We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 17 Maret 2014

6th Class Review






Challenges to Summit of Victory


Kebahagiaan adalah ketika sifat-sifat baik yang ada dalam diri anda bisa mengalahkan dan lebih menonjol dari pada sifat buruk.  Dengan begitu anda akan mendapatkan suatu yang dinamakan dengan pujian.  Bahkan, yang tidak ada dalam diri anda pun akan dipuji atas nama anda.  Dan, masyarakat sekitar tidak akan pernah percaya bila benaranda mempunyai sifat yang buruk.  Air saja apabila sudah dua kulah, bisa disebut suci.  Juga gunung, akan disebut gunung dan akan tetapdisebut gunung meski bebatuanya tidak bertambah dan tidak pula berkurang.  Sejumlah penulis mengatakan “semua bentuk penderitaan dan kesulitan bagaimanapun dan lamanya tidak akan meletak mati pada orang yang ditimpanya, tidak akan kekal bersama orang-orang yang terkena musibah itu. Bahkan, semakin berat musibah itu bahkan berarti semakin dekat saatnya musibah itu hilang, semakin dekat saat-saat terang serta kehidupan yang cerah dan ceria.
Ilmu dan kemudahan itu ibarat dua sahabat dan dua saudara sekandung.  Sejumlah orang yang pandai menyelipkan tiga buah papan berharga diatas imajinasinya.  Pada papan pertama bertulis hari kita adalah sekarang, hari kita adalah sekarang yang artinya, hiduplah kita pada batas-batashari ini saja papan kedua bertuliskan pikirkan dan bersyukurlah dan yang ketiga pertimbangan kebijaksanaan adalah mengapa jalan keluar dikaitkan dengan kesulitan? Jawabanya adalah ketika tekanan dan kesulitan itu telah semakin besardan mencapai puncaknya dan seserang sudah mulai putus asa untuk bisa keluar dari tekanan itu dan kesulitan tesebut.  Begitu indahnya setelah kita dapat keluar dari tekanan dan kesulitan dalam hidup ini. (La Tahzan).  Tak terasa sudah banyak sekali kata-kata yang tertorehkan diatas putihnya kertas suci ini sudah banyak sekali, buku yang telah saya ceritakan membuat inspirasi dihidup saya karena dengan buku itu semangat dan tekad saya semakin kuat.  Namun, bukan itu yang akan saya bahasa dalam class review ini keenam ini namun pembahasan saya masih akan membahas tentang academy writing ini.  Mari kita tengok ada apa saja yang ada dalam pembahasan minggu keenam kemaren.  Setelah satu persatu sudah dibuka ternyata slide pertama membicarakan tentang quote of the day yang berisikan bahwa,
Katanya, tugas mereka yang tercerahkan   --kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal; peniru.
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui
.
            Pada teks diatas mengandung banyak pesan bahwasanya seseorang yang baru tahap meulis adalah meniru.  Namun, menirupun tidak cukup dan kita harus mampu menciptakan apa yang ada didiri kita.  Membahasa proses menulis adalah upaya peneliti yang harus memahami apa yang disebut proses menulis yang dimulai pada awal tahun 1970.  Sekarang konsep kunci dalam pengajaran menulis dalam penelitan studi komposisi, “proses” yang berperan dalam mengalihkan focus pada proses perhatian guru dari produk tertulis siswa kepada proses menulis.  Focus pada produk penulisan sebgai istilah yang digunakan dalam mengajar, pada tahun 1972, Donald M. Murray menerbitkan manifesto singkat yang berjudul “Ajaran Menulis sebagai prses bukan produk”.  Selama bertahun-tahun penulisan umumnya dioperasikan dalam beberapa tahap konfigurasi:
·         Prewriting
·         Drafting
·         Revising
·         Editing
·         Publishing
Post process adalah keakuratan dalam menggambarkan “tahap” sebagai langkah tetap dalam proses yang berlangsung.  Sebaliknya, murid-murid lebih akurat dikonseptualisasikan sebagai bagian dari keseluruhan yang begitu kompleks atau bagian dari proses rekursif yang diulang beberapa kali selama proses penulisan.  Dengan demikian penulis secaa rutin menemukan bahwa, isalnya perubahan editorial yang memicu brainstorming dan perubahan tujuan overview of cognitive model.
Flower and Hayes memperpanjang situasi mereka untuk menjadi serangkaian masalah retoris yaitu, ketika penulis harus mewakili situasi sebagai masalah yang harus dipecahkan, seperti seruan audience tertentu untuk pendekatan yang disderhanakan seperti menemukan tema dan menyelesaikan penulisan dua halaman dalam kelas.  Dalam “The Cognitive Discovery” Flower dan Hayes menemukan perbedaan antara penulis yang baik dan buruk mereka dating dengan membawa tiga hasil dari studi mereka, yang menunjukan bahwa penulis yang baik menyelimuti tiga karakteristik ketika memecahkan suatu permasalahan.
ü  Penulis yang baik menanggaspi seua masalah retoris
ü  Penulis yang baik membangun representasi masalah mereka dengan menciptakan jaringan yang sangat karya tujuannya untuk mempengaruhi pmbaca, dan
ü  Penulis yang baik merupakan masalah yang tidak hanya lebih luas, tapi secara mendalam.
Flower dan Hayes menunjukan bahwa instruktur perlu mempertimbangkan komposisi yang menunjukan “how” untuk mengeksplorasi dan mendefinisikan masalah mereka sendiri bahkan batasan dalam suatu tugas.  Mereka percaya bahwa penulis menemukan apa yang mereka ingin lakukan dengan bertubi-tubi,penuh semangat menjelajahi seluruh masalah sebelum mereka membangun cetra diri mereka yang unik dalam masalah yang mereka pecahkan.
            Didalam critic of cognitive model Patricia Dizzel berpendapat bahwa meskipun pendidik dapat memiliki pemahan tentang “how” proses penulisan terjadi,pendidik tidak boleh berasumsi bahwa pengetahuan ini dapat menjawab pertanyaan “why” penulis membuat pilihan-pilihan tertentu dalam situasi tertentu, karena menulis adalah komunitas wacana.  Dia membahas bagaimana Flower dan Hayes bergantung pada apa yang disebut dengan proses.  Menerjemahkan ide-ide dalam bahasa yang terlihat proses ini terjadi ketika siswa memperlakukan tulisan bahasa .  Inggris sebagai seperangkat wadah dimana kita tuangkan yang berarti.  Brizzel berpendapat bahwa proses ini tetap kotak emptiest dalam model proses kognitif, karena ide mengkontekstualisasikan konteks asli dari teks yang tertulis meniasakan maksud asli dan makna.  Dia berendapat bahwa menulis tidak begitu banyak memberikan kontribusi untuk berpikir sebagai memberikan kesempatan untuk berpikir..”.
            Pada model sisal dari proses penulisan tujuan suatu pembelajaran kolaboratif membantu siswa untuk mneukan lebih banyak control dalam situasi belajar mereka.  Bahkan grammar memiliki giliran social dalam menulis.  Ini mungkin untuk menghubungkan suatu penghinaan bahwa beberapa kesalahan penggunaan yang membangkitkan, kita harus lebih mengerti daripada melakukan hubungan antara bahasa, ketertiban dan kekuatan-kekuatan psikis yang mendalam yang dirasakan pelanggar linguistic tempaknya utnuk membangkitkan pada kebalikan orang ramah (Williams; 415).  Jadi, salah satu tidak bisa mengatakan sesuatu itu benar atau salah.  Ada perbedaan derajat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan social.
            Oralitas sebagai proses social, oralitas dikenalkan dikelas komposisi dalam beberapa cara sebagai mode komunikasi yang nyaman.  Siswa yang akrab dengan berbicara, sehingga guru sering didorong untuk memberikan komentar percakapan ketika menggapi siswa dan menulis mereka karena kurang lebih akrab.  Artikel Robert Zoellner yang “Talk-Write Pedagogy” menguraikan satu-satu konferensi.  Dia mengacu pada sebuah konferensi mahasiswa dimana “ucapan kortikal” berguna untuk pengulangan dan kejelasan.  Pendekatan Zoellner adalah strategi untuk dialog vocal-juru tulis antara guru dan siswa pada penjelasan dan perluasan menulis.  Zoellner mempertanyakan metafora-kata tulis berperan diatas kertas pada komposisi bahasa Inggris, gagasan ini bahwa pikiran dengan tindakan tulisan secara besamaan bekerja.  Dia mengusulkan bahwa
1)      Teori dan praktek dalam komposisi bahasa Inggris didominasi oleh metafora instruen tersebut, Dan
2)      Metafora ini (diberitahukan lebih seperti fakta) yang telah ketinggalan zaman dan terlalu sederhana.
Dia betanya sevberapa efektif metafora ini yaitu untuk pengajaran dan praktek menulis.  Selanjutnya, Zoellner juga menunjukan bagaimana oralitas secara empiris dapat diakses lahirlah pernyataan (diamati dan manipulative), bukan internal terbatas dan berharga untuk penelitian dalam ranga untuk pelanggaran proses internal penulis dengan meminta siswa untuk direnungkan.
            Jimmie Killingsworth juga berbicara tentang pendekatan ini ketika ia menatakan “produk adalah keaksaraan sebagai pross untuk oralitas.”  Dalam gagasan penulisan teks menjadi produk-driven yang pribadi, pedagogies lisan tantangan proses tersebut, terutama ketika mengacu pada pnonton.  Banyak sarjana focus pada hubungan penulis dan penonton, seperti Walter Ong, Lisa Ede, Andrea Lunsford, Linda Flowers, and Doug Park.  Margareth Walters menyatakan bahwa siswaa tidak hanya menegosiasikan teks yang dimaksudkan tetapi juga penonton dimaksudkan.  Sintesis antara penonton nyata, dengan focus pada pembaca, dan pemirsa membayangkan atau menciptakan dengan focus kepada penulis, dia mengakui pedagogi Zoellner sebaga sebuah “instrumental konsep komposisi hari ini”.  Pedagogi ini menggambarkan sebagai pemecahan masalah dialogis yang bertujuan resolusi “Theorist Makhail Bakhtin menyumbang permasalahan speech genre masalah dialogis.  Jadi, pemahan yang benardan integral secara aktif responsive dan pembicara sndiri berorientasi tepatnya kearah pemahaman aktif responsive seperti ia tidak mengharapkan pemahaman pasif itu, untuk berbicara hanya duplikat idenya sendiri dalam pikiran seseorang.  Sebaiknya ia mengharapkan respun perjanjian, simpati, keberatan, eksekusi, dan sebagainya.  Makna sastra, stabil dan polysemous tergantung pada dialog yaitu pada negosiaasi makna antara teks dan menafsirkan pembaca dan buku literariness teks dan persepsi oleh pembaca.  Proses menulis dengan demikian adalah kegiatan social yang bergantung pada negosiasi antara penulis dan penonton.
            Dalam mempertimbangkan baik pelua dan penulis professional Deborah Tanen menegaskan bahwa sarjana dalam bidang menulis menggunakan oralitas sepanjang karir keprofesionalitasan mereka.  Banyak presenter, termasuk mahasiswa dan professional pascasarjana, menggunakan forum ini sebgai proses.  Mereka hadir dikonferensi baik memperkenalkan ide-ode atau menerima komentar dan pertanyaan yang pembica kemudian mempertimbangkan saat dia melanjutkan dengan produk/publikasi cetak.  Pada akhirnya oralitas telah memainkan peran integral dalam proses penulisan.
Expressive Process Theory of Writing
            Menurut teori ekspresive proses penulisan berpusat pada transformasi penulis.  Hal ini melibatkan penulis berubah dalam arti bahwa suara dan identitas dibentuk dan penuis memiliki cita rasa tersendiri.  Teori ini menjadi popular diawal 1960-an dan diakhir 1970-an.  Menurut artikel Richard Fulkersoon “empat filsaafat komposisi”focus expressivism adalah bagi penulis untuk memilik…” menarik, credible, jujur, suara pribadi.”  Selain itu cara ini mendukung proses eksppresif melihat teori ini sebagai cara bagi siswa untuk terpenuhi dan sehat bak secara emosional dan mental. Tanggapan historis untuk proses yang bersangkutan terutama dengan cara dimana menulis telah dibentuk dan diatur oleh kekuatan-kekuatan sejarah dan social.  Kekuatan ini bersifat dinamis dan kontekstual dan karena itu membuat literasi statis proses yang tidak mungkin.
            Tokoh terkemuka telah melakukan jenis penyelidikan teori media seperti Marshall Meluhan, Walter Ong, Gregory Uliner, dan Cynthia selfe.  Banyk karya meluhan misalnya terdapat pada sekitar dampak bahasa tertulis pada budaya lisan, derajat yang berbagai media dapat diakses dan interaktif dan cara-cara dimana media elektronik menentukan pola komunikasi evaluasinya terhadap tekhnologi sebagai pembentuk manusia dan jiwa menunjukan hubungan yang kuat antara kekuatan-kekuatan sejarah dan praktek literasi.
Writing Process for Students with Disabilities
Mengajarkan proses penulian untuk siswa penyandang cacat dapatmenantang, namun penelitian menunjukan bahwa ada sejumlah strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam K-12 pengaturan dan pendidikan postsecondary.  Wery dan Neitfeld membahas pelaksanaan strategi self regulated learning bagi siswa dengan ketidakmampuan belajar.  Sementara banyak penelitian mereka berfokus pada siswa K-12, mereka menekankan pentingnya protocol berpikir keras dan mengarah ke penggunaan strategi komposisi multimodal, termasuk siswa merekam diri mereka sendiri belajar dan menulis dengan topic bunga yang tinggi dan menggunakan perangkat lunak untuk membuat gambar dan diagram sebagai bagian dari proses penulisan.
Dalam menggunakan intervensi tekhnolgi adalah saran yang sering dan banyak peneliti.  Hetzroni dan Shrieber mengambil dari dekat bagaimana dasar pengolah kata perangkat lunak seperti Microsoft word mmbuat perbedaan yan significant dalam kcepatan dan kenyamanan siswa cacat belajar dalam SD dan SMP.  Studi longitudinal oleh Owston dan Wideman (1997)  menunjukan tingkat yang lebih besar dari ekspresi dan implementasi strategi menulis tidak terlihat dengan frekuensi tugas pensil dan kertas.  Raskind dan Higgins (1998) melihat keuntungan yang sama dikalangan pelajar sekolah mnegah yang menawarkan hubungan kemahasiswa penyandang cacat kursus intensif menulis.
Pendukun Marchisan menggunakan computer sebagai bagian dari proses revisi untuk meminimalkan tingkat kesalahan grammar.  Montgomery dan Marks (2006 menulis adalah aktifitas murid dengan ketidakmampuan belajar melihat sebuah tulisan ditingkatkan dengan menggunakan pengolahan kata dan software desain grafis untuk membantu siswa memahami proses penulisan dan akhirnya menghasilkan komposisi yang lebih banyak. Aplikasi tekhnologi ini termasuk tidak terbatas pada siswa yang mencatat pekerjaan mereka dikaset dan memutar embal Kediri mereka untuk membantu menulis.  Membuat cerita yang berkaitan dengan suasana hati yang berebeda dan kontras secara elektronik dengan pekerjaan siswa lain dengan mereka sendiri menjadi efektif.
Scat dan Vitale (2003) menyoroti recursivity dari proses penulisan kedalam lima tahap umum direferensikan-prapenulisan, penyusunan, merevisi, mengedit dan penerbitan.  Langkah-langkah yang diletakkan diatas roda menulis, meniptakan organizer grafis yang bermanfaat untuk menunjukan bagaimana langkah-langkah yang berebeda.  Menariknya tahap prapenulisan memakan setengah roda dengan sub kategori perencanaan, menetapkan tujuan dan pengorganisasian masing-masing daerah memiliki sub kategori, dengan demikian menekankan pentingnya prapenulisan dan visual, berusaha untuk mencegah salah satu tantangan paling umum untuk belajar merencanakan pekerjaan mereka sebelum meninggali ateri pelajaran.  Pada bagian belakang penerbitan digambarkan sebagai pekejaan dikelas yang dalam lingkungan pasca sekolah menengah dapat dengan mudah hadir dalam wiki, blog atau format dokumentasi kolaboratif lainya.
Autobiografi autistic sebagai sharing dokumen yang menarik mungkin bagi siswa autis khususnya, mampu mengkontekstualisasikan kisah seseorang dalam konteks ketidakmampuan mereka dapat membuktikan ekspresi yang paling kuat dari proses penulisan.  Rose menggambarkan bahwa menciptakan identitas naratif dalam arti konvesional.  Dalam editing orang yang berpikir bahwa editing benar-benartapi sebenarnya adalah yang paling penting dari berbagai proses editing.  The Lowest sering disebut garis editing adalah tahap dalam proses (ejaan, grammar, atau mekanik) dan menyempunakan gayanya, setelah revisi konten, tugas penulis adalah untuk memuat perubahan yang akan meningkattkan komunikasi yang sebenarnya dengan pembaca.  Tergantung pada genre, penulis dapat memilih untuk mematahi standar English konvensi ini dikembangkan dan keputusan tentang isu-isu kontrovesial dapat. bervariasi tergantung pada sumbernya.
Diperguruan menulis sering menambil bentuk persuasi atau meyakinkan orang lain bahwa kita memiliki kemenarikan dalam menulis, sudut pandang logika pada subjek yang dipelajari.  Persuasi adalah keterampilan kita berlatih secara teraturdalam kehidupan kita.  Ketika membujuk teman sekamar untuk membersihkan, orang tua kita membiarkan kita meminjam mobil, teman kita untuk memilih calon favorit kita.  Diperguruan tinggi, tugas kursus sering meminta kita untuk membuat kasus persuasive secara terulis.  Kita akan meyakinkan pembaca dengan sudut pandang kita.  Bentuk persuasi sering disebut argument akademis, mengikuti pula prediksi secara tertulis.  Setelah pengenalan singkat dari topic kita, kita menyatakan sudut pandang pada topic secara langsung dalam satu kalimat.  Kalimat ini adalah pernyataan thesis dan berfungsi sebagai ringkasan dari argument kita.
Thesis Statement
            Memberitahu pembaca bagaimana kita akan menafsirkan pentingnya suatu materi pelajaran yang sedang dibahas adalah suatu jalan untuk menulis dengan kata lain memberitahu pembaca apa yang diharapkan.  Thesis merupakan interpretasi dari pertanyaan atau subjek, bukan subjek itu sendiri.  Subjek atau topic dari sebuah essai mungkin Perang Dunia II atau Moby Dick, maka thesis harus menawarkan cara untuk memahami perang.  Membuat claim bahwa orang lain mungkin membantah.  Biasanya suatu kalimat dalam paragraf pertama kita menyajikan argument kepada pembaca.  Sisa kertas, tuguh essai, mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk logika pembaca dalam penafsiran kita.
            Apabila tugas kita meminta kita untuk mengambil posisi atau menggambarkan calim suatu subjek kita mungkin perlu untuk menyampaikan bahwa posisi atau claim dalam sebuah thesis statement awal rancangan kita.  Mungkin tugas secara eksplisit tidak menyatakan bahwa kita memerk=lukan thesis statement karena instruktur kita memerlukan thesis statement.  Ketika tugas kita untuk menganalisa, menginterpretasikan untuk membandingkan dan kontras untuk menunjukan sebab dan akibat, atau untuk mengambil sikap pada suatu masalah kemungkinan kita sedang engembangkan thesis statement dan untuk mendukung persuasive.
            Jadi, thesis adalah hasil dari proses berpikir kita yang panjang, merumuskan thesis bukanlah hal yang pertama yang akan kita lakukan setelah membaca tugas essai.  Sebelum kita mengembangkan tugas argument tentang topic apa saja, kita harus mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang diketahui (seperti kontras yang mengejutkan atau persamaan) dan berpikir pentingnya hubungan ini.  Setelah kita melakukan pemikiran ini, kita akan memiliki “working thesis” ide dasar atau ide utama, argument yang dipikirkan dapat mendukung bukti tapi itu mungkin perlu penyesuaian.  Penulis menggunakan segala macam tekhnik untuk merangsang pemikiran mereka dan untuk membantu mereka memperjelas hubungan atau memahami makna yang lebih luas dari topk dan thesis statement.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic