Critical
review 4 :
Speaking Truth to Power With Books
Semua mengenal apa itu buku, buku
yang didalamnya terdapat beberapa lembar tulisan yang setiap kata dari tulisan
tersebut menganduk makna. Judul kedua
dalam critical review ini sangat menarik, yaitu “speaking truth to power with books”. Yang paling membuat saya tertarik yaitu buku
bisa menguasai kita, yang sebelumnya tidak terfikirkan bahwa buku itu bisa
merubah dan menguasai kita.
Berbicara masalah buku, maka tidak lepas dari sudut pandang
subjek dan objeknya. Subjek dalam hal ini adalah seorang penulis ataupun
pengarang akan karya. Seseorang yang sedang menuangkan hasil ijtihad pikirannya
dalam bentuk karya apapun akan menghasilkan sebuah ‘peradaban’. Entah itu
peradaban buku, pers ataupun lainnya. Karena pengetahuan yang tersalurkan lewat
karya akan menjadi pengetahuan yang hidup.
Hal ini akan menjadi mungkin manakala dari sudut objek atau masyarakat
memaknai dan menganalisis apa yang ada didalamnya. Dan akan mudah terwujud jika
segenap elemen masyarakat menyadari akan pentingnya sebuah buku.
Ukuran
pentingnya sebuah pengetahuan tidaklah dipandang dari segi mewahnya karya
seseorang. Meski banyak karya hanya berupa timbunan kertas yang amburadul,
namun esensinya butir-butir elemen pengetahuan digunakan dalam landasan
berfikir. Akan lebih baik jika suatu karya disajikan dalam bentuk yang ringan
dan enak dikonsumsi khalayak ramai. Buku
dan pengetahuan adalah satu kesatuan. Patron client keduanya mampu menembus
urat nadi pengetahuan yang ada. Pengetahuan pada umumnya dapat diperoleh lewat
pengkajian secara serius kepada buku. Sebaliknya, buku mempunyai inovasi untuk
memuat pengetahuan-pengetahuan baru yang masih tersembunyi. Antara keduanya
terjadi ‘kesesuaian organik’ yang mencoba membuka wahana baru di jagad ilmu
pengetahuan.
Tidak
heran keterampilan menulis itu penting, karena setiap kejadian yang kita
alamiakanlebih utuh dan berkesanapabila dituangkan dalam sebuah tulisan dan
dijadikan sebuah buku. Untuk mencurahkan
semua pengetahuan baik itu isi hati, tidak cukup apabila hanya sekedar lewat percakapan
atau dibicarakan tidak dengan dituliskan.
Karena terkadang setiap kata yang keluar dari pembicara tidak semuanya
dicerna oleh pendengar. Berbedadengan
menuangkannya didalam tulisan, maka kita bisa membacanyaberulang-ulang kali
sampai kita benar-benar memahaminya.
Pernyataan yang saya ungkapkan itu
benar adanya, karena kita juga bisa merasakannya dan bahkan mengalaminya. Ketika kita hendak membutuhkan sebuah bukti
atau acuan, kita tidak bisa mengambil referensi atau bukti yang secara lisan,
terlebih lagi apabila kita tidak mempunyai saksi yang terkait dengan referensi
tersebut. Maka dari itu sebuah tulisan
bisa dijadikan bukti atau referensi oleh seseorang. Contohnya, sebuah informasipun itu dalam
bentuk tulisan atau teks, karena apabila dalam bentuk lisan bisa jadi dari satu
ke yang lainnya akan berbeda isi dari informasi tersebut.
Tapi, kita tidak boleh dengan
mudahnya terpengaruh oleh sebuah buku atau tulisan. Karena tidak semua buku merubah kita menjadi
baik, tapi ada juga buku yang mengajarkan tidak baik. Karena buku bisa mempengaruhi pemikiran
kita. Maka dari itu untuk seorang
pendidik atau guru harus lebih pandai lagi dalam memilah milih buku utnuk
disajikan kepada siswanya. Terlebih
apabila untuk seorang siswa sekolah dasar, karena sesuai dengan pengalaman saya
waktu SD, siswa sekolah dasar akan mengangguk-ngangguk saja apabila diperintah
oleh gurunya. Terkait siswa sekolah
dasar itu mereka belum mempunyai pemikiran kritis. Jangan sampai seorang guru sekolah dasar
memberikan sebuah buku atau bacaan yang tidak semestinya, karena itu akan
berakibat fatal.
Sebagaimana yang telah saya tangkap
dalam fikiran saya tentang buku ini adalah, ini adalah cerita tentang Howard
Zinn yang berpendapat tentang pentingnya sebuah buku. Zinn juga mengatakan bahwa buku dapt merubah
seseorang, ini terbukti ketika Ia sedang berada disebuah kantin universitas
Hawaii, disamping ada seorang mahasiswa yang sedang membaca buku yang berjudul
“The color Purple” oleh Alice Walker yang teernyata itu adalah seorang
muridnya. Kemudian Zinn bertanya tentang
buku tersebutkepada mahasiswa yang berada disampinya itu, dan jawabannya adalah
“Buku ini mengubah hidup saya”. Maka
dari situ lah beliau mengakui bahwa buku bisamelakukan itu, maksudnya mengubah
hidup seseorang. Dan jika buku mengubah
hidup seseorang dengan mengubah kesadaran seseorang, itu akan memiliki efek
pada seseorang, dalam satu dua atau cara lain, cepat atau lambat, dengan kita
tidak bisa melacaknya, buku beroperasi dibanyak cara untuk mengubah kesadaran
masyarakat.
Sebuah contoh dari buku dapat
mengubah seseorang yaitu, disaat kita membaca tentang buku sejarah Indonesia,
itu benar-benar mempengaruhi kita diantaranya: kita harus mematuhi segala
peraturan Negara, menghormati, menghargai, dan mentaati pancasila. Membangun kembali semangat 45 karena
termotivasi dari perjuangan para pahlawan.
Itu adalah wawasan yang bisa kita dapatkan dari sebuah buku. Itu mungkin hanya tersirat dalam cerita atau
sejarah, akan tetapi efeknya sang kuat.
Kini saya merasakan buku ini
mempengaruhi saya, terlebih ketika saya membaca tentang seorang Columbus yang
dikenal sebagai orang yang menemukan benua amerika, Columbus pahlawan, Columbus
baik, dan sebagainya. Akan tetapi semua
itu dibantah oleh Howard Zinn yang katanya Columbus itu orang yang tamak
mencari emas, munafik, dan bersedia untuk membunuh. Sungguh itu mengejutkan saya, dan memaksa
saya untuk mencari kebenaran tentang Columbus, apakah benar Columbus seorang
pembunuh?.
Dari sejak saya SD, baru sekarang
ini saya mendengar berita tersebut.
Memang sebelumnya seorang dosen saya pun berkata demikian tentang
Columbus, dan saya masih belum percaya tentang hal itu. Setelah saya sebutkan memang benar sebuah
informasi yang hanya lewat lisan itu kurang berbobot, karena biasanya seorang
pendengar ingin ada sebuah bukti tulisan yang menyebutkannya. Begitupun dengan adanya issue tentang
Columbus.
Sebuah
kebenaran harus diungkap dengan fakta, begitupun tentang Columbus yang katanya
orang pertama yang menemukan benua Amerika.
Sebagaimana yang telah saya teliti dalam internet yaitu penemu Benua Amerika adalah para penjelajah Muslim, bukan Columbus. Pernyataan ini didasarkan pada bukti-bukti
yang dikemukakan oleh para navigator
atau penjelajah dari orang-orang Afrika.
Selama ini selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah
Christopher Columbus pada 12 oktober 1492.
menurut versi lain, penelitian ulang
yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari sumber-sumber
tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data baru bahwa Benua
Amerika ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus
menginjakkan kakinya di benua Amerika. Literatur
yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum
Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu
al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad
al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels/Hamparan Emas dan tambang
Permata), Al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad,
seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua
Amerika pada 889 M. Dr Mroueh
menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba
di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pertama,
dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr Barry Fell, arkeolog dan ahli
bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan
bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum
Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di benua Amerika. Tak heran jika bahasa
masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal
dari bahasa Arab.
Kedua,
dalam bukunya: Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari
Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga
mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara,
Tengah dan Selatan, termasuk Kanada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin
menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk
berdagang, berasimilasi dan melakukan pernikahan dengan orang-orang India suku
Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara
dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri di atas bukit
dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di
Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga,
John Boyd Thacher dalam bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York,
1950, menunjukkan Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober
1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bagian tenggara pantai Kuba, ia
menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu, dalam
rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan
reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Kuba,
Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya
Islam in Early North and South America, yang diterbitkan Al-Ittihad, Juli 1977,
halaman 60 menyebutkan, para antropolog yang melakukan penelitian telah
menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti
itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari
Afrika.
Bukti
lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia)
adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada
di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia,
Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai
dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan
bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.
Lebih lanjut
Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan
Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya
menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah
ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Dan tahukah
anda? Dua orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus yaitu kapten kapal
Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin
Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih
keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN
BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]
Dan mengapa
hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua Amerika?
Karena saat terjadi pengusiran kaum Yahudi dari Spanyol sebanyak 300.000 orang
Yahudi oleh raja Ferdinand seorang Kristen yang taat, membuat orang-orang
Yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua
Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya
orang Yahudi di Spanyol..!
Pelayaran
Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda
sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah
selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang
Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil
Amerika itu.
Dan juga
tahukah anda? sebenarnya laksamana Zheng He atau yang di Indonesia lebih
dikenal dengan nama laksamana Cheng Ho adalah juga penemu benua Amerika
pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus?
Bahkan
menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar 70
tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat
dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada
sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti
sejarah.
Maka tampak
ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua
Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak
pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika. Sungguh menyebalkan, selama bertahun-tahun
kita dibutakan oleh semaraknya berita bahwa Columbus adalah orang pertama yang
menemukan Benua Amerika. Dari sejak SD
pertanyaan tentang siapa penemu Benua Amerika itu sering ada setiap ujian pada
pelajaran sejarah, dan jawabannya pun tetapcolumbus tidak ada yang lain. Maka dari itu saya merasa terkejut dengan
berita ini.
Mengingat,
bahwa buku dapat merubah seseorang. Kini
tulisan Howard Zinn telah merubah pandangan saya tentang Columbus, karena
memang adanya bukti terkait issue Columbus si pembunuh. Namun, apakah benar Columbus itu seorang
pembunuh?. Sebaiknya mari kita mencari
fakta dan buktinya.
Ternyata dan ternyata Columbus adalah Columbus adalah penjahat
kemanusiaan. Puluhan juta suku asli
Indian musnah olehnya. Dua peneliti dari
Universitas California, Sherburne dan Woodrow, di tahun 1492 jumlah orang
Arawak 8 juta jiwa, tahun 1496 Columbus datang. Di tahun 1508-1518, dari 8 juta
tinggal tersisa 100.000 orang Arawak. Bahkan
di tahun 1514, orang Arawak dewasa tinggal 22.000.
Peneliti lain, Cook dan Borah menulis angka 27.800 (1514). “Dalam jangka
waktu 20 tahun, Columbus telah membantai 90% bangsa Arawak, yang pada awalnya
berjumlah 8 juta jadi tinggal 28.000-an orang.”
Selama kurang
seabad Columbus di benua baru, sekitar 95 juta orang telah dibunuh secara
kejam. Saat Columbus tiba di Amerika, ada 30 juta orang penduduk pribumi. Namun
beberapa tahun kemudian jumlahnya menyusut tinggal 2 juta.
Dalam buku berjudul
“The conquest of Paradise: Christopher Colombus and the Columbian Legacy”
(1991), Kirkpatrick Sale menyatakan, “Ini lebih dari suatu pembantaian biasa,
ini satu pembunuhan besar-besaran, yang menghabisi lebih dari 99% penduduk,
pemusnahan satu generasi.”
Pemusnahan
suku Indian di Amerika ini bukan hanya dilakukan dengan pengejaran dan
pembantaian, tapi juga dengan ‘senjata biologi’ bernama virus cacar. Sejumlah
selimut bekas pasien cacar yang tentu saja telah terpapar virusnya, dibawa
Columbus dan dipakai untuk menyelimuti orang-orang Indian yang sakit. Bukannya
sembuh, banyak orang Indian yang mati dan wabah cacar dengan cepat membunuh
puluhan ribu orang-orang Indian lainnya. Hal yang sama dilakukan Hernando
Cortez tatkala merebut Meksiko yang saat pertama menjejakkan kaki di negeri itu
pada Februari 1519, jumlah penduduk aslinya ada sekitar 25 juta jiwa, tetapi
pada 1605 jumlah itu tinggal 1 juta jiwa saja.
Betapa
mengerikan bukan? Seorang sosok Columbus yang kita ketahui adalah seorang
penemu besar, pahlawan, dan shaleh, ternyata semuanya bohong. Betapa menyebalkan kita telah dibutakan
dengan buku yang menuliskan bahwa Columbus adalah seorang penemu besar Benua
Amerika. Ternyata dan ternyata semuanya
bulshit!.
Terkait
mengenai teks oppa Howard Zinn, sebelumnya saya tidak mengerti tentang teks
tersebut disaat saya membaca dua paragraph dari tulisan beliau. Karena pada bagian paragraph pertama beliau
bercerita tentang dirinya. Akan tetapi
setelahmembaca paragraph berikutnya, saya mulai memahami maksud dari teks tersebut. Dalam tulisannya, beliau bukanlah terlahir
dari keluarga yang berlatar belakang pintar yang memiliki perpustakaan. Akan
tetapi dia menjadi seorang yang sadar sosial dan seorang aktivis. Beliau menjadi seperti itu karena bermula
dari kgemarannya dalam membaca dan mengoleksi berbagai buku-buku. Didalamnya beliau menyebutkan bahwa wawasan
berasal dari buku-buku. Tidak hanya itu,
beliau juga menyebutkan bahwa buku dapat mengubah seseorang, dengan begitu buku
juga dapat mngubah dunia. Kini, terbesit
pertanyaan didalam benak saya yaitu apabila kalangan masyarakat indonesia
kurang gemar dalam membaca buku, apakah mereka tidak bisa merubah diri mereka
dan bahkan merubah dunia?.
Untuk
jawabannya adalah ya, karena apabila kita kurang gemar dalam membaca buku
berarti menurunnya keinginan untuk menambah pengetahuan lewat jendela dunia
berupa bacaan sebagai sumber informasi. Kurangnya
kegemaran membaca di kalangan siswa terjadi karena siswa terbiasa dicekoki oleh
informasi instan yang biasa diperoleh dari siaran TV dan media elektronik
lainnya. Disamping itu, remaja menganggap membaca adalah hal yang membosankan.
Padahal dengan membaca cakrawala intelektual kita bisa terbuka dan menjadikan
kita lebih tanggap akan lingkungan sekitar.
Mengingat pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari
khususnya bagi para pelajar, maka tingginya minat baca bagi para pelajar, wajib
dipupuk karena membaca amat menentukan bagi prestasi seorang pelajar. Bagaimana
prestasi belajar siswa akan tinggi jika para siswa enggan membaca baik
buku–buku yang berhubungan denganpelajaran ataupun buku–buku lainnya yang
menunjang?.
Buku adalah harta terpendam yang dapat mencerdaskan
bangsa, bagaimana bangsa kita bisa cerdas jika setiap pelajarnya enggan untuk
membacanya. Tinggi rendahnya minat baca suatu bangsa amat menentukan kualitas
sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia sangat menentukan
perkembangan suatu bangsa.
o
Apa yang menyebabkan munculnya
masalah kurang membaca ?
·
Karena
membaca bukan budaya masyarakat Indonesia. Kita lebih terbiasa mendengar orang
tua ataupun kakek nenek kita bercerita dan mendongeng ketimbang membaca buku
cerita.
·
Pengaruh
budaya dengar, tonton, dan media elektronik yang berkembang pesat. Anak tidak
dibiasakannya mengisi waktu luang dengan membaca buku, sebaliknya tahan
berlama-lama nonton televisi. Ada yang mengatakan bahwa budaya baca di
Indonesia yang memprihatinkan ini karena kita langsung meloncat dari budaya
lisan ke gambar (televisi dan film). Sedangkan negara-negara barat dimulai dari
budaya bicara, baca, baru ke gambar.
·
Sistem
pembelajaran di Indonesia belum membuat pelajar atau mahasiswa harus membaca
buku, mencari, dan menentukan informasi lebih dari sumber yang diajarkan di
sekolah.
·
Kurang
tersedianya buku-buku yang berkualitas dengan harga yang terjangkau juga
menjadi faktor penyebab rendahnya minat baca. Hal itu diperparah minimnya
perpustakaan di tempat-tempat umum yang mudah dijangkau. Juga kurang memadainya
koleksi, fasilitas, dan pelayanan yang ada. Termasuk, tidak meratanya
penerbitan dan distribusi buku ke berbagai daerah.
Rendahnya minat baca dari hasil penelitian Writingsdy, (2007) bahwa:”...bagaimana kondisi minat baca di Indonesia?...”. sebuah pertanyaan di atas dengan berat hati kita katakan, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Itu terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa:”... masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%)...”.
Dari
semuanya kita dapat mengambil kesimpulan yaitu : sebuah keterampilan membaca
dan menulis adalah sesuatu yang sangat penting.
Kita sering mendengar kalimat ’Buku adalah Sebagai Jendela Dunia’. Memang benar, buku adalah jendela dunia,
karena dengan membaca buku kita mendapat wawasan yang baru. Tidak hanya itu buku juga dapat merubah
seseorang, bahkan dunia. Akan tetapi,
tidak semua buku memiliki efek yang kuat.
Seperti halnya buku yang menuliskan Columbus sebagai penemu besar. Maka
dari itu kita harus pandai memilih buku yang benar-benar dapat merubah kita
dalam kebaikan tidak dalam kesesatan. Buku adalah harta terpendam
yang dapat mencerdaskan bangsa.
Maka dari itu bagaimana Negara indonesia bisa maju, apabila kemampuan
membaca bukunya masih minim. Karena buku
adalah factor untuk meningkatkan bahkan menurunkan kualitas seseorang bahkan
bangsa.
References
http://ksatriapena.wordpress.com/2012/10/16/mengungkap-kebiadaban-columbus/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic