Pertemuan kali ini bagaikan sebuah
asahan golok. Bagaimana tidak, hal ini
dikarenakan pada pertemuan ini mahasiswa mendapatkan kesempatan berbagi
pendapat dan saling menyempurnakan karya mereka satu sama lainnya melalui peer
review. Peer review ini dilakukan dengan
tujuan untuk mempertajam golok itu sendiri, yaitu teks kritikal review yang
akan dikumpulkan di minggu selanjutnya. Begitu
penting dan menantanya kritikal review yang akan ditulis dalam bahasa Inggris
inilah yang menjadi alasan mengapa seluruh mahasiswa harusnya menggunakan
kesempatan ini sebaik mungkin. Bahkan
dosen pun menyarankan untuk melakukan peer review di luar mata kuliah ini. Penggunaan bahasa Inggris dalam penulisan
teks rentan akan terjadinya penggunaan grammar yang salah. Jadi sangatlah wajar peer review sangat
diharapkan dapat membantu mahasiswa satu sama lainnya dalam mengatasi dan
menjauhkan diri dari kesalahan mendasar ini.
Banyak pandangan dari masyarakat bahwa
penulis hanya bertugas untuk menulis. Namun
apakah benar demikian? Apakah tugas dari penulis hanya menulis? Tentu saja tidak. Bahkan tugas utama dari
penulis buknlah menulis, akan tetapi membaca.
Itu dikarenakan menulis hanyalah proses menuangkan kata-kata baru yang
diperoleh dari bahan bacaan. A. A. Navis menyebut seluruh alam ini pada hakikatnya
adalah bacaan terbaik. Dari apa yang terlihat, terpahami dari alam itulah
timbul pandangan dan tindakan lainnya.
A. A. Navis menyebut “alam takambang jadi guru” yang berarti apa pun
yang ada di sekeliling kita adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi kita. Segala
sesuatu yang berwujud di sekitar kita itulah kata pujangga Sumatera Barat merupakan
sumber informasi dan dasar berpikir untuk melakukan sesuatu, termasuk menulis.
Hugo
Hartig, seperti dikutip Tarigan (1986) bahwa menulis itu memiliki beberapa
tujuan seperti:
1) Untuk
memberikan informasi;
2) Untuk
meyakinkan atau mendesak;
3) Untuk
menghibur atau dan
4) Untuk
mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat.
Poin nomor satu adalah yang terpenting, itulah mengapa
ditempatkan pada nomor satu bukan kedua atau ketiga. Tugas utama seorang penulis adalah membuka
kemungkinan-kemungkinan untuk pemahaman baru.
Keadaan dimana seoraang penulis mencoba menggoreskan sebuah tulisan guna
menyampaikan sebuah informasi bukanlah sesuatu yang mudah. Terdapat tiga fase dalam proses
tersebut. Pertama, penulis akan meniru
dan kedua akan dilanjutkan dengan menemukan.
Maksud dari kata menemukan disini adalah penulis dapat menemukan
kata-kata baru dalam tulisannya untuk megambarkan tiruannya tersebut. Kemudian fase yang paling atas adalah ketikaa
seorang penulis berhasil menciptakan. So, Writing is a
matter of creating affordances and exploring the meaning potentials.
Lalu apa yang dimaksud dengan “Affordances”? Sebenarnya istilah affordances lebih berkaitan dengan hubungan
interaksi antara computer dengan manusia.
Gibson (1979) dalam
penelitian Hartson (2003) memperkenalkan dua istilah, afford dan affordance. Gibson mendefinisikan affordance dalam dalam bentuk sifat fisiknya.
Pendefinisian ini dianggap Norman sebagai arti affordance yang semestinya. Pengertian affordance yang dimaksud adalah sebuah hubungan
fisik antara pengguna (aktor) dengan peralatan di dunia nyata dimana pengunaan
peralatan tersebut tercermin dari kesesuaian bentuk peralatan tersebut.
Kesesuaian bentuk ini kemudian diartikan juga sebagai karakteristik peralatan.
Norman (1990), memabahas lebih dalam tentang
pengertian affordance. Pada saat itu norman meperhatikan adanya pemahaman yang
tidak tepat mengenai affordance. Menurutnya terdapat dua jenis affordances,
real dan
perceived. Hellmo dan Nurrgren
(2007) menjelaskan pendapat Gaver (1991) tentang affordance. Gaver setuju dengan pengertian affordance yang disampaikan oleh Gibson dan Norman. Gaver
mengklasifikasikan affordance kebeberapa bagian, yaitu Affordance Tersembunyi
dan Affordance Palsu. Peneliti lain yang membahas tentang istilah affordance ini adalah Hartson (2003). Ia mengklasifikasikan Affordance menjadi
empat bagian. Cognitive Affordances,
Physical Affordances, Sensory Affordances, Functional
Affordances. Pada dasarnya apa yang
dimaksudkan dari kata affordance disini adalah menciptakan sebuah hubungan atau
relasi antara para pemabaca dan penulis.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
seorang penulis membutuhkan sebuah jembatan guna membangun hubungan pembaca dan
penulis tersebut. Pada keadaan sepeti inilah
peran dari sebuah thesis statement sangat terasa pentingnya. Ini dikarenakan thesis statement adalah
jembatannya, dengan thesis statementlah pembaca dapat membangun sebuah relasi
dengan penulis dengan memprediksi arah dan jalan dari isi bahan bacaan. Chyntia A.Boardman (2008) menyebutkan bahwa
thesis statement adalah kalimat yang merangkul seluruh isi bacaan, maka seluruh
kalimat pendukung haruslah menopang thesis statement tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic