Challenges to Summit of Victory
Kebahagiaan
adalah ketika sifat-sifat baik yang ada dalam diri anda bisa mengalahkan dan
lebih menonjol dari pada sifat buruk.
Dengan begitu anda akan mendapatkan suatu yang dinamakan dengan pujian. Bahkan, yang tidak ada dalam diri anda pun
akan dipuji atas nama anda. Dan, masyarakat sekitar tidak akan pernah percaya
bila benaranda mempunyai sifat yang buruk.
Air saja apabila sudah dua kulah, bisa disebut suci. Juga gunung, akan disebut gunung dan akan
tetapdisebut gunung meski bebatuanya tidak bertambah dan tidak pula
berkurang. Sejumlah penulis mengatakan
“semua bentuk penderitaan dan kesulitan bagaimanapun dan lamanya tidak akan
meletak mati pada orang yang ditimpanya, tidak akan kekal bersama orang-orang
yang terkena musibah itu. Bahkan, semakin berat musibah itu bahkan berarti
semakin dekat saatnya musibah itu hilang, semakin dekat saat-saat terang serta
kehidupan yang cerah dan ceria.
Ilmu
dan kemudahan itu ibarat dua sahabat dan dua saudara sekandung. Sejumlah orang yang pandai menyelipkan tiga
buah papan berharga diatas imajinasinya.
Pada papan pertama bertulis hari kita adalah sekarang, hari kita adalah
sekarang yang artinya, hiduplah kita pada batas-batashari ini saja papan kedua
bertuliskan pikirkan dan bersyukurlah dan yang ketiga pertimbangan
kebijaksanaan adalah mengapa jalan keluar dikaitkan dengan kesulitan? Jawabanya
adalah ketika tekanan dan kesulitan itu telah semakin besardan mencapai
puncaknya dan seserang sudah mulai putus asa untuk bisa keluar dari tekanan itu
dan kesulitan tesebut. Begitu indahnya
setelah kita dapat keluar dari tekanan dan kesulitan dalam hidup ini. (La
Tahzan). Tak terasa sudah banyak sekali
kata-kata yang tertorehkan diatas putihnya kertas suci ini sudah banyak sekali,
buku yang telah saya ceritakan membuat inspirasi dihidup saya karena dengan
buku itu semangat dan tekad saya semakin kuat.
Namun, bukan itu yang akan saya bahasa dalam class review ini keenam ini
namun pembahasan saya masih akan membahas tentang academy writing ini. Mari
kita tengok ada apa saja yang ada dalam pembahasan minggu keenam kemaren. Setelah satu persatu sudah dibuka ternyata
slide pertama membicarakan tentang quote of the day yang berisikan bahwa,
Katanya,
tugas mereka yang tercerahkan --kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan
dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan
hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan
pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara
penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang
tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Pada teks diatas mengandung banyak
pesan bahwasanya seseorang yang baru tahap meulis adalah meniru. Namun, menirupun tidak cukup dan kita harus
mampu menciptakan apa yang ada didiri kita.
Membahasa proses menulis adalah upaya peneliti yang harus memahami apa
yang disebut proses menulis yang dimulai pada awal tahun 1970. Sekarang konsep kunci dalam pengajaran
menulis dalam penelitan studi komposisi, “proses” yang berperan dalam
mengalihkan focus pada proses perhatian guru dari produk tertulis siswa kepada
proses menulis. Focus pada produk
penulisan sebgai istilah yang digunakan dalam mengajar, pada tahun 1972, Donald M. Murray menerbitkan manifesto singkat yang berjudul “Ajaran Menulis
sebagai prses bukan produk”. Selama
bertahun-tahun penulisan umumnya dioperasikan dalam beberapa tahap konfigurasi:
·
Prewriting
·
Drafting
·
Revising
·
Editing
·
Publishing
Post
process adalah keakuratan dalam menggambarkan “tahap” sebagai langkah tetap
dalam proses yang berlangsung.
Sebaliknya, murid-murid lebih akurat dikonseptualisasikan sebagai bagian
dari keseluruhan yang begitu kompleks atau bagian dari proses rekursif yang
diulang beberapa kali selama proses penulisan.
Dengan demikian penulis secaa rutin menemukan bahwa, isalnya perubahan
editorial yang memicu brainstorming dan perubahan tujuan overview of cognitive
model.
Flower
and Hayes memperpanjang situasi mereka untuk menjadi serangkaian masalah retoris
yaitu, ketika penulis harus mewakili situasi sebagai masalah yang harus
dipecahkan, seperti seruan audience tertentu untuk pendekatan yang
disderhanakan seperti menemukan tema dan menyelesaikan penulisan dua halaman
dalam kelas. Dalam “The Cognitive
Discovery” Flower dan Hayes menemukan perbedaan antara penulis yang baik dan
buruk mereka dating dengan membawa tiga hasil dari studi mereka, yang
menunjukan bahwa penulis yang baik menyelimuti tiga karakteristik ketika
memecahkan suatu permasalahan.
ü Penulis
yang baik menanggaspi seua masalah retoris
ü Penulis
yang baik membangun representasi masalah mereka dengan menciptakan jaringan
yang sangat karya tujuannya untuk mempengaruhi pmbaca, dan
ü Penulis
yang baik merupakan masalah yang tidak hanya lebih luas, tapi secara mendalam.
Flower
dan Hayes menunjukan bahwa instruktur perlu
mempertimbangkan komposisi yang menunjukan “how” untuk mengeksplorasi dan
mendefinisikan masalah mereka sendiri bahkan batasan dalam suatu tugas. Mereka percaya bahwa penulis menemukan apa
yang mereka ingin lakukan dengan bertubi-tubi,penuh semangat menjelajahi
seluruh masalah sebelum mereka membangun cetra diri mereka yang unik dalam
masalah yang mereka pecahkan.
Didalam critic of cognitive model Patricia Dizzel
berpendapat bahwa meskipun pendidik dapat memiliki pemahan tentang “how” proses
penulisan terjadi,pendidik tidak boleh berasumsi bahwa pengetahuan ini dapat
menjawab pertanyaan “why” penulis membuat pilihan-pilihan tertentu dalam
situasi tertentu, karena menulis adalah komunitas wacana. Dia membahas bagaimana Flower dan Hayes bergantung pada apa yang disebut dengan proses. Menerjemahkan ide-ide dalam bahasa yang
terlihat proses ini terjadi ketika siswa memperlakukan tulisan bahasa . Inggris sebagai seperangkat wadah dimana kita
tuangkan yang berarti. Brizzel berpendapat
bahwa proses ini tetap kotak emptiest dalam model proses kognitif, karena ide
mengkontekstualisasikan konteks asli dari teks yang tertulis meniasakan maksud
asli dan makna. Dia berendapat bahwa
menulis tidak begitu banyak memberikan kontribusi untuk berpikir sebagai
memberikan kesempatan untuk berpikir..”.
Pada model sisal dari proses
penulisan tujuan suatu pembelajaran kolaboratif membantu siswa untuk mneukan
lebih banyak control dalam situasi belajar mereka. Bahkan grammar memiliki giliran social dalam
menulis. Ini mungkin untuk menghubungkan
suatu penghinaan bahwa beberapa kesalahan penggunaan yang membangkitkan, kita
harus lebih mengerti daripada melakukan hubungan antara bahasa, ketertiban dan
kekuatan-kekuatan psikis yang mendalam yang dirasakan pelanggar linguistic
tempaknya utnuk membangkitkan pada kebalikan orang ramah (Williams; 415). Jadi, salah satu tidak bisa mengatakan
sesuatu itu benar atau salah. Ada
perbedaan derajat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan social.
Oralitas sebagai proses social,
oralitas dikenalkan dikelas komposisi dalam beberapa cara sebagai mode
komunikasi yang nyaman. Siswa yang akrab
dengan berbicara, sehingga guru sering didorong untuk memberikan komentar
percakapan ketika menggapi siswa dan menulis mereka karena kurang lebih
akrab. Artikel Robert Zoellner yang
“Talk-Write Pedagogy” menguraikan satu-satu konferensi. Dia mengacu pada sebuah konferensi mahasiswa
dimana “ucapan kortikal” berguna untuk pengulangan dan kejelasan. Pendekatan Zoellner
adalah strategi untuk dialog vocal-juru tulis antara guru dan siswa pada
penjelasan dan perluasan menulis.
Zoellner mempertanyakan metafora-kata tulis berperan diatas kertas pada
komposisi bahasa Inggris, gagasan ini bahwa pikiran dengan tindakan tulisan
secara besamaan bekerja. Dia mengusulkan
bahwa
1) Teori
dan praktek dalam komposisi bahasa Inggris didominasi oleh metafora instruen
tersebut, Dan
2) Metafora
ini (diberitahukan lebih seperti fakta) yang telah ketinggalan zaman dan
terlalu sederhana.
Dia
betanya sevberapa efektif metafora ini yaitu untuk pengajaran dan praktek
menulis. Selanjutnya, Zoellner juga
menunjukan bagaimana oralitas secara empiris dapat diakses lahirlah pernyataan
(diamati dan manipulative), bukan internal terbatas dan berharga untuk penelitian
dalam ranga untuk pelanggaran proses internal penulis dengan meminta siswa
untuk direnungkan.
Jimmie Killingsworth
juga berbicara tentang pendekatan ini ketika ia menatakan “produk adalah
keaksaraan sebagai pross untuk oralitas.”
Dalam gagasan penulisan teks menjadi produk-driven yang pribadi,
pedagogies lisan tantangan proses tersebut, terutama ketika mengacu pada
pnonton. Banyak sarjana focus pada
hubungan penulis dan penonton, seperti Walter
Ong, Lisa Ede, Andrea Lunsford, Linda Flowers, and Doug Park. Margareth
Walters menyatakan bahwa siswaa tidak hanya menegosiasikan teks yang
dimaksudkan tetapi juga penonton dimaksudkan.
Sintesis antara penonton nyata, dengan focus pada pembaca, dan pemirsa
membayangkan atau menciptakan dengan focus kepada penulis, dia mengakui
pedagogi Zoellner sebaga sebuah “instrumental konsep komposisi hari ini”. Pedagogi ini menggambarkan sebagai pemecahan
masalah dialogis yang bertujuan resolusi “Theorist Makhail Bakhtin menyumbang
permasalahan speech genre masalah dialogis.
Jadi, pemahan yang benardan integral secara aktif responsive dan
pembicara sndiri berorientasi tepatnya kearah pemahaman aktif responsive
seperti ia tidak mengharapkan pemahaman pasif itu, untuk berbicara hanya
duplikat idenya sendiri dalam pikiran seseorang. Sebaiknya ia mengharapkan respun perjanjian,
simpati, keberatan, eksekusi, dan sebagainya.
Makna sastra, stabil dan polysemous tergantung pada dialog yaitu pada
negosiaasi makna antara teks dan menafsirkan pembaca dan buku literariness teks
dan persepsi oleh pembaca. Proses
menulis dengan demikian adalah kegiatan social yang bergantung pada negosiasi antara
penulis dan penonton.
Dalam mempertimbangkan baik pelua
dan penulis professional Deborah Tanen menegaskan bahwa sarjana dalam bidang
menulis menggunakan oralitas sepanjang karir keprofesionalitasan mereka. Banyak presenter, termasuk mahasiswa dan
professional pascasarjana, menggunakan forum ini sebgai proses. Mereka hadir dikonferensi baik memperkenalkan
ide-ode atau menerima komentar dan pertanyaan yang pembica kemudian mempertimbangkan
saat dia melanjutkan dengan produk/publikasi cetak. Pada akhirnya oralitas telah memainkan peran
integral dalam proses penulisan.
Expressive
Process Theory of Writing
Menurut teori ekspresive proses penulisan
berpusat pada transformasi penulis. Hal
ini melibatkan penulis berubah dalam arti bahwa suara dan identitas dibentuk
dan penuis memiliki cita rasa tersendiri.
Teori ini menjadi popular diawal 1960-an dan diakhir 1970-an. Menurut artikel Richard Fulkersoon
“empat filsaafat komposisi”focus expressivism adalah bagi penulis untuk
memilik…” menarik, credible, jujur, suara pribadi.” Selain itu cara ini mendukung proses
eksppresif melihat teori ini sebagai cara
bagi siswa untuk terpenuhi dan sehat bak secara emosional dan mental. Tanggapan
historis untuk proses yang bersangkutan terutama dengan cara dimana menulis
telah dibentuk dan diatur oleh kekuatan-kekuatan sejarah dan social. Kekuatan ini bersifat dinamis dan kontekstual
dan karena itu membuat literasi statis proses yang tidak mungkin.
Tokoh terkemuka telah melakukan
jenis penyelidikan teori media seperti Marshall Meluhan, Walter Ong, Gregory
Uliner, dan Cynthia selfe. Banyk karya
meluhan misalnya terdapat pada sekitar dampak bahasa tertulis pada budaya
lisan, derajat yang berbagai media dapat diakses dan interaktif dan cara-cara
dimana media elektronik menentukan pola komunikasi evaluasinya terhadap
tekhnologi sebagai pembentuk manusia dan jiwa menunjukan hubungan yang kuat
antara kekuatan-kekuatan sejarah dan praktek literasi.
Writing
Process for Students with Disabilities
Mengajarkan
proses penulian untuk siswa penyandang cacat dapatmenantang, namun penelitian
menunjukan bahwa ada sejumlah strategi yang dapat digunakan untuk membantu
siswa dalam K-12 pengaturan dan pendidikan postsecondary. Wery dan Neitfeld membahas pelaksanaan
strategi self regulated learning bagi siswa dengan ketidakmampuan belajar. Sementara banyak penelitian mereka berfokus
pada siswa K-12, mereka menekankan pentingnya protocol berpikir keras dan
mengarah ke penggunaan strategi komposisi multimodal, termasuk siswa merekam
diri mereka sendiri belajar dan menulis dengan topic bunga yang tinggi dan
menggunakan perangkat lunak untuk membuat gambar dan diagram sebagai bagian dari
proses penulisan.
Dalam
menggunakan intervensi tekhnolgi adalah saran yang sering dan banyak
peneliti. Hetzroni dan Shrieber
mengambil dari dekat bagaimana dasar pengolah kata perangkat lunak seperti
Microsoft word mmbuat perbedaan yan significant dalam kcepatan dan kenyamanan
siswa cacat belajar dalam SD dan SMP. Studi longitudinal oleh Owston dan Wideman
(1997) menunjukan tingkat yang lebih
besar dari ekspresi dan implementasi strategi menulis tidak terlihat dengan
frekuensi tugas pensil dan kertas.
Raskind dan Higgins (1998) melihat keuntungan
yang sama dikalangan pelajar sekolah mnegah yang menawarkan hubungan
kemahasiswa penyandang cacat kursus intensif menulis.
Pendukun
Marchisan
menggunakan computer sebagai bagian dari proses revisi untuk meminimalkan
tingkat kesalahan grammar. Montgomery
dan Marks (2006 menulis adalah aktifitas murid dengan ketidakmampuan belajar
melihat sebuah tulisan ditingkatkan dengan menggunakan pengolahan kata dan
software desain grafis untuk membantu siswa memahami proses penulisan dan
akhirnya menghasilkan komposisi yang lebih banyak. Aplikasi tekhnologi ini
termasuk tidak terbatas pada siswa yang mencatat pekerjaan mereka dikaset dan
memutar embal Kediri mereka untuk membantu menulis. Membuat cerita yang berkaitan dengan suasana
hati yang berebeda dan kontras secara elektronik dengan pekerjaan siswa lain
dengan mereka sendiri menjadi efektif.
Scat
dan Vitale (2003) menyoroti recursivity dari proses penulisan kedalam lima
tahap umum direferensikan-prapenulisan, penyusunan, merevisi, mengedit dan
penerbitan. Langkah-langkah yang
diletakkan diatas roda menulis, meniptakan organizer grafis yang bermanfaat
untuk menunjukan bagaimana langkah-langkah yang berebeda. Menariknya tahap prapenulisan memakan
setengah roda dengan sub kategori perencanaan, menetapkan tujuan dan
pengorganisasian masing-masing daerah memiliki sub kategori, dengan demikian
menekankan pentingnya prapenulisan dan visual, berusaha untuk mencegah salah
satu tantangan paling umum untuk belajar merencanakan pekerjaan mereka sebelum
meninggali ateri pelajaran. Pada bagian
belakang penerbitan digambarkan sebagai pekejaan dikelas yang dalam lingkungan
pasca sekolah menengah dapat dengan mudah hadir dalam wiki, blog atau format
dokumentasi kolaboratif lainya.
Autobiografi
autistic sebagai sharing dokumen yang menarik mungkin bagi siswa autis
khususnya, mampu mengkontekstualisasikan kisah seseorang dalam konteks
ketidakmampuan mereka dapat membuktikan ekspresi yang paling kuat dari proses
penulisan. Rose menggambarkan bahwa
menciptakan identitas naratif dalam arti konvesional. Dalam editing orang yang berpikir bahwa
editing benar-benartapi sebenarnya adalah yang paling penting dari berbagai
proses editing. The Lowest sering
disebut garis editing adalah tahap dalam proses (ejaan, grammar, atau mekanik)
dan menyempunakan gayanya, setelah revisi konten, tugas penulis adalah untuk
memuat perubahan yang akan meningkattkan komunikasi yang sebenarnya dengan
pembaca. Tergantung pada genre, penulis
dapat memilih untuk mematahi standar English konvensi ini dikembangkan dan
keputusan tentang isu-isu kontrovesial dapat. bervariasi tergantung pada
sumbernya.
Diperguruan
menulis sering menambil bentuk persuasi atau meyakinkan orang lain bahwa kita
memiliki kemenarikan dalam menulis, sudut pandang logika pada subjek yang
dipelajari. Persuasi adalah keterampilan
kita berlatih secara teraturdalam kehidupan kita. Ketika membujuk teman sekamar untuk
membersihkan, orang tua kita membiarkan kita meminjam mobil, teman kita untuk
memilih calon favorit kita. Diperguruan
tinggi, tugas kursus sering meminta kita untuk membuat kasus persuasive secara
terulis. Kita akan meyakinkan pembaca
dengan sudut pandang kita. Bentuk
persuasi sering disebut argument akademis, mengikuti pula prediksi secara
tertulis. Setelah pengenalan singkat
dari topic kita, kita menyatakan sudut pandang pada topic secara langsung dalam
satu kalimat. Kalimat ini adalah
pernyataan thesis dan berfungsi sebagai ringkasan dari argument kita.
Thesis Statement
Memberitahu pembaca bagaimana kita
akan menafsirkan pentingnya suatu materi pelajaran yang sedang dibahas adalah
suatu jalan untuk menulis dengan kata lain memberitahu pembaca apa yang
diharapkan. Thesis merupakan
interpretasi dari pertanyaan atau subjek, bukan subjek itu sendiri. Subjek atau topic dari sebuah essai mungkin
Perang Dunia II
atau Moby Dick, maka thesis harus menawarkan cara
untuk memahami perang. Membuat claim
bahwa orang lain mungkin membantah.
Biasanya suatu kalimat dalam paragraf pertama kita menyajikan argument
kepada pembaca. Sisa kertas, tuguh
essai, mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk logika pembaca dalam
penafsiran kita.
Apabila tugas kita meminta kita
untuk mengambil posisi atau menggambarkan calim suatu subjek kita mungkin perlu
untuk menyampaikan bahwa posisi atau claim dalam sebuah thesis statement awal
rancangan kita. Mungkin tugas secara
eksplisit tidak menyatakan bahwa kita memerk=lukan thesis statement karena
instruktur kita memerlukan thesis statement.
Ketika tugas kita untuk menganalisa, menginterpretasikan untuk
membandingkan dan kontras untuk menunjukan sebab dan akibat, atau untuk
mengambil sikap pada suatu masalah kemungkinan kita sedang engembangkan thesis
statement dan untuk mendukung persuasive.
Jadi, thesis adalah hasil dari proses
berpikir kita yang panjang, merumuskan thesis bukanlah hal yang pertama yang
akan kita lakukan setelah membaca tugas essai.
Sebelum kita mengembangkan tugas argument tentang topic apa saja, kita
harus mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara
fakta yang diketahui (seperti kontras yang mengejutkan atau persamaan) dan
berpikir pentingnya hubungan ini.
Setelah kita melakukan pemikiran ini, kita akan memiliki “working
thesis” ide dasar atau ide utama, argument yang dipikirkan dapat mendukung
bukti tapi itu mungkin perlu penyesuaian.
Penulis menggunakan segala macam tekhnik untuk merangsang pemikiran
mereka dan untuk membantu mereka memperjelas hubungan atau memahami makna yang
lebih luas dari topk dan thesis statement.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic