yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan konteks mereka daripada orang-orang yang menggambarkan konvensi retorika mereka (Miller, 1984).

Quote Coe on New Rhetoric genre
Genre adalah termotivasi, hubungan fungsional antara jenis teks dan situasi retoris.  Artinya, genre bukanlah jenis teks atau situasi, melainkan hubungan fungsional antara jenis teks dan jenis situasi.  Jenis teks bertahan karena mereka bekerja, karena mereka merespons secara efektif terhadap situasi berulang.
Coe (2002)

Sebagai hasil dari fokus ini, penelitian telah meneliti isu-isu seperti genre penafsiran sejarah (Atkinson, 1999b); proses merevisi dan menanggapi pengulas dalam menulis artikel ilmiah (Berkenkotter and Huckin, 1995), dampak sosial mentransfer ke genre baru konteks dengan tujuan yang berbeda (Freedman dan Adam, 2000), dan studi genre di tempat kerja (Pare, 2000; Dias et al., 1999).
Quote Mary Jo Reiff on teaching genres in the New Rhetoric
Sebagai tugas pertama, saya memiliki siswa penelitian situs lapangan dan mengamati dan menggambarkan para peserta dan interaksi mereka.  Tugas berikut meminta siswa untuk menganalisis pola-pola bahasa dan genre usewithin situs tersebut.  Untuk tugas ketiga, studentsinterview anggota masyarakat, yang berpuncak pada proyek etnografi akhir yang mensintesis penelitian sebelumnya . . . Membuat analisis genre titik fokus penyelidikan etnografi - memiliki siswa memeriksa buletin organisasi atau manual karyawan di bisnis - hubungan tindakan komunikatif dengan konteks mereka dan dapat menggambarkan kepada siswa bagaimana pola perilaku retoris yang terkait erat dengan pola perilaku sosial.
Johns et al., (2006)

Dengan kata lain, penekanan diberikan kepada meningkatkan fitur ofcontextual kesadaran siswa tentang genre dan masyarakat yang menggunakannya (Bazerman, 1988:323).  Ini adalah pengetahuan tentang konteks sosial yang memberikan kehidupan kepada teks dan ini lebih penting daripada pola formal mereka.

6.    Menulis dan identitas
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara identitas writingand seorang penulis.  Dalam arti luas, identitas mengacu pada ‘cara orang-orang menampilkan siapa mereka satu sama lain (Benwell dan Stokoe, 2006:6):  kinerja sosial dicapai dengan menggambar pada sumber daya yang tepat linguistik.  Oleh karena itu, identitas dipandang sebagai dibangun oleh teks kita terlibat dalam dan pilihan bahasa yang kita buat, sehingga bergerak identitas dari pribadi ke ranah publik, dan dari proses tersembunyi kognisi konstruksi sosial dan dinamis dalam wacana.  Dengan kata lain, pandangan ini pertanyaan apakah ada adalah mutlak, tidak berubah diri bersembunyi di balik wacana dan menunjukkan identitas yang kinerja.  Kami melakukan pekerjaan dengan membangun identitas diri sebagai anggota kredibel dari kelompok sosial tertentu, sehingga identitas itu adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan sesuatu yang kita miliki. Hampir segala sesuatu yang kita katakan atau tulis, pada kenyataannya, mengatakan sesuatu tentang kami dan jenis hubungan kita ingin membangun dengan orang lain.
Seperti yang Bloemmaert (2005) amati, bagaimanapun, identitas kita hanya berhasil sejauh bahwa mereka diakui oleh orang lain, dan ini berarti mempekerjakan, mengambil alih dan mengubah wacana yang ada yang kita hadapi (Bakhtin, 1986).  Jelas, penulis tidak membuat representasi diri dari berbagai kemungkinan tak terbatas tapi membuat pilihan dari sumber daya yang tersedia secara budaya.  Cara kita melakukan identitas karena itu melibatkan interaksi antara praktik konvensional acara melek huruf dan nilai-nilai, keyakinan dan pengalaman budaya sebelumnya dari peserta.

Konsep 2.9 Menulis dan identitas
Pengertian saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis buat dalam wacana mereka.  Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis sebagai hasil dari pengalaman pribadi dan sosial budaya mereka.  Identitas demikian mengacu penulis berbagai ‘selves’ mempekerjakan dalam konteks yang berbeda, proses hubungan mereka dengan masyarakat tertentu, dan tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional tertulis di dalamnya.

Oleh karena itu identitas perlu dibedakan dari gagasan voicein literatur ekspresif.  Voice adalah ide yang kompleks dengan beberapa makna dan konotasi, tapi pada dasarnya mengacu pada penulis dis - (Elbow, 1994).  Menulis nilai guru pernyataan ini dari authorityand pribadi sering menasihati penulis mahasiswa untuk menemukan suara unik mereka sendiri dan mencapai ekspresi diri dalam tulisan mereka.  Dengan kata lain, pandangan ini melihat identitas sebagai manifestasi dari diri pribadi, sangat individualisticconcept berakar dalam budaya barat utama andoften bertentangan dengan norma-norma komunikatif ESL siswa dari lebih budaya kolektivis (Ramanathan dan Atkinson, 1999a).  Their representation of audience, subject matter, and other elements of context (Cherry, 1988:269).

Konsep 2.10 Pada keanggotaan
Keanggotaan mengacu pada kemampuan penulis untuk mengenali, meniru dan, dalam batas-batas, berinovasi, struktur organisasi masyarakat, kepentingan saat ini, dan praktik retoris.  Ini melibatkan mengikuti konvensi tertentu dari manajemen kesan untuk memproyeksikan status insider, kesadaran bersama dari konvensi ini memberikan ciri masyarakat.  Kami mengklaim kompetensi untuk mengatasi rekan dengan menggambar pada pengetahuan intertekstual yang meliputi cara-cara khas memilih dan memanfaatkan topik, mengacu pada pengetahuan bersama, berinteraksi dengan konten dan pembaca kami, dan menggunakan terminologi khusus. Jadi, menulis sebagai seorang akuntan, seorang ahli fisika magnetik, atau pengawas produksi berarti memposisikan diri dalam batas-batas tampaknya alami komunitas Anda melalui kontrol bentuk sah dari wacana.

Bahkan, siswa sering menemukan bahwa konvensi akademik tidak mengizinkan mereka mewakili diri mereka sendiri dalam teks-teks mereka, menekan sejauh mereka dapat mengartikulasikan pribadi sikap (Hyland, 2002). Ivanic (1998: 9) membuat ini jelas dalam kaitannya dengan matang siswa yang oftenfeel terasing dan mendevaluasi dalam lembaga pendidikan tinggi.  Identitas mereka terancam dan mereka merespon baik dengan mencoba untuk mengakomodasi nilai-nilai yang ditetapkan dan praktek konteks mereka masuk, atau - lebih radikal - dengan mempertanyakan dan menantang nilai-nilai dan praktik-praktik yang dominan.
Cara-cara yang penulis menampilkan diri dan menemukan posisi mereka sendiri dalam membangun identitas discoursal telah banyak dibahas oleh Ivanic (Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999). Dia berpendapat bahwa penulis identitas secara sosial dibangun oleh prototipe kemungkinan self- hood tersedia dalam konteks penulisan. Berinteraksi dengan ini tiga aspek yang tidak terpisahkan dari identitas penulis yang sebenarnya saat membuat teks tertentu.

Konsep 2.11 Ivanic identitas penulis
1. The otobiografi self adalah diri yang penulis membawa ke sebuah tindakan tulisan, dibatasi secara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis.  Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinan dan komitmen: sikap mereka.  Sebuah contoh mungkin bagaimana penulis mengevaluasi tanda kutip dia membawa ke dalam teks, atau topik ia memilih untuk mengatasi.
2. The discoursal self adalah penulis kesan sadar atau tidak sadar menyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks. Ini menyangkut suara penulis dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka.  Contohnya adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat dia menulis untuk, mengadopsi konvensi untuk mengklaim keanggotaan.
3. The authorial self menunjukkan dirinya dalam derajat authoritativeness dengan yang penulis menulis.  Ini adalah sejauh mana seorang penulis mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya.  Hal ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kesediaan untuk secara pribadi mendapatkan di belakang argumen dan klaim.
(Lihat Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999)

Ini adalah tampilan yang dinamis identitas yang menekankan ketegangan yang ada ketika penulis individu memenuhi wacana dari institusi di mana mereka menulis.  Orang-orang dibatasi, tapi tidak ditentukan, oleh disiplin yang dominan, profesional, gender dan identitas politik yang dibentuk oleh konvensi genre tertentu dan praktek-praktek yang mengelilingi setiap tindakan penulisan.  Kita semua membawa beberapa kemungkinan untuk setiap tindakan penulisan yang membawa potensi untuk menantang tekanan untuk menyesuaikan diri dengan identitas yang dominan.
Kesimpulan dari pembahasan kunci penting menulis ini, Hyland telah memeriksa beberapa isu kunci dalam penelitian menulis dan teori hari ini.  Karena sudah tentu selektif, saya telah memilih untuk melihat topik yang tidak hanya memotivasi banyak berpikir baru-baru ini di lapangan tetapi juga yang terbaik menggambarkan di mana penelitian kontemporer ke dalam teks dan komposisi yang terjadi, dan yang mencerminkan pemahaman kita tentang menulis.  Sekali lagi saya telah khawatir untuk menyoroti ide-ide yang hadir menulis sebagai sosial dan interaktif bukan hanya kognitif dan individu. Sebuah teks selalu in extricable from the proses produksi dan interpretasi yang menciptakan dan, seperti kita harus lihat di bagian berikutnya, cara kita mengajar dan menulis penelitian telah datang semakin untuk mencerminkan hal ini.
Untuk kesimpulan akhirnya bahwa literasi itu penting dari aspek apapun karena segala sesuatu yang kita lakukan akan selalu berhubungan dengan literasi.  Sejarah dan literasi berkaitan erat karena saling memikat satu sama lain.  Selama masih ada literasi dalam kehidupan manusia, selama itu pula sejarah akan selalu tercipta.  Orang yang berliterasi akan mampu membuat sejarahnya sendiri.  Dan untuk penutup dari tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua sumber terutama dari buku Hyland.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic