Apabila diperbolehkan untuk bersikap
berlebih-lebihan maka setiap mahasiswa akan berkata tiada rintangan sesulit
rintangan yang dihadapi seorang pembaca.
Ketika duduk di bangku sekolah dasar, rasanya mudah untuk membaca. Hal tersebut karena peserta didik hanya
membaca sebagai kegiatan membuang energi secara percuma saja. Kali ini semuanya berevolusi, dimulai dari
perawakan peserta didik yang semakin kekar dan juga gizi bacaan yang semakin
berkualitas.
Level teks bacaan semakin berkelas. Ini menjadi penyebab utama mengapa hampir
semua mahasiswa kesulitan memetik buah dari teks tersebut. Mahasiswa telah gagal menjadi qualified
readers yang menjadi level lanjutan dari reader biasa. Memang mahasiswa dituntut untuk menulis akan
tetapi ini hanyalah sebuah cara untuk memanamkan kemampuan tulis-menulis yang
berkelas. Jadi target mahasiswa adalah
bagaimana menjadi qualified readers.
Itulah modal utama guna menjadi penulis yang berkelas, karena penulis
berkelas berisikan gizi-gizi bacaan yang berkelas pula.
Bukti
kegagalan mahasiswa berada pada hasil kerja keras mereka dalam critical
review. Apabila bukti ini diilustrasikan
maka akan terlihat seperti jalan yang bercabang dua. Jalan pertama berujung pada danau yang
ditempati oleh buaya-buaya, akan tetapi jalan kedua akan berujung pada padang
rumput yang begitu indah. Sesuatu yang
sangat disayangkan adalah jalan yang dipilih oleh mahasiswa, jalan pertama
sebagai jalur yang salah mereka pilih.
Namun meskipun demikian terdapat beberapa mahasiswa memilih jalur tersebut
dan dapat melewati danau dengan sebuah perahu.
Patut apresiasi diberikan kepada mahasiswa yang telah sampai pada padang
rumput tersebut meskipun tidak tahu apa yang harus dilakukan di tempat
tersebut.
Dua pilihan terpampang didepan mata
mahasiswa. Classroom discourse dan
religion harmony adalah pilihan-pilihan tersebut. Seharusnya classroom discourse menjadi tokoh
utama dalam karya tulis mahasiswa yang lalu.
Namun religion harmonylah bintangnya.
Oleh karena itu mahasiswa tersesat, untungnya masih terdapat mahasiswa
yang sukses memilih jalan yang benar walaupun hanya beberapa persen
kesuksesannya. Inilah bukti berapa
sangat sulitnya menjadi seorang pembaca yang berkelas.
Puzzle tidak akan terlihat menarik
ketika terdapat potongan yang belum terpasang meskipun hanya satu. Mahasiswa hampir sama sekali tidak membahas classroom
discourse itu sendiri yang seharusnya menjadi pemain bintang pada karya tulis
mereka. Jadi Setelah tuntas membahas
mengenai kesalahan mahasiswa dalam karya tulisnya, hal paling masuk akal adalah
mengetahui apa itu classroom discourse guna melengkapi potongan puzzle
tersebut.
Secara sederhana classroom discourse
dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi antara semua perangkat
pendidikan. Perangkat pendidikan yang
dimaksudkan adalah pengajar dan peserta didik dalam kelas. Classroom discourse merujuk pada bahasa yang
digunakan oleh pengajar dan peserta didik untuk berkomunikasi satu sama lainnya
dalam proses pembelajaran di kelas. Maka
tidaklah aneh jika classroom discourse sangatlah rumit dan tidak mudah untuk
diatur. Alasan utamanya adalah karena terjadinya
interaksi antara perangkat pendidikan tersebut.
Baik peserta didik ataupun pengajar itu sendiri berasal dari latar
belakang yang berbeda-beda. Aspek
ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain yang dimiliki mereka pastinya
berbeda-beda karena jalan kehidupannya pun berbeda. Maka tingkat kerumitan dari classroom
discourse sangat tinggi.
Meskipun mahasiswa sudah menyentuh aspek
yang kedua, yaitu religion harmony akan tetapi tidak salah jika mahasiswa
menyentuh aspek ini lebih kuat. Religion
harmony adalah kerukunan beragama.
Secara sederhana dapat diartikan menggunakan definisi tidak kreatif
tersebut. Apabila ditelaah lebih
mendalam lagi mahasiswa akan menemukan satu faktor dalam keharmonisan
agama. Pada setiap aktivitas manusia
harus terdapat kata “Saling”, itulah faktornya.
Ketika orang menolong maka tambahkanlah kata saling didepannya dan
ketika orang bersedekah maka tambahkanlah kata saling di depannya. Itulah religion harmony. Kerukukan agama akan menciptakaan mutuality,
yaitu ketimbalbalikan.
Faktor utama kegagalan mahasiswa adalah
tidak bisanya mereka menuju level yang lebih tinggi, yaitu qualified
readers. Untuk mencapai kategori
qualified readers situasi pun harus mendukung dalam proses pembacaan teks. Seorang reader harus mencari ketentraman dan
kesunyian di suatu tempat guna mempermudah dirinya dalam proses pencapaian
menuju qualified readers. Kondisi
tentram dan sunyi inilah kunci dari semuanya.
Salah satunya adalah memciptakan kejernihan dalam hati. Tangan sebagai alat yang berbensin keringat
tidak akan tahu harus membentuk goresan huruf apa jika tidak ada otak. Perlu diketahui pula bahwa otak tidak akan
memunculkan sesuatu yang berkelas ketika otak tersebut kosong. Semua itu, semua proses penuangan ide dalam goresan-goresan
huruf di atas sebuah kertas putih akan disampul oleh kejernihan hati. Jadi ketika hati jernih, ide pun akan dengan
mudahnya mengalir. Itulah mungkin kenapa
Nabi pun selalu diperintahkan untuk bangun di kesunyian malam di saat manusia-manusia
lainnya menikmati mimpi buruk mereka. Dapat disimpulkan juga kegiatan menulis
merupakan kegiatan terpuji karena akan membangunkan mahasiswa pada waktu-waktu
dimana Nabi bangun, malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic