We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 05 Maret 2014

Class Review 4: Kepingan yang Hilang

Apabila diperbolehkan untuk bersikap berlebih-lebihan maka setiap mahasiswa akan berkata tiada rintangan sesulit rintangan yang dihadapi seorang pembaca.  Ketika duduk di bangku sekolah dasar, rasanya mudah untuk membaca.  Hal tersebut karena peserta didik hanya membaca sebagai kegiatan membuang energi secara percuma saja.  Kali ini semuanya berevolusi, dimulai dari perawakan peserta didik yang semakin kekar dan juga gizi bacaan yang semakin berkualitas. 
Level teks bacaan semakin berkelas.  Ini menjadi penyebab utama mengapa hampir semua mahasiswa kesulitan memetik buah dari teks tersebut.  Mahasiswa telah gagal menjadi qualified readers yang menjadi level lanjutan dari reader biasa.  Memang mahasiswa dituntut untuk menulis akan tetapi ini hanyalah sebuah cara untuk memanamkan kemampuan tulis-menulis yang berkelas.  Jadi target mahasiswa adalah bagaimana menjadi qualified readers.  Itulah modal utama guna menjadi penulis yang berkelas, karena penulis berkelas berisikan gizi-gizi bacaan yang berkelas pula.
 Bukti kegagalan mahasiswa berada pada hasil kerja keras mereka dalam critical review.  Apabila bukti ini diilustrasikan maka akan terlihat seperti jalan yang bercabang dua.  Jalan pertama berujung pada danau yang ditempati oleh buaya-buaya, akan tetapi jalan kedua akan berujung pada padang rumput yang begitu indah.  Sesuatu yang sangat disayangkan adalah jalan yang dipilih oleh mahasiswa, jalan pertama sebagai jalur yang salah mereka pilih.  Namun meskipun demikian terdapat beberapa mahasiswa memilih jalur tersebut dan dapat melewati danau dengan sebuah perahu.  Patut apresiasi diberikan kepada mahasiswa yang telah sampai pada padang rumput tersebut meskipun tidak tahu apa yang harus dilakukan di tempat tersebut.
Dua pilihan terpampang didepan mata mahasiswa.  Classroom discourse dan religion harmony adalah pilihan-pilihan tersebut.  Seharusnya classroom discourse menjadi tokoh utama dalam karya tulis mahasiswa yang lalu.  Namun religion harmonylah bintangnya.  Oleh karena itu mahasiswa tersesat, untungnya masih terdapat mahasiswa yang sukses memilih jalan yang benar walaupun hanya beberapa persen kesuksesannya.  Inilah bukti berapa sangat sulitnya menjadi seorang pembaca yang berkelas.
Puzzle tidak akan terlihat menarik ketika terdapat potongan yang belum terpasang meskipun hanya satu.  Mahasiswa hampir sama sekali tidak membahas classroom discourse itu sendiri yang seharusnya menjadi pemain bintang pada karya tulis mereka.  Jadi Setelah tuntas membahas mengenai kesalahan mahasiswa dalam karya tulisnya, hal paling masuk akal adalah mengetahui apa itu classroom discourse guna melengkapi potongan puzzle tersebut.
Secara sederhana classroom discourse dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi antara semua perangkat pendidikan.  Perangkat pendidikan yang dimaksudkan adalah pengajar dan peserta didik dalam kelas.  Classroom discourse merujuk pada bahasa yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik untuk berkomunikasi satu sama lainnya dalam proses pembelajaran di kelas.  Maka tidaklah aneh jika classroom discourse sangatlah rumit dan tidak mudah untuk diatur.  Alasan utamanya adalah karena terjadinya interaksi antara perangkat pendidikan tersebut.  Baik peserta didik ataupun pengajar itu sendiri berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.  Aspek ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain yang dimiliki mereka pastinya berbeda-beda karena jalan kehidupannya pun berbeda.  Maka tingkat kerumitan dari classroom discourse sangat tinggi.
Meskipun mahasiswa sudah menyentuh aspek yang kedua, yaitu religion harmony akan tetapi tidak salah jika mahasiswa menyentuh aspek ini lebih kuat.  Religion harmony adalah kerukunan beragama.  Secara sederhana dapat diartikan menggunakan definisi tidak kreatif tersebut.  Apabila ditelaah lebih mendalam lagi mahasiswa akan menemukan satu faktor dalam keharmonisan agama.  Pada setiap aktivitas manusia harus terdapat kata “Saling”, itulah faktornya.  Ketika orang menolong maka tambahkanlah kata saling didepannya dan ketika orang bersedekah maka tambahkanlah kata saling di depannya.  Itulah religion harmony.  Kerukukan agama akan menciptakaan mutuality, yaitu ketimbalbalikan.
Faktor utama kegagalan mahasiswa adalah tidak bisanya mereka menuju level yang lebih tinggi, yaitu qualified readers.  Untuk mencapai kategori qualified readers situasi pun harus mendukung dalam proses pembacaan teks.  Seorang reader harus mencari ketentraman dan kesunyian di suatu tempat guna mempermudah dirinya dalam proses pencapaian menuju qualified readers.  Kondisi tentram dan sunyi inilah kunci dari semuanya.  Salah satunya adalah memciptakan kejernihan dalam hati.  Tangan sebagai alat yang berbensin keringat tidak akan tahu harus membentuk goresan huruf apa jika tidak ada otak.  Perlu diketahui pula bahwa otak tidak akan memunculkan sesuatu yang berkelas ketika otak tersebut kosong.  Semua itu, semua proses penuangan ide dalam goresan-goresan huruf di atas sebuah kertas putih akan disampul oleh kejernihan hati.  Jadi ketika hati jernih, ide pun akan dengan mudahnya mengalir.  Itulah mungkin kenapa Nabi pun selalu diperintahkan untuk bangun di kesunyian malam di saat manusia-manusia lainnya menikmati mimpi buruk mereka. Dapat disimpulkan juga kegiatan menulis merupakan kegiatan terpuji karena akan membangunkan mahasiswa pada waktu-waktu dimana Nabi bangun, malam hari.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic