Class
review 4
Pada tanggal 25 Februari 2014 adalah pertemuan keempat pada mata
kuliah writing and composition 4. Pada pertemuan kali ini Mr. Lala membahas
tentang evaluasi critical review pertama yang bersumber dari artikel yang
ditulis oleh A. Chaedar Alwasilah yaitu classroom discourse religion harmoni,
artikel ini dipublikasikan pada the jakarta post pada 22 Oktober 2011.
Kegiatan pertama yang Mr. Lala lakukan yaitu mengabsen kehadiran
mahasiswa. Pada pertemuan kali ini Mr. Lala tidak terlalu banyak membahas
materi, karena Mr. Lala membahas evaluasi critical review yang pertama. Mr.
Lala mengatakan bahwa kelas kita sama dengan dua kelas sebelumnya memiliki
masalah yang sama dalam memahami artikel pak chaedar yaitu masih belum
mengetahui topik dari classroom discourse religion harmoni yang sesungguhnya.
Mr. Lala mengatakan bahwa Mr. Lala berharap mahasiswa membahas critical review
pada area mana “classroom discorse” atau “religion harmoni” tetapi dalam
kenyataannya kebanyakan mahasiswa mengira bahwa topik dari artikel tersebut
pendidikan liberal. Kemudian Mr. Lala mengatakan bahwa topik
sebenarnya yaitu “religion harmoni” bukan pendidikan liberal atau yang lain,
jadi pada intinya kebanyakan mahasiswa dari 3 kelas membahas pendidikan liberal.
Tetapi Mr.
Lala mengatakan bahwa Mr. Lala masih mentoleransi kesalahan mahasiswa.
Critical
review yang saya buat pun masih jauh berbeda degan harapan Mr. Lala. Dalam
critical review pertama, saya membahas pentingnya komunikasi antar teman sebaya di dalam kelas. Sedangkan topik dari
artikel tersebut adalah rilgion harmoni(kerukunan beragama), menurut saya ini
sangat berbeda, walaupun saya menitik beratkan pembahasan pada komunikasi antar
teman sebaya yang dapat mewujudkan kerukunan beragama, karena harapan Mr. Lala
dan topik dari artikel tersebut “religion harmoni”. Lalu Menanggapi pengertian literasi menurut Ken Hyland yang mengatakan “Literacy is something we do”. Mr. Lala mengatakan
bahwa “do” disini berarti religion harmoni, jadi topik yang tepat dari artikel
pak chaedar yaitu religion harmoni.
Kemudian
Mr. Lala membahas tentang classroom discourse, Mr. Lala mengatakan bahwa
classroom adalah situs yang suci atau secred site karena didalam kelas terjadi kegiatan
yang luar biasa yang mungkin tidak bisa dilakukan ditempat lain. Kegiatan
tersebut adalah kegiatan belajar mengajar dimana terjadinya interaksi antara
guru dan siswa, dan dimana siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru atau
sebagai akibat dari pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Mr. Lala juga
mengatakan bahwa classroom atau kelas memiliki sifat yang sangat penting yaitu
sebagai berikut :
1.
Comlicated
2.
Interaction
3.
Talk
Ketiga
sifat ini harus ada pada kelas dan terjadi di dalam kelas, Mr. Lala mengatakan
bahwa complicated termasuk dari sifat kelas karena untuk mencapi pembelajaran
di kelas Mr. Lala ini, mahasiswa harus melewati pendidikan sebelumnya yaitu SD,
SMP, SMA dan untuk mengikuti pembelajaran kita dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sama dalam satu kelas walaupun kita tahu kemampuan setiap orang
itu pasti berbeda beda. Compicated memiliki 3 bagian yaitu [1] background, [2]
comunicative strategies, dan [3] meaning making practis. [1] Background berarti
yang berhubungan dengan siswa, seperti tingkat kognitif siswa atau IQ, latar
belakang sosial siswa, karakter siswa dan lain sebagainya. Semua backgroun
siswa ini dalam satu kelas pasti berbeda –beda. [2] Comunicative strategies
berarti mahasiswa harus memiliki strategi dalam komunikasi di dalam kelas. [3] Meaning making practis adalah hasil dari
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, meaning making practis bisa
berbentuk Idealogi dan Values(nilai). Mr. Lala mengatakan bahwa yang membedakan
orang indonesia dengan orang negara lain yaitu disiplin sebagai bentuk dari
values.
Interaction
adalah yang berhubungan dengan komunikasi yang terjadi di dalam kelas,
interaksi sangat dibutuhkan dalam kelas karena tanpa interaksi proses
pembelajaran tidak akan tercapi. Interaksi bisa berbentuk interaksi yang
terjadi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
Talk
adalah sifat yang paling penting yang harus ada dalam kelas karena tujuan
pembelajaran itu sendiri yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
pengetahuan dan dalam berkomunikasi. Maka dari itu siswa harus dilatih bicara
agar siswa bisa berinteraksi dengan baik. Kemudian Mr. Lala mengatakan bahwa
discoures itu berbentuk teks dan conten, yang terpenting dari discourse yaitu
menulis dengan conten yang bagus.
Kemudian
Mr. Lala bertanya kepada mahasiswa siapa yang critical reviewnya berisi tentang
kemenag? Mr. Lala mengatakan kenapa harus membawa-bawa kemenag dalam mengatasi
masalah kerukunan beragama, lalu diman fungsi UIN, IAIN dan lembaga agama yang
lainnya. Kemudian Mr. Lala mengatakan bahwa muslim di indonesia ini sedang
dicerai beraikan oleh orang kristen dengan cara membaktis orang islam, cara ini
dilakukan berawal dari menempai semua perumahan yang mayoritas orang islamnya
tidak terlalu banyak dan dengan cara 3 D yaitu dipacari, dihamili dan dibaktis.
Ini adalah cara orang kristen untuk menghancurkan orang islam menurut Mr. Lala,
Mr. Lala mengatakan hal ini karena dari cerita yang nyata yang dialami oleh Mr.
Wahid, Mr. Wahid tinggal di perumanahan yang rata-rata tetangganya itu orang
kristen bahkan pendeta. Nah, pendeta ini lah yang dimaksud oleh Mr. Lala karena
pendeta ini menikahi orang muslim kemudian setelah memiliki dua anak dari
wanita muslim pendeta ini mulai mengajak anak-anaknya ke gereja dan lama
kelaman ia membaktis istrinya dengan ancaman kalau tidak masuk agama kristen
dia tidak akan bertemu lagi dengan anak –anaknya. Maka dari itu Mr. Lala
mengatakan bahwa umat islam di indonesia harus meningkatkan endurence kita
dalam keyakinan kepada agama islam.
Kemudian
membahas tentang unity, unity berarti paragraf yang harus berkaitan dengan
topik atau tidak boleh melenceng dari topik, dalam unity paragraf yang kuat
akan menghapus paragraf yang tidak dibutuhkan atau yang main ideanya jauh
berbeda dengan topik. Kemudian dalam unity tidak hanya berisikan paragraf
tetapi harus menggunakan tesis yang krusial.
Kemudian
Mr. Lala menyuruh mahasiswa membuat lingkaran besar dan mereview sendiri
critical review yang telah dibuat dengan menggunakan pertanyaan yang ada di
unity yaitu [1] does every detail I have selected support the main idea. [2]
have I organized the supporting details in the most logical way. [3] have
included any sentences that are unecessary because they simply restate the main
point without adding any new information or meaning. [4] have I made the
relationships between my ideas clear. Mahasiswa hanya disuruh mencentang
paragraf –paragraf yang memiliki unity dan harus menjawab yes atau no
pertanyaan tersebut, sementara itu Mr. Lala melihat class review semua
mahasiswa.
Kemudian
Mr. Lala menampilkan power point yang berisikan perkataan dari dosen Mr. Lala,
yang berisikan sebagai berikut : “Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada
[momen] penemuan dari apa yang dalam riuh gelisah dicari. Dalam sepi ada
berhenti dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir indera kita.
Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu satu untuk ditafakuri, lalu
dimaknai, dan dijadikan berguna bagi kita. Bila tidak mereka hanya dengungan
yang bising di kepala saja tak mengendap menjadi sesuatu yang mengizinkan kita
memahami dunia di sekitar kita [sedikit] lebih baik. Berkariblah dengan sepi,
sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran
ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang
diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat
tanpa harus memuaskan keinginan yang lain. Berkariblah dengan sepi karena dalam
sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita
tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak. Berkariblah dalam
sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih. (Budi
Hermawan)” menurut saya inti dari teks di atas yaitu kita itu harus berkarib
dengan sepi karena pada saat suasana sepi ide dan jawaban dari semua masalah
yang dihadapi akan muncul dan saat sepi insirasi akan muncul. Menurut saya
perkataan dari bapak Budi hermawan ini benar karena melihat pengalaman saya
sendiri yang susah untuk menulis ketika suasana dalam keadaan ramai sedangkan
ketika malam hari yang sepi saya dengan mudah menulis apa pun karena banyak
ide-ide yang bermunculan.
Kemudian
Mr. Lala membuka slide selanjtnya yang menjelaskan tentang Betsy Rymes (2008)
yang menulis buku classroom discourse. Kemudian didalamnya terdapat kata-kata
dari seorang anak yang akan menjadi pilot helikopter, perkataannya yaitu “Those of us
who presume to “ teach”
must not imagine
that we know
how each student begins
to learn” By Vivian Gussin
Paley. Maksud dari vivian ini yaitu ketika kita berani untuk mengajar,
kita tidak boleh mengajarkan bahwa kita tahu bagaimana setiap siswa mulai
belajar karena setiap siswa pasti memulai belajarnya dengan cara yang
berbeda-beda.
Kemudian
Mr. Lala mengatakan bahwa mahasiswa dari kelas tiga kelas ini belum bisa
menjadi qualified reader karena kebanyakan mahasiswa salah dalam menentukan
topik dari artikel pak chaedar, Mr. Lala juga mengatakan bahwa untuk menjadi
qualified reader dibutuhkan kejernian hati dulu sebelum membaca agar kita tidak
salah dalam memahami teks tersebut.
Kesimpulan
: artikel dari pak chaedar yang berjudul
classroom discourse religion harmoni ini menjelaskan tentang bagaimana cara
untuk merukunkan umat beragama yang dibahas dalam suatu kelas. Classroom
bersifat compicated, interaction dan talk dan discourse terdiri dari teks dan conten.
Untuk menjadi qualified reader kita harus menjernikan hati terlebih dahulu dan
meningkatkan endurence sebagai pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic