Class Review 4
Pada tanggal 25 Februari 2014, kita
masih berbicara tentang Classroom Discourse Religius Harmony. Di dalam
kehidupan masyarakat sekarang ini, banyak budaya-budaya yang sudah tumbuh dan
berkembang sangat pesat, sehingga akan sulit untuk merubah dari budaya
yang buruk menjadi budaya yang baik. Menurut Koentjaraningrat (1974),
menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas tiga wujud:
1. Wujud sebagai ideel dari kebudayaan
Sifatnya abstrak tidak dapat diraba dan
tempatnya ada dalam alam pikiran warga masyarakat, dimana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideel ini dapat kita sebut adat istiadat
atau tata kelakuan.
2. Wujud sebagai
sistem sosial dari kebudayaan
Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan serta bergaul satu dengan lain menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat istiadat atau tata kelakuan.
3. Wujud sebagai
kebudayaan fisik
yaitu berupa
seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam
masyarakat.
Jadi untuk
mengubah budaya yang sudah ada pada masyarakat Indonesia sebenarnya sangat
susah karena budaya yang ada di Indonesia itu sangat bermacam-macam dan
beraneka ragam, sangat tidak mungkin untuk mengubahnya. Perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan zaman dan wawasan
yang semakin berkembang membuat kita harus lebih menjaga interaksi dalam wacana
kerukunan sesama umat beragama karena kita tidak bisa memaksakan agama kepada
seseorang yang sudah mempunyai agama.
Menurut Mr. Lala
terjadinya Classroom Discourse yaitu:
1. Complicated
Mengapa
Classroom Discourse dikatakan complicated? Karena didalam sebuah kelas terdapat
struktur yang kompleks yang banyak sekali perbedaan didalamnya.
2. Terjadinya
di Intraction (Interaksi), seperti:
a. Background
Setiap individu
mempunyai latar belakang ekonomi, politik, suku, budaya dan sosial yang
berbeda-beda.
b. Communicative
Strategies (Strategi Komunikatif)
Dalam proses belajar
mengajar sangat penting adanya strategi komunikatif. Strategi belajar
komunikatif, yaitu strategi belajar yang melibatkan kerjasama antara guru dan siswa.
Bukan hanya itu, strategi belajar komunikatif adalah bagaimana pelajaran yang
disampaikan guru benar-benar menjadi bahan pembicaraan/perbincangan (dalam
kelas) baik dalam diskusi dan berdebat serta berperan sebagai topik pokok untuk
di komunikasikan. Dalam strategi belajar komunikatif, siswa dan
guru adalah sama, keduanya berperan sebagai komunikan (orang yang melakukan komunikasi).
Guru memberikan sebuah topik, kemudian menjelaskan inti dari pelajaran
tersebut dan mengaitkan pelajaran itu dengan realita kehidupan, sehingga siswa
mampu memahami secara nyata aktualisasi dari pelajaran tersebut. Agar terasa
lebih terjalin hubungan antara guru dan siswa, kemampuan yang dimiliki seorang
guru harus dicurahkan untuk memupuk rasa tanggung jawab diantara mereka agar
nantinya apa yang mereka pelajari dan dapatkan bisa mereka pertanggung jawabkan.
Dengan sistem belajar komunikatif suasana belajar yang nyaman,
fleksibel, dan bijak akan dapat dicapai. Karena dengan menggunakan strategi
ini, semua siswa dalam satu kelas akan merasa terlibat, baik ketika belajar
secara individu ataupun kelompok. Dengan begitu, siswa akan merasa lebih dekat
dengan guru, dan guru akan merasa lebih nyaman dengan mengetahui kelemahan
siswanya. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk membangun strategi ini,
misalnya:
-Bercerita
Cerita tentang pengalaman pribadi
yang menyenangkan akan mengundang gairah siswa untuk dapat berkomunikasi dengan
guru dan siswa lainnya.
-Persentasi
Adalah sebuah bentuk tanggung jawab
siswa dalam belajar. Apakah siswa tersebut benar-benar mengerti pelajaran atau
tidak. Hasil belajar itu akan dipersentasikan kembali di depan kelas.
-Berdiskusi
Adalah alternatif bagaimana
memecahkan permasalahan itu dengan guru pembimbing sebagai pengawas
berjalannya diskusi. Setelah kesepakatan tercapai, pemimpin kelompok diskusi
menyerahkan hasil diskusi itu kepada guru pembimbing. Dengan begitu, akan
timbul dalam diri mereka rasa tanggung jawab.
c. Meaning-Making
Practices
Meaning berhubungan
dengan ideologi. Sedangkan Making Practices berhubungan dengan Values (Nilai).
3. Talk
Interaksi
itu berakhir dengan talk.
Kesimpulan:
Dalam sebuah
wacana kelas, setiap individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Sehingga interaksi sangat penting untuk menunjang strategi belajar komunikatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic