Class Review 7
“We also need Ideology and
Affordance to be a discoverer”
Pertemuan Writing and Composition 4
kemarin pada tanggal 18 maret 2014 membahas lebih mendalam mengenai pentingnya
peran ideologi terhadap sebuah teks dan semua hal tentang langkah-langkah
menjadi seorang discoverer. Berikut
di bawah ini adalah penjelasan dari kedua materi tersebut.
v All
About Ideology
Lehtonen dan Chaedar alwasilah
berpendapat bahwa tidak ada teks yang sifatnya netral. Hal tersebut disebabkan
karena semua penciptaan teks yang ada dibuat oleh orang yang berbeda-beda, dan itu
berarti mereka berangkat dari background ideologi yang berbeda pula. Setiap
individu tentunya memiliki karakteristik dan personality yang berbeda-beda,
sehingga hal demikian yang mempengaruhi terlahirnya ideologi yang berbeda-beda
pula. Lalu seperti apakah implementasi ideologi terhadap sebuah teks? Sebelum
itu baiknya kita paham betul mengenai apa yang dimaksud dengan ideologi dan
juga perannya secara general. Dengan itu kita akan lebih mudah memahami peran
ideologi terhadap sebuah teks.
1.
Pengertian Ideologi menurut para ahli
a.
Pengertian Ideologi menurut Hegel
Dalam
bukunya “An Introduction to Hegel,
Freedom, Truth and Histoty” karangan Stephen
Houlgate (2005), mensitir pendapat Hegel
bahwa ideologi adalah produk kebudayaan dari suatu masyarakat. Dalam arti
tertentu. ideologi merupakan manifestasi kenyataan sosial.
b.
Pengertian Ideologi menurut Soerjanto
Poespowardojo
Dalam
bukunya yang berjudul “Filsafat ilmu
Pengetahuan” (2000), disebutkan bahwa ideologi adalah konsep pengetahuan
dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap
dasar untuk mengolahnya.
c.
PengertianIdeologi menurut Dr. Alfian
Dalam
bukunya yang berjudul “Pemikiran dan
Perubahan Politik lndonesia” (1980), Dr.
Alfian berpendapat bahwa ideologi adalah pandangan atau sistem bilateral
yang menyeluruh dan mendalam mengenai cara yang sebaiknya yaitu secara moral
dianggap benar dan adil serta mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan.
d.
Pengertian Ideologi menurut Padmo
Wijayono
Dalam
bukunya yang berjudul “Bunga Rampai
Sejarah – Sosial – Ekonomi” (2005), beliau berpendapat bahwa ideologi
adalah kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar.
e.
Pengertian Ideologi menurut M.
Sastrapratedja
Dalam tulisannya yang berjudul “ide-Ide
Menerobos” (2003), Sastrapratedja memaknai tentang ideologi adalah
seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang
diorganisir menjadi sistem yang teratur.
Dengan demikian, pengertian ideologi
secara umum merupakan suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta kepercayaan
yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai
aspek kehidupannya.
2.
Peran Ideologi
Ideologi mempunyai peranan urgen
untuk kemajuan bangsa, karena melalui eksistensi ideologi, maka suatu bangsa
akan memiliki motivasi tinggi dalam hidup dan kehidupannya, sehingga mampu
mewujudkan cita-cita dan tujuannya. Apabila bangsa itu tidak mempunyai
ideologi, maka bangsa tersebut dikatakan tidak memiliki tujuan yang jelas atau
meskipun bangsa itu mempunyai tujuan, tetapi mereka tidak mau mencapainya.
Secara ideal maka ideologi itu harus dinamis, terbuka dan tidak kaku (rigid)
atau membelenggu hidup dan kehidupan masyarakat apalagi hanya dijadikan sebagai
alat kekuasaan para penguasa.
3.
Implementasi Ideologi di dalam teks
Selanjutnya setelah memahami bahwa
pengertian Ideologi yaitu merupakan kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta kepercayaan
yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai
aspek kehidupannya. Apabila bangsa itu tidak memiliki ideologi maka bangsa
tersebut dikatakan tidak memiliki tujuan yang jelas atau meskipun bangsa itu
mempunyai tujuan, tetapi mereka tidak mau mencapainya. Pada intinya ideologi
merupakan pondasi yang digunakan agar dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan
bangsa.
Berikut ini ada beberapa contoh
implementasi ideologi yang terjadi pada pada teks (artikel) yang dibuat oleh penulis yang
berangkat dari ideologi yang berbeda-beda.
1. Liverpool
Permalukan MU di Kandang 3-0
2. Kurang
Apa Lagi, David Moyes ?
Dalam
kedua artikel di atas berisi teks yang bersifat tidak netral. Begini maksudnya.
Dalam artikel pertama jelas terlihat bahwa penulis berangkat dari ideologi MU.
Meskipun MU kalah tetap saja penulis akan tetap membuat teks yang ada seolah
tidak menyudutkan MU. Sebaliknya, apabila penulis berangkat dari ideologi
liverpool mungkin penulis akan menulis “Liver Pool Kalahkan MU di Kandang 3-0,”
yang sifatnya akan menyudutkan MU. Selanjutnya dalam artikel kedua jelas
terlihat bahwa penulis berasal dari ideologi David Moyes. Dalam artikel kedua itu
sudah jelas dipaparkan bahwa Moyes adalah dalang dibalik kekalahan MU, namun tetap
saja dalam judul di artikel tersebut penulis menulis judulnya seolah tidak
menyudutkan Moyes.
v All
About Discovery
Dalam
pembuatan critical review ini Pak Lala mengajarkan kami bahwa pada saat kita
membuat suatu masterpiece hendaknya di dalam thesis statement-nya kita harus dapat
membuat orang lain tertarik dan penasaran. Karena dengan itu para pembaca akan
tertarik membaca tulisan kita. Seperti yang Pak Lala bilang bahwa teks yang ada
tanpa pembaca ibarat teks itu seperti kuburan. Teks takkan memiliki nyawa tanpa
memiliki pembaca. Maksudnya adalah tanpa pembaca teks yang ada takkan memiliki
manfaat apapun. Teks adalah sebuah discovery, mengapa demikian? Karena orang
yang dapat menciptakan teks adalah orang-orang penting saja. Seperti seorang poet, historian, dan linguist. Mereka
adalah seorang discoverer, karena mereka berhasil menciptakan teks yang orang
lain belum ketahui. Dengan kata lain mereka berhasil menemukan harta karun.
Hal
yang dilakukan oleh seorang discoverer adalah mencari hal-hal yang belum
diketahui banyak orang. Dengan kata lain hal-hal itu sangat sulit untuk
dilakukan. Oleh sebab itu hasil yang diperoleh dapat disebut sebagai sebuah harta
karun (discovery), karena jarang sekali orang-orang yang dapat melakukannya. Contohnya
dalam proses pembuatan critical review ini, kita sedang ditantang untuk dapat menciptakan teks yang berisi hal-hal yang belum diketahui banyak orang. Untuk
itu kita mesti memahami Columbus dari sisi yang lain, sehingga orang dapat
mempunyai pemahaman lain mengenai seorang Columbus ini. Hal itulah yang disebut
discovery, mencoba mencari tahu segala sisi tentang Columbus, sehingga kita
dapat menemukan sisi tentang Columbus yang orang lain belum ketahui. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara menolak asumsi yang nyata dan telah lama beredar
tentang Columbus, kemudian mencari asumsi lain yang dapat mendukung sisi
Columbus lain yang belum orang ketahui. Discovery tidak akan pernah putus dan
berujung, maka dari itu observasi dan penelitian akan terus-menerus dilakukan.
Selanjutnya
persamaan antara poet, historian, dan
linguist yakni mereka adalah orang-orang penting. Mereka orang yang mampu menemukan
harta karun. Harta karun yang berupa menemukan sesuatu yang belum diketahui
banyak orang. Mereka mampu mengungkap
apa-apa yang tersembunyi (rahasia). Mereka adalah seorang discoverer, karena
mereka berhasil menemukan discovery. Kesimpulannya discovery adalah “Crush into pieces, crush the wall,” mengungkap sesuatu yang rahasia,
tersembunyi”
1. Modal
Untuk Menjadi Seorang Discoverer
Untuk
dapat menemukan sesuatu yang belum diketahui banyak orang bukanlah suatu hal
yang mudah, bahkan mungkin sangat sulit untuk dilakukan. Para discoverer mesti
melakukan penelitian dan observasi berkali-kali. Pak lala bilang kita mesti
memiliki sumber daya yang besar (affordance) untuk dapat menemukan discovery.
Praktik literasi berupa writing dan reading merupakan aktivitas yang terus
mengiringi langkah-langkah menjadi seorang discoverer. Dalam melakukan proses
writing dan reading ini yang kita pertaruhkan adalah semogenesis. Semogenesis
menurut Systemic Functional Grammar (SFL)
by Michael Halliday adalah for making
meaning and creating.
In my Conclusion:
Dalam
menghasilkan sebuah discovery kita mesti memiliki sumber daya yang besar (affordance).
Affordance akan sangat berguna untuk dapat membuat making-meaning (semogenesis).
Semogenesis terjadi pada saat proses praktik literasi yang berupa writing dan
reading ini. Kedua praktik literasi itu akan dilakukan pada saat kita melakukan
obervasi dan penelitian untuk dapat menemukan discovery. Dan ideologi berperan
sebagai landasan pemikiran dan keyakinan yang akan mengarahkan tingkah laku
seseorang dalam berbagai aspek kehidupannya, sehingga discovery yang kita
miliki akan mempunyai ciri khas atau karakteristik tersendiri. Karena tentunya
masing-masing orang berangkat dari ideologi yang berbeda-beda. Jadi kesimpulan akhirnya affordance dan ideologi juga
termasuk di dalam langkah-langkah untuk dapat menjadi seorang discoverer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic