We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 27 Maret 2014

EVERYTHING ISN’T GONNA BE NEUTRAL



Seventh meeting
Class Review


Tak terasa kini telah sampai pada pertemuan yang ke – tujuh yang dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2014 bertempat di gedung PBI ruang 44. Telah kurasakan betapa sulitnya menulis, tak semudah seperti yang ku bayangkan. Sungguh! Menulis tak boleh diremehkan. Kini kurasakan yang dirasakan seperti halnya seorang penulis, lelah, kecewa, ketika tulisan yang dihasilkan tidak menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Senang, bahagia, ketika karya yang ditulisnya mendapatkan pujian. Namun, semua itu membutuhkan sebuah perjuangan dan semangat yang gigih untuk pantang menyerah seperti pejuang yang memperjuangkan hak – haknya dimasa lampau.
Sebagian orang atau hanya sekitar beberapa orang beranggapan bahwa menulis itu sesuatu yang mudah, karena bisa dipelajari dan selalu latihan. Namun, tidak denganku! Bagiku, menulis adalah sesuatu beban yang berat yang selalu berada dipundakku, yang apabila tidak segera diletakkan maka akan menambah berat.
Menulis merupakan bagian dari kegiatan “literasi”. Kata “literasi”, kini sudah tak asing lagi bagi kalangan mahasiswa Bahasa Inggris IAIN Syekh Nur Jati Cirebon. Dosen kami, Mr. Lala Bumela yang memperkenalkan kami mengenai “literasi”, dan menerapkannya agar kami bisa menjadi kaum yang literat. Salah satu praktek literasi yang kini sedang gencar – gencarnya dijalankan oleh Mr. Lala Bumela ialah keharusan menulis. Namun dalam kegiatan menulis, tidak ada praktek literasi yang netral (Lehtonen dan A. Chaedar Alwasilah), sekalipun itu dalam sebuah judul, pastilah sebenarnya memihak kepada salah satunya. Dengan budaya literasi menulis, kita bisa menggali ceruk – ceruk baru pemahaman yang tersembunyi atau mungkin sengaja disembunyikan. Dengan mengungkapkan sisi lain dari sebuah sejarah, dengan begitu kita bisa membuat orang tercengang takjub akan ceruk baru yang telah ditemukan jika kalian mampu untuk mengupas dan mengangkat ceruk tersebut kepada dunia dan mempertontonkannya dengan tentu saja sumber daya yang besar untuk menyadarkan pembaca agar segera bangun dari mimpi yang tak pernah nyata dalam dunia nyata. Tujuan lainnya, agar pembaca bisa memproduksi ide yang sedang disampaikan oleh pembaca karena ketika sedang dalam proses membaca, bukanlah sekedar proses pasif yang hanya memindahkan ide, namun lebih dari itu, pembaca sedang menjalankan proses kreatif, aktif dan kritis yang sedang mencoba untuk menggali pikiran dalam sebuah teks untuk menemukan kritikan yang berharga. Untuk itu, menulis haruslah memunculkan meaning making practice.
Literasi ini harus bisa dipraktekan sebagai praktek sosial, maksudnya, sesuatu yang orang lakukan dengan berbagai macam teks untuk sekedar berpatisipasi dalam ‘meaning  making’ pada komunitas sosial. Bila begitu, orientasi karya tulis harus bersifat semogenesis,  harus memperhatikan cita rasa tulisan yang dibuat adalah cita rasa yang terbaik. Oleh karena itu, untuk menarik perhatian dari pembacanya selain diharuskan membuat judul yang menarik, tesis yang diciptakan pun harus mampu untuk meyakinkan pembacanya.
Milan Kundera (in L’Art duroman, 1986):
“To write means for the poet to crush the wall behind which something that ‘was always there hides’”
Yang diungkapkan oleh Milan Kundera tentang aktivitas menulis ialah sangat fantastik. Pada saat kita melakukan aktivitas menulis, misi seluruh manusia yang menulis adalah sama, yaitu menemukan (discover) sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dengan mengungkapkan apa yang disembunyikan. Untuk menemukan sesuatu membutuhkan proses yang lama (karena sejarah itu bersifat diakronik (membutuhkan waktu)). Selama dalam proses discover, kita mempunyai hak untuk menolah asumsi – asumsi lama yang telah beredar, sekalipun itu memang nyata. Karena dalam kegiatan menulis, kita harus berani merusak sesuatu yang bersifat rahasia yang tertanam dalam tembok besar untuk membongkar sebuah sejarah. Sehingga menghasilkan perubahan sejarah pada dunia. Ketika sejarah telah ada dan diketahui, tidak salah jika kita membantahnya sekalipun sejarah itu telah ada sejak lama, dan sejarah adalah suatu proses penciptaan manusia yang tidak pernah putus, namun bukan berarti sejarah tidak dapat berubah, dengan penemuan – penemuan terbaru, dengan karya yang mengguncang dunia serta memporak porandakan umat manusia. Karena literasi merupakan bagian penting dari sejarah. Dan tanpa kehadiran seorang penulis yang berliterasi, maka sejarah tidak akan pernah terlacak dan terdeteksi keberadaannya. Diumpamakan penulis itu seperti seorang penyanyi yang selalu mengikuti trend musik. Begitupun dengan seorang penulis yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Namun adakalanya, mereka tidak hanya harus up to date akan trend – trend yang ada, terkadang menciptakan trend tersendiri itu jauh lebih akan menimbulkan efek yang lebih baik atau buruk, entahlah. Dengan menciptakan isu baru, tidak hanya mengikuti trend, yang dilakukan penyanyi agar karirnya tidak tenggelam adalah dengan menciptakan trend musik baru, hal tersebut bisa juga dilakukan oleh seorang penulis, dengan menggiring masyarakat kepada isu hangat dan baru tersebut. Dengan begitu penulis akan mampu untuk mendahului zaman dan menjelajah waktu dan menciptakan dunia baru.
Dalam artikel yang ditulis oleh Zinn dengan judul “speaking truth to power with books” membahas didalamnya mengenai kekuatan pengaruh sebuah buku yang dapat mempengaruhi dunia dengan penggunaan bahasanya. Zinn dalam sebuah buku yang berhudul “A People’s History of The United States” merupakan salah satu buku yang dapat membuat dunia tercengan karena isinya yang mengungkapkan bahwa Columbus bukanlah penemu Benua Amerika, namun selama berabad – abad lamanya, dan diajarkan pula semasa duduk dibangku SD bahwasahnya Christoper Columbus adalah penemu Benua Amerika. Biasanya apabilah sejarah yang sudah pernah diciptakan oleh peradaban sebelumnya, maka sejarah itu akan terus mengikuti seperti itu, seperti halnya tetesan air hujan yang berada dikaca yang akan terus menurun kecuali terdapat penghalang maka ia akan terhenti sama halnya seperti sejarah tak akan berubah sebelum ada yang mengubahnya, sama seperti kasus yang disampaikan oleh Zinn dalam artikelnya dengan judul “Speaking Truth to Power With Books” mengenai Columbus. Dalam hal tersebut literatur yang sudah ada coba untuk dimanipulasi oleh bangsa Barat sehingga penemu Benua Amerika yang sebenarnya tak pernah nampak kedaratan, namun bukan berarti tidak bisa untuk dilacak. Kita bisa melacaknya melalui teks – teks yang masih bertahan hingga kini yang berada dalam langit gua ataupun tertulis dalam batu besar. Namun seiring dengan perkembangan zaman, teks sekarang lebih mudah untuk diakses, karena bentuknya yang tak lagi besar dan berat, teks bisa berbentuk lembaran – lembaran kertas atau buku ataupun tanpa kertas yang berada dalam laptop. Dengan buku, sejarah dapat disebarluaskan keseluruh penjuru dunia dan dengan budaya berliterasi kita dapat mengakses sejarah – sejarah tersebut.  

KESIMPULAN :
Setiap manusia memiliki kadar tingkat rasa penasaran yang berbeda untuk mengungkapkan apa yang tersembunyi. Namun masih terdapat beberapa orang yang selalu penasaran dengan ‘sejarah’ yang akan terus menelitinya dan menemukan hal baru yang akan disampaikan dengan “ideologi” untuk menarik orang agar mengetahuinya. Jadi literasi adalah bagian penting dalam sejarah untuk bisa membantu memperkenalkan sebuah sejarah kepada kalangan masyarakat. Dalam hal ini literasi bertindak seperti media masa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic