We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 17 Maret 2014

Do Your Best, Persistence

Class review 6

            Sudah tak terasa mata kuliah Writing and Composition 4 telah memasuki minggu keenam. Berbagai kata untuk menggambarkan kelelahan dalam mengikuti mata kuliah writing kali ini sepertinya telah habis. Nampaknya telah tersedia ruang dalam dimensi di otakku untuk menerima jenis-jenis teks yang sulit-sulit, yang tersedia di semester 4 ini,  contohnya critical review. Dari minggu ke minggu jemari dan otakku terus bekerja agar dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Mengeluh pun sepertinya sudah tak bisa. Lebih tepatnya kali ini aku bosan untuk mengeluh tidak bisa. Kali ini aku hanya ingin mempersembahkan yang terbaik untuk tugas-tugasku di mk writing 4 ini. Aku hanya ingin do the best, persistance. Pertemuan minggu keenam ini diisi dengan membahas banyak hal mengenai critical review.

1.    Thesis Statement

Tak pernah bosan Pak Lala mengingatkan kami bahwa jangan pernah melupakan hal terpenting dalam pembuatan teks, yaitu membuat dan meletakkan thesis statement dengan benar dan tepat. Thesis statement adalah satu atau dua kalimat yang berisi topik (topic), klaim (claim) dan alasan (reason). Kalimat yang bernama thesis statement sebenarnya selalu ada di sebuah tulisan. Biasanya thesis statement terletak di paragraf pertama, namun bisa juga terletak di akhir paragraf. Bentuk thesis statement ini dapat tersurat dan tersirat. Hal ini dibutuhkan karena klaim dan alasan topik harus dibuktikan pada bagian body of paragraph dan pembuktian itu dijabarkan secara ringkas di dalam kesimpulan.

2.    Keterkaitan Praktik Literasi dan Sejarah

Literacy practices change society
Praktik Literasi adalah kerja-kerja peradaban
Praktik literasi adalah aktivitas dan proses kreatif yang bisa mengubah arah dan jalannya sejarah.

Seorang wartawati kelas dunia. Ungkapannya berikut ini: “I red because i want to change society”. Perspektifnya tentang membaca  sangat  mengesankan. Ternyata, membaca bukan sekedar mengisi waktu atau menghibur diri. Lebih dari itu, membaca adalah kerja-kerja peradaban. Membaca adalah aktivitas dan proses kreatif yang bisa mengubah arah dan jalannya sejarah. Berikut adalah penjelasan yang lebih real, agar kita semua paham dan meyakini, bahwa jalannya sejarah sedikit banyak dipengaruhi oleh praktik literasi berupa salah satunya aktivitas membaca. Sebagai bukti empiris, sejarah peradaban Islam dapat dijadikan sebagai contoh.

Para penulis sejarah Islam sepakat, bahwa titik tolak sejarah peradaban Islam dimulai dari peristiwa turunnya wahyu pertama kepada nabi Muhammad di gua Hira. Wahyu pertama yang terdapat dalam surah al-alaq itu, ternyata diawali dengan perintah iqra’ (bacalah), bukan perintah sholat, puasa dan ibadah-ibadah lainnya. Para ahli tafsir mengatakan: “mengapa ayat pertama itu diawali dengan perintah membaca?, karena membaca adalah miftaahul ma’rifah (kunci pengetahuan)”. Ayat inilah yang menjadi embrio peradaban Islam melalui budaya literasi (literacy culture) yang kuat.  Menurut agama Islam,  membaca adalah kewajiban yang bersifat individual sebagai konsekuesi penciptaan kita sebagai manusia.  Maka tidak mengherankan, ada banyak ribuan ilmuan yang lahir dari rahim peradaban Islam. Bahkan, peradaban Barat banyak mendapatkan sumbangsih dari peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan.

Fakta ini sengaja ditampilkan untuk memperkuat gagasan kita tentang pentingnya membangun budaya literasi untuk menciptakan masa depan peradaban Indonesia yang lebih bermartabat, unggul,  dan kompetitif dengan bangsa-bangsa lain. Sampai pada tahap ini, kita harus meyakini aksioma sejarah ini. Lalu bagaimana dengan praktik literasi berupa menulis? Apakah sama pentingnya dengan membaca?

Apa yang kita baca adalah didapat dari aktivitas praktik literasi berupa menulis. Aktivitas berupa membaca dan menulis ini saling berkaitan, yakni melalui kedua aktivitas itu kita dapat mengetahui sejarah yang telah ada dan dapat menciptakan sejarah yang belum ada. Praktik literasi merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dari pembuatan sejarah. Ini masuk akal, begini maksudnya. Tanpa adanya praktik literasi sejarah tidak akan ada, karena sejarah diciptakan melalui praktik literasi ini. Praktik literasi merupakan modal yang wajib dimiliki oleh seorang sejarawan.

3.    Tujuan Literasi

“Meaning, Making, Practices, Values, Ideology”

       Tujuan berliterasi adalah untuk menciptakan meaning, making, dan practices karena di dalam sebuah kelas, masing-masing siswa-siswi tentunya berasal dari background yang berbeda-beda. Background disini contohnya, dari segi pendidikan, pendapatan orangtua, ilmu pengetahuan, dsb. Selanjutnya, kelas dapat dikatakan meaning, making, practices karena di dalam kelas pun masing-masing siswa-siswi tentunya berasal dari ideologi yang berbeda-beda. Ideologi inilah yang akan menghantarkan kita menghasilkan sets of beliefe dan akhirnya sampai pada tahap pembentukan makna. Ideologi juga berguna untuk memproduksi teks. Dalam proses produksi teks ideologi berperan sebagai tidak pernah netral, karena tentunya masing-masing siswa berasal dari ideologi yang beragam. Ideologi ini akan membawa kita menghasilkan values. Values disini maksudnya adalah nilai (akhlak), contohnya nilai kedisiplinan, norma, nilai kejujuran. Pada intinya di dalam values atitude yang baik sangat dinomorsatukan. Dan values yang kita peroleh akan bergantung pada berapa banyak proses belajar yang telah kita tempuh. Karena di dalam proses belajar, kita dapat menemukan ilmu pengetahuam. Ilmu pengetahuan inilah yang akan menjadi modal kita untuk menghasilkan values yang baik.

References:
http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/05/budaya-literasi-548542.htm  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic