We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 20 Maret 2014

Class Review 6



Dehidrasi

            Kekebalan tubuh semakin berkurang. Dehidrasi mulai menyapa. Nafaspun berhembus tak karuan. Parjalanan masih panjang. Tanjakan dan turunanpun menjadi hal yang biasa dalam perjalanan ini. Apapun yang terjadi harus saya hadapi. Tetap semangat dan berusaha untuk mencapai tujuan.
            Pada edisi review yang ke enam ini, lebih menekankan pada aspek level of revelance. Semakin tinggi tingkat revelansi, semakin bagus dan semakin jauh pula pemahaman yang kita dapatkan. Pada pembahasan kali ini lebih mengaitkan tentang sejarah, critical linguistic, dan ideologi. Seperti yang telah dibahas pada review sebelumnya, bahwasannya sejarah hanya dapat diciptakan oleh orang-orang literat. Jika kita kembali pada pengertian sejarah itu sendiri, yaitu segala sesuatu (ilmu pengetahuan) yang merekam kejadian yang sudah berlalu (lampau). Alat untuk merekan kejadian tersebut adalah sistem keaksaraan (literasi). Seperti yang dikatakan oleh Barton (2007: 34-35) pada konsep pandangan sosial keaksaraan (literasi) salah satu poinnya yaitu “sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan, darimana kita belajar dan yang memberikan kontribusi saat ini”. Dengan kata lain, sejarah yang kita ketahui saat ini disalurkan oleh alat perekam, yaitu literasi.
            Berbicara tentang literasi, dari awal pertemuan Mr. Lala menjelaskan teori literasi. Diman kita tidak hanya dituntut pandai baca-tulis, melainkan kita juga harus bisa menjadi seorang pembaca dan penulis yang kritik (Quantified Reader dan Critical Writer). Setelah mengetahui dan memahami teori tersebut, tentunya sekarang Practice Literacy. Dengan praktek tersebut, kita akan lebih memahami arti literasi sebenarnya.
The Love of Knowledge

The Literate

The Enlighe
 
            Artinya, dari pencerahan tentang arti literasi tersebut, kita dituntut untuk menjadi seorang literat yang super dan pada akhirnya kita akan mencintai pengetahuan tersebut.
            Quote of the day “Katanya, tugas mereka yang tercerah adalah meneroka ceruk-ceruk ‘baru’ tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan, dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari ‘suara-suara penuh kuasa’ dibidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerah…literat, mereka baru pada fase awal; Peniru. Meniru adalah bagian terpenting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda-tanda yang tersesat, yang dibaca teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendestriminasi pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami lalu digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu dengan pongahnya kita mengatakan ‘itu salah itu tak benar’, tanpa sadar yang ‘tak bergetar’ pada mereka yang berada pada titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari ‘Rejim kebenaran tak terbantahkan’. Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami, lalu dimaknai, lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit kita ketahui”.

EMULATE

DISCOVER

CREATE
 
            Affordance yaitu menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan kata lain, orang literat harus mampu menghasilkan sesuatu yang baru dan mampu membangun makna pada sesuatu yang diciptakan tersebut.
 

LITERACY= ADFORANCE+MEANING POTENTIAL

            Literasi berujung memaknai. Apa yang ditulis dan makna apa yang terkandung dalam tulisan tersebut.
            Beralih pada bahasan Critical linguistic dan mengaitkan pada ideology. Fowler (1996: 10), “like this historian critical linguist aims to understand the values which underpin social, economic, and political formations, and diachronically change in values and change informations”.  Seorang sejarawan dituntut untuk dapat memahami nilai-nilai sosial, ekonomi, dan juga politik.
            Fowler (1996:12) menyebutkan bahwa “ideology adalah media dan alat proses sejarah”. Ideology tersebut ada dimana-mana, disetiap teks tunggal (lisan, tulis, audio visual atau kombinasi dari semua itu). Ideology sama halnya dengan makna yang terkandung dalam sebuah teks, ataupun kumpulan teks “produksi teks tidak pernah netral” (Fairclough 1989; 1992; 1995; 200; Lehtonen 2001; 2012). Oleh karena itu, membaca dan menulis selalu termotivasi secara ideologis.
            Menulis di PT sering mengambil bentuk persuasi meyakinkan orang lain bahwa kita memiliki sesuatu yang menarik, sudut pandang logika pada subyek yang kita pelajari. Persuasi adalah keterampilan secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Seorang penulis diminta untuk meyakinkan pembaca pada sudut pandang yang kita miliki. Bentuk persuasi seperti argumen akademis, mengikuti pola diprediksi secara tertulis. Setelah pengenalan singkat topic yang kita buat, kita menyatakan sudut pandang kita pada topic secara langsung dan sering dalam satu kalimat. Kalimat ini adalah pernyataan tesis (tesis statement) dan pula berfungsi sebagai ringkasan dari argument yang kita tulis. Tesis esai adalah ide utamanya. Pernyataan tesis dari esai adalah pernyataan satu atau dua kalimat yang mengungkapkan gagasan utama. Pernyataan tesis mengidentifikasikan topic penulis dan pendapat penulis dari topic tersebut. Terdapat dua fungsi pernyataan tesis (tesis statement), yaitu:
·       Penulis menciptakan tesis untuk fokus subyek esai
·       Kehadiran tesis yang baik membantu pemahaman pembaca.

Untuk labih jelas, berikut adalah beberapa arti dari tesis statement, antara lain:
·       Memberitahu pembaca bagaimana penulis akan menafsirkan pentingnya materi pelajaran yang sedang dibahas,
·       Adalah peta jalan kertas, dengan kata lain, ia memberitahu pembaca apa yang diharapkan dari sisa kertas (bahasan),
·       Langsung menjawab pertanyaan yang diminta oleh pembaca. Tesis merupakan interpretasi dari pernyataan atau subjek, bukan subjek itu sendiri, subjek atau topic dari sebuah esai.
·       Membuat klaim  bahwa orang lain mungkin dapat membantah,
·       Biasanya satu kalimat di suatu tempat pada paragraph pertama yang menyajikan argument penulis pada pembaca.

            Selain pemahaman arti dari tesis statement, yang harus kita ingat bahwa tesis statement adalah proses berfikir yang panjang. Sebelum penulis mengembangkan argument tentang salah satu topic yang akan dibahas, penulis harus mengumpulkan dan mengatur bukti, mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang diketahui (seperti kontras mengejutkan atau kesamaan) dan berfikir tentang pentingnya hubungan ini.

            Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya, teori literasi berhubungan erat dengan sejarah, critical linguistic dan pula ideology. Dimana orang literat yang mempunyai pemahaman critical linguistic dan ideology yang baik akan menghasilkan suatu sejarah. Dengan demikian pula, pada saat ini sejarah telah memberikan kontribusi besar kepada kita, sehingga dari sejarah pula kita bisa belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic