We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Minggu, 09 Maret 2014

CRITICAL REVIEW 2


Buku dan Tulisan yang Berpengaruh
author : Ema Wilianti Dewi
We are told to remember the idea, not the man, because a man can fail. He can be caught, he can be killed and forgotten, but 400 years later, an idea can still change the world. I’ve witnessed firsthand the power of ideas, I’ve seen people kill in the name of them and die defending them, but you cannot kiss an idea, touch it, or hold it. Ideas do not bleed, they do not feel pain, and they do not love.
Evey Hammond, from “V for Vendetta” (2006)

            Dulu, setiap kali mengunjungi sebuah toko buku dan melihat buku-buku tebal yang tertata rapi di setiap rak-rak buku hanya satu yang terlintas di pikiran saya, untuk apa semua buku itu di buat? Untuk apa semua buku itu di terbitkan? Untuk apa buku itu di jual? Dan untuk apa buku-buku itu di beli dan dibaca? tetapi itu dulu, sebelum saya menyadari betapa pentingnya buku. Buku mungkin hanya tulisan-tulisan yang ditulis di lembaran kertas yang kemudian di tata rapi, dijilid, dan diberi cover yang semenarik mungkin. Tetapi bukan itu intinya, buku dalam arti sebenarnya merupakan tulisan yang dilahirkan dari ide seorang penulis yang didapatkan dengan susah payah, dengan cucuran keringat yang deras, dan bahkan dengan perjuangan yang lebih keras dari pada itu semua.    
            Saya membaca artikel yang ditulis oleh Howard Zinn yang berjudul Speaking Truth to Power with Book, di sana tertulis bahwa buku itu sangat berpotensi untuk merubah sesuatu. Perubahan ini di mulai dari perubahan yang terjadi pada diri pembaca itu sendiri. Howard Zinn (24 Agustus 1922 - 27 Januari 2010) adalah seorang sejarawan Amerika, penulis, dan aktivis sosial. Dia adalah seorang profesor ilmu politik di Boston University selama 24 tahun dan mengajar sejarah di Spelman College selama 7 tahun. Zinn menulis lebih dari 20 buku.
Berbicara tentang buku secara langsung akan berbicara juga tentang menulis. Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda. Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.
 Semua orang pun tahu bahwa menulis bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Menulis adalah penyampaian pesan dari komunikan yang tertuang dalam tulisan kepada reseptor. Kegiatan menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisanya serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis. Menulis merupakan bagian dari keterampilan bahasa yang membutuhkan sebuah proses. Keterampilan menulis bukanlah keterampilan yang diperoleh secara otomatis, keterampilan itu tidak dibawa sejak lahir tetapi diperoleh melalui tindak pembelajaran (Maryamah, 2005).
Para ilmuwan jiwa budaya juga telah menemukan bahwa masyarakat yang buta huruf tertinggal jauh di belakang dengan masyarakat yang melek huruf, terutama dalam hal yang menyangkut keterampilan kognitif. Telaah mereka mendukung kesimpulan yang menyatakan bahwa keterampilan baca-tulis mendorong perkembangan intelektual seseorang (Enre, 1998:7). Setiap penulis memiliki gaya mereka masing-masing dalam menyampaikan idenya. Gaya ini lebih dikenal dengan istilah ”voice”. Tak akan pernah ada penulis yang cara penyampaian ide dalam tulisannya dengan voice yang sama. Perbedaan voice ini tak akan pernah bisa ada yang menyalahkan, karena di dunia menulis tidak ada voice yang salah yang ada hanyalah voice yang berbeda.
Contoh nyata dalam penyampaian ide yang nantinya di tulis dan dipublikasikan adalah ide yang dituangkan oleh pribumi pada masa kolonial belanda. Pada masa ini pemuda pribumi yang ada di dalam negeri maupun yang sedang belajar di Belanda bersama-sama memikirkan ide mempersatukan bangsa ini dan untuk merebut kemerdekaan bangsa. Mereka mulai menulis gagasan-gagasan mereka tentang konsep persatuan bangsa. Semua gagasan-gagasan ini di tulis lalu dipublikasikan kepada hal layak ramai, sayangnya hal ini tidak selalu mendapat respon yang positif, terutama dari kalangan kolonial Belanda. Mereka sempat menganggap bahwa tulisan yang di tulis itu mengancam Belanda. Ketidaksukaan Belanda terhadap tulisan yang dianggapnya mengancam sampai-sampai menyeret founding fathers  negeri ini terjeblos ke penjara bekali-kali dan bahkan sempat diasingkan karena tulisannya.
Kelahiran sebuah negara bangsa ditandai dengan ciri entitas. Begitu pula dengan Indonesia. Sebagai bangsa, Indonesia telah lahir pada 1908. Sebagai negara, Indonesia dideklarasikan pada 1945. Seperti pada negara-negara di belahan dunia lain, sebagai bangsa dan negara, Indonesia juga memunyai sebuah cita-cita sederhana. Yaitu bagaimana ia dapat hidup bersama secara rukun dan damai di atas perbedaan yang ada dalam sebuah entitas politik yang diakui. Cita-cita itu kemudian dibentuk dalam sebuah kontrak sosial Pancasila yang terbingkai dalam Pembukaan UUD 1945.
Di dalam cita-cita sederhana itu diharapkan Indonesia dapat menjadi wadah bagi perbedaan mendasar bagi warganya. Seperti perbedaan suku, agama, ras maupun golongan dalam realitas kebangsaan yang hadir lebih awal ketimbang kenegaraan. Dalam jangka panjang, negara bangsa dalam bentuk Indonesia itu juga diharapkan mampu menjawab masalah-masalah penting yang menjadi kebutuhan rakyatnya. Seperti bagaimana membuat rakyatnya menjadi lebih sejahtera-atau dikenal negara sejahtera (welfare state).
Tidak hanya itu saja, kepada Indonesia itu pula harapan-harapan setiap rakyatnya disandarkan dan digantungkan untuk kemudian diserap, diartikulasikan, dan dimanefestasikan dalam pemenuhan maksimal melalui institusi yang dibentuknya, guna memberi kepuasan kepada setiap rakyatnya secara adil. Dalam wadah Indonesia itupun, setiap rakyatnya diberikan mencurahkan hati tentang problem-problem yang dihadapinya. Singkat kata, Indonesia sebagai sebuah institusi negara telah diletakkan memiliki lebih banyak kemampuan untuk memenuhi apapun yang menjadi keinginan rakyatnya. Karena itu, konsekuensi berdirinya negara bangsa dengan nama Republik Indonesia disadari oleh para "founding fathers" sebagai sebuah tantangan dan cobaan dalam perjalanannya.
Kebanyakan orang hanya mengetahui bahwa founding fathers bangsa ini adalah dynamic duo, Soekarno dan Mohammad Hatta. Padahal bukan hanya mereka berdua. Ada banyak orang lainnya. Yang dimaksudkan Pendiri Bangsa(founding fathers) adalah tokoh secara teknis berperan aktif, nyata dan terbukti menyusun struktur negara RI menjelang datangnya hari kemerdekaan. Mereka itu adalah para anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (lalu dibubarkan dan diganti dengan PPKI). Juga anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan ditambah tokoh yang hadir merumuskan naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda, pada tangggal 16 Agustus 1945. Mereka semua memerdekaan bangsa ini dengan berawal dari tulisan, betapa terbuktinya tulisan menjadi tonggak kuat bagi perubahan.
Sebagai bangsa dan negara, Republik Indonesia, memunyai cita-cita besar. Yakni menjadi wadah bagi kehidupan kolektif yang penuh harmoni dengan pembangunan sebagai paradigmanya dan mencerdaskan serta memakmurkan setiap individu-individu yang tergabung di dalamnya tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras maupun golongan. Saat ini, cita-cita itu tersebut baru sampai pada tahapan pembenahan kehidupan bersama. Cita-cita tersebut akan mengalami pemuaian akibat distorsi yang meresap kemana-mana. Cita-cita, atau apapun namanya dalam perkembangan selanjutnya telah mengalami penyempitan makna pada cita-cita sekelompok orang atau bahkan cita-cita individu melalui struktur-struktur kekuasaan.
Cita-cita kebangsaan yang telah dicanangkan melalui komitmen masa lalu oleh Mahapatih Gajah Mada lewat "sumpah Palapa" hingga "sumpah pemuda" sebagai representasi generasi biru dan dan dewasa saat itu, kini mengalami penyusutan secara gradual. Paradigma "menyatukan" seperti yang diucapkan pada Sumpah Pemuda 1928, kini bergeser pada keinginan untuk "bercerai-berai". Keinginan untuk "berjanji" atas satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, kini luntur. Secara perlahan dan pasti, kita mulai mengingkari semua kesepakatan yang telah dibuat dan dirancang oleh para penggiat kemerdekaan republik ini. Tinggalah, satu-satunya pengakuan yang masih tertinggal yakni pengakuan sebagai rakyat yang berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia.
Kenyataan miris itu telah mendorong kegelisahan individu menjadi kegelisahan sosial sebagai bagian dari anak bangsa. Keinginan untuk menyatukan kembali pengingkaran tersebut dewasa ini atas komitmen masa lalu bukanlah sebuah cita-cita yang mudah atau muluk untuk dilaksanakan. Diperlukan energi besar untuk melakukannya. Itu merupakan bentuk dari sebuah tanggungjawab moril atas keberlanjutan Indonesia sebagai negara bangsa yang memiliki entitas politik di dunia.
Setelah kemerdekaan sudah ditangan, masih ada lagi contoh tulisan yang katanya bisa “merubah”. Sebagai warga Negara yang baik, sudah menjadi hal yang sangat lumrah untuk mendengar istilah Undang-Undang Dasar, teori-teori sosial, politik, ekonomi,  dan berbagai macam ideologi yang hingga saat ini terus berkembang di seluruh dunia. Semua ini merupakan contoh lain dari tulisan dan ide yang dapat melakukan perubahan besar. Semua pemikiran tentang ideologi dan segala hal yang berkaitan dengan ketatanegaraan itu lahir dari gagasan-gagasan seorang manusia yang ditulis lalu di diskusikan dan pada akhirnya di pulbikasikan.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ketatanegaraan bukan menjadi hal yang mudah dirumuskan, pasti akan timbul banyak perdebatan mengingat di Indonesia saja para pembuat kebijakan itu hampir tak ternilai jumlahnya. Pasti ada cemoohan-cemoohan yang timbul saat perumusan ide dan gagasan, tetapi yang membuat ide-ide ini bertahan dan berpengaruh bagi seluruh warga negaranya adalah publikasi. Tak jauh berbeda dengan buku bukan?

"I went to sea from the most tender age and have continued in a sea life to this day. Whoever gives himself up to this art wants to know the secrets of Nature here below. It is more than forty years that I have been thus engaged. Wherever any one has sailed, there I have sailed."
Christopher Columbus

Dalam menyampaikan sebuah sejarah, para sejarawan pun merepresentasikan sejarah dengan gaya mereka masing-masing dan dengan sudut pandang yang berbeda pula. Maka tak heran bila ada sedikit bahkan banyak polemik yang terjadi di masyarakat yang menyinggung tentang sejarah. Howard Zinn, seorang professor yang telah menulis banyak buku bagus dan memiliki buku yang controversial “A People's History of the United States”. Buku ini bercerita tentang sejarah Amerika, tetapi yang menjadi masalah pada bab pertama buku ini kontroversi mulai bermunculan. Zinn menceritakan tentang Columbus dengan sudut pandang yang berbeda, ia menceritakan Columbus dari sisi yang belum banyak orang tahu. Zinn berani memunculkan ranjau darat yang telah ribuan tahun terkubur untuk diangkat ke permukaan dan ini adalah awal permasalahannya.
Orang-orang Amerika Serikat, bahkan orang-orang di seluruh dunia hanya tahu bahwa Columbus merupakan seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia, yang menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Perjalanan tersebut didanai oleh Ratu Isabella dari Kastilia Spanyol, setelah ratu tersebut berhasil menaklukkan Andalusia. Ia percaya bahwa Bumi berbentuk bulat, dan beranggapan bahwa sebuah kapal dapat sampai ke Timur Jauh melalui jalur barat.
Columbus bukanlah orang pertama yang tiba di Amerika, yang ia dapati sudah diduduki. Ia juga bukan orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu karena sekarang telah diakui secara meluas bahwa orang-orang Viking dari Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L'Anse aux Meadows untuk jangka waktu yang singkat. Terdapat perkiraan bahwa pelayar yang tidak dikenali pernah melawat ke Amerika sebelum Columbus dan membekalkannya dengan sumber untuk kejayaannya. Terdapat juga banyak teori mengenai ekspedisi ke Amerika oleh berbagai orang sepanjang masa itu.
Columbus mengira bahwa pulau tersebut masih perawan, belum berpenghuni sama sekali. Mereka berorientasi menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol. Tetapi setelah menerobos masuk, Columbus ternyata terkejut menemukan bangunan yang persis pernah ia lihat sebelumnya ketika mendarat di Afrika. Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tepatnya orang-orang Arawak. Mereka tidak berpakaian dan berkulit cokelat, muncul dari desa mereka menuju ke pantai dan berenang keluar untuk melihat lebih dekat pada benda aneh(kapal) yang bersandar di pulau mereka.
Ketika Columbus dan pelaut itu mendarat, membawa pedang dan berbicara bahasa yang mereka tak mengerti sama sekali, para Arawak berlari untuk menyambut mereka, membawakan mereka makanan, air, dan hadiah tetapi setelah para Arawak mengetahui niat buruk datangnya Columbus dan seluruh awak kapalnya di pulau itu, Columbus banyak mendapat resistensi dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Columbus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh kedatangan Columbus.
Howard Zinn dikecam oleh berbagai pihak di Amerika. Warga Amerika sangat geram sesaat setelah membaca buku milik Zinn yang mengatakan bahwa Columbus merupakan orang yang sangat kejam, ia dengan tega menjadikan suku Indian sebagai tahanan yang keji padahal sebelumnya Ia disambut dengan sangat baik oleh mereka. Semua orang hanya tahu bahwa  Columbus adalah seorang pahlawan, Columbus adalah penemu besar, dan Columbus pembaca Alkitab yang saleh . Untuk membaca tentang Columbus sebagai pembunuh, penyiksa, penculik, seorang mutilator orang pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas sampai-sampai bersedia untuk membunuh orang  itu amat sangat mengejutkan.
The Associated Press ( AP ) mengungkapkan pada bulan Juli 2013 mantan Gubernur Indiana Mitch Daniels meminta jaminan dari penasihat pendidikan bahwa karya-karya Zinn itu tidak diajarkan di sekolah umum di negara bagian. Dalam salah satu email , Daniels mengungkapkan penghinaan untuk Zinn saat kematiannya :  Akademika anti - Amerika yang mengerikan ini akhirnya meninggal ... David J. Bobb didukung oleh Daniels menuliskan sebuah opini di jurnal online Wall Street, di mana ia menegaskan Zinn bukan sejarawan nyata, tetapi seorang Marxis - propagandis. Namun, Zinn secara konsisten mengungkapkan ideologi politik pribadinya yang selaras dengan pemikiran anarkisnya, dan telah mengakui bahwa ia adalah "sesuatu" dari seorang Marxis adalah bahwa "orang memiliki begitu banyak pengertian yang berbeda tentang apa yang seorang Marxis pikirkan." Ironisnya, kontroversi menyebabkan meningkatnya ketertarikan dalam sejarah yang di tulis oleh Zinn.
Kecaman demi kecaman silih berganti diterima oleh sejarawan handal ini, Howard Zinn. Sebenarnya, tak ada yang salah dengan apa yang ditulis oleh Howard Zinn. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa setiap penulis memiliki “voice”.  Dari kacamata saya terlihat bahwa Zinn hanya ingin mengangkat sisi lain seorang Columbus. Semuanya menjadi gempar karena yang di bicarakan adalah seorang yang berpengaruh di dunia. Di Amerika ini terlihat sekali bahwa pengaruh buku terhadap respon pembacanya sangat besar sekali, bahkan responnya sangat cepat. Orang-orang seperti Oppa Zinn harus diberi apresiasi yang sangat tinggi, beliau berani menuangkan ide yang mungkin dianggap “gila” ke permukaan publik. Banyak penulis yang menerbitkan buku tentang Christopher Columbus, namun mereka tidak seberani dan tidak memiliki fakta-fakta yang lebih mendukung seperti yang dimiliki ohe Howard Zinn.

"I can't think of anyone who had such a powerful and benign influence. His historical work changed the way millions of people saw the past. The happy thing about Howard was that in the last years he could gain satisfaction that his contributions were so impressive and recognized."


Kegilaan-kegilaan dalam menulis menurut saya penting sekali dilakukan, apalagi penulisan biografi. Kita perlu melihat orang besar itu dari segala macam sisi, tidak hanya sisi positifnya saja, sisi negative dari seseorang ataupun sesuatu pun sebenarnya bermanfaat untuk di ketahui. Setelah bacaan itu tersedia, tugas kita sebagai pembaca adalah untuk pintar-pintar mengambil hal-hal yang kiranya dapat membuat hidup kita lebih baik dan kita berlatih untuk menjadi seorang qualified reader.
Tulisan-tulisan yang merubah sesuatu, katakanlah dunia bukan hanya tulisan ini. Banyak sekali tulisan yang sudah di rapihkan menjadi sebuah buku dan pada akhirnya membawa perubahan dan pengaruh besar terhadap pembacanya. Turun ke area yang lebih sederhana, yaitu buku yang di peruntukkan untuk anak-anak dan memiliki pengaruh besar yaitu “The Chronicles of Narnia” buku ini termasuk ke dalam 50 buku paling berpengaruh di dunia.
The Chronicles of Narnia adalah serangkaian dari tujuh novel fantasi level tinggi oleh CS Lewis. Novel ini dianggap sebagai sastra klasik untuk anak-anak. Seri fiksi Narnia menceritakan berbagai petualangan anak-anak dalam mengungkap dunia fantasi sihir, mitos binatang, dan hewan yang bisa berbicara. Novel ini terinspirasi dari berbagai sumber, seperti tema Kristen tradisional, karakter dan ide Yunani, Turki dan mitologi Romawi, serta dongeng tradisional Inggris dan Peri Irlandia. Novel ini telah terjual lebih dari 100 juta kopi dalam 47 bahasa. Diterbitkan di London antara Oktober 1950 dan Maret 1956, The Chronicles of Narnia telah diadaptasi ke dalam bentuk radio, televisi, panggung, dan film.
Masih banyak buku-buku yang membawa pengaruh kepada pembacanya. Buku-buku itu berawal dari ide-ide cemerlang para penulisnya. Penulis tak hanya berpikir untuk dapat segera menerbitkan buku yang ditulisnya dan akhirnya mereka akan mendapatkan royalty yang besar. Para penulis alangkah lebih bermanfaat bila menjadikan menulis itu sebuah jalan untuk membawa pengaruh dan perubahan positif bagi pembacanya. Howard Zinn berusaha keras untuk melakukan hal itu, walaupun jalannya masih banyak bertentangan dengan orang-orang yang membaca hasil tulisannya.
Pada akhirnya, tugas kita sebagai akademisi untuk menerapkan membaca dan menulis itu sebagai kegiatan yang dapat merubah dan mempengaruhi dunia. Di Negara lain mungkin membaca buku sudah dapat mempengaruhi pola pikir mereka, tetapi di Indonesia masih minim orang yang dapat tersadar hanya dengan membaca buku saja.


          

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic