We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 10 Maret 2014

Class Review 5

Keterkaitan Sejarah dalam Literasi
Bersama kesulitan pasti ada kemudahan.  Seseorang yang ingin sukses, itu tidak langsung mendapatkan kesuksesan itu.   Pasti terdapat kesulitan yang pernah mereka alami.  Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang menguinya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah.  Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, petolongan akan datang secepat kelebatan cahaya dan kedipan mata.  Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.  Saat anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa dibalik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.  Ketika anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa tali itu akan segera putus.  Setiap tangisan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.  Kesulitan yang terus-menerus menghampirku, kegelisahan hati yang selalu memikirkan hal yang tidak pasti.  Itulah yang harus kita hadapi, namun jangan sampai menghindarinya.  Semakin kita menghindari tantangan, maka semakin kuat ia menghampiri kita. (Dr. ‘Aidh al Qarni dibuku La-Tahzan).
Dr. ‘Aidh al-Qarni mengatakan, saat paling berbahaya bagi akal adalah menakala pemiliknya menganggur dan tidak berbuat apa-apa.  Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dank e kiri.  Bila pada suatu hari anda mendapatkan diri anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas.  Sebab, dalam keadaan kosong itulah pikiran anda akan menerawang kemana-mana, mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu anda alami.  Dan itu, membuat akal pikran anda tak terkendali dan mudah lepas control.  Bunuhlah setiap waktu kosong dengan ‘pisau’ kesibukan!  Dengan cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa anda telah mencapai 50% dari kebahagiaan.  Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan!  Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas.  Mereka tidak seperti anda yang tidur di atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah menyeka air mata kesediahan.

Dari membaca buku La-Tahzan lah saya mendapat pencerahan tentang dibalik kesusahan terdapat kemudahan dan betapa pentingnya waktu.  Dan mulailah saya menulis class review yang ke-5 dengan rasa semangat, bergairah, dan optimisme.  Di pagi yang sangat cerah, udara yang sangat sejuk, dan juga burung yang bernyanyi didepan teras.  Itu semua memberikan inspirasi yang sangat kuat bagi saya.  Pada pembahasan kali ini saya akan menjelaskan tentang sejarah Howard Zinn yang menungkap kebenaran tentang Chistoper Columbus.  Dan dibalik sejarah, terdapat teks, conteks dalam wacana dan semua itu akan menghasilkan sebuah literasi.  Semua itu akan saya bahas pada pembahasan kali ini.
Sejarah Howard Zinn yang berhungan dengan Columbus
Zinn, sang sejarhwan radikal Amerika, mangkat karena serangan jantung yang menyerang sewaktu berenang.  Ia meninggalkan seorang istri dan nama besar dari buku (agendari yang ia tulis; A people’s History of the United States).  Buku tersebut yang kini terjuanl habis hampir mencapai 2jt kopi dan cetak ulang 5 kali.  Ia menempatkan sang penulis, saat itu seorang professor sejarah di Baston University, dijajaran elit tradisi kritis kaum liberal-progresif Amerika.
Yang menarik dari buku Zinn tentu saja adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak : mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan sejarah.  Sasaran tembaknya tidak tanggung-tanggung yaitu Chistoper Columbus dan para sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para kolonis.
Bias Sejarahwan
            Ada yang salah satu ketika para sejarahwan menganggap profesi mereka sama dengan para kartografer, ujar Zinn.  Pembuat peta dengan sengaja menyerderhanakan realitas, menunjukkan bagian yang perlu, dan membuang sesuatu yang terlihat penting.  Itu yang membuat dip eta Indonesia, kepulakan kita jadi datar dan tak perlu ada gambar benua Amerika disana.  Namun, menulis sejarah adalah hal yang sungguh berbeda.
            Inilah kritik pedas Zinn pada Elliot Marrison sang sejarahwan Harvared yang menulis buku seminar Chistoper Columbus, Marier.  Benar, Marison tak sedikitpun berbohong soul kekejaman colombus.  Ia bahkan menyebut sang pelaut telah melakukan genosida pada Inadian Arawaks.  Namun, tulis Zinn, fakta yang tertera disatu halaman ini kemuadian ia kabur dalam ratusan halaman lain yang mengagungkan kebesaran sang pelaut.  Keputusan untuk lebih menceritakan sebuah heroism dan abad pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi pada suku Indian Arawarks bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni pilihan ideologis.  Sebuah pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn.
            Seandainya Marison adalah seorang politisi dan dan bukan sarjana, pilihan ideologis ini tidak akan menjadi begitu serius. Namun, justru karena fakta ini diceritakan oleh seorang intelektual, maka implikasinya menjadi begitu mematikan.  Kita seakan diajarkan sebuah imperative moral bahwa pengorbanan, meski begitu tidak manusiawi, itu perlu untuk sebuah kemajuan.  Marison seakan mengatakan dengan tenang bahwa benar telah terjadi pemberantasan pada suku Arawarks namun fakta kecil itu tak sebanding dengan jasa kepahlawanan Columbus bagi kita.  Sense ini yang kemudian direproduksi dikelas pengajaran sejarah, dan buku pegangan para siswa. 
            Berangkat dari kesetujuannya tersebut kemudian Zinn menulis versi sejarah yang berbeda: sejarah dari sudut pandang orang-orang kalah, alias sang pecundang.  Jadilah ia berbicara tentang penemuan benua Amerika dari kacamata suku Indian Arawaks, tentang civil war sebagaimana dialami oleh kaum Irlandia di New York, tentang perang Dunia pertama dilihat dari pihak kaum sosialisasi, dan tentang penakhlukan Filipina menuru tentara kulit hitam di Luzon. 
Korban dan eksekutor: tanggung jawab seorang intelektual
            Ada yang menarik ketika kita sebenarnya juga bisa melempar kritik yang serupa pada Zinn.  Bahwa ia juga sedang mengambil sebuah pilihan ideology dalam menulis sejarah,  bukan ia menekankan fakta-fakta yang ia suka dan melewatkan yang lain.   Lalu apa bedanya ia dengan Morison? Zinn sebenarnya tidak lebih dari seorang petinju deri sudut ring yang berbeda.  Jika Morison menulis dari kacamata sang pemenang, Zinn lan corong sang pecundang.
Zinn menyatakan:
If history is to be creative to anticipate a possible feature without denying the past, it should, I believe.  Emphasize new possiblitities by disclosing those hidden episodes of the past when even if in brief flashes, people showed their abiity to resist, to join together, occasionally to win.  I am supposing or perhaps only hoping, that our future maybe found in the past’s fugitive moments of compassion rathe than in its solid centuries of warfore.  That being as blunt as I can, is my approach to the history of the United States.  The reader may as well know that before going on. 
Sejarah columbus mengungkapkan fakta menariknya:
            Chistoper Columbus adalah seorang penjajah yang berlayar untuk menemukan India pada tahun 1492.  Harapan dan tujuan tidak berhasil saat ia melintasi samudera Atlantik dan menemukan dunia baru:
1.      Colubus tidak pernah tiba didaratan Amerika Utara.  Perjalannya membawa dia ke Amerika Tengah dan Selatan, Puerto Rico, kepulauan virgin bahama dan kepulauan karibia lainnya.
2.      Hari Columbus pertama kalinya dirayakan pada tahun 1792 di New York 1792, adalah tanda 300 tahun kedatangan Columbus.  Hari Columbus menjadi hari libur nasional pada tahun 1937. 
3.      Columbus bukan orang pertama yang menemukan dunia baru.  Orang-orang skandinavia (Viking) menjelajahi benua Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L’Anse aut Meadow.
4.      Columbus bertanggung jawab langsung atas pembunuhan ribuan penduduk asli Amerika.  Dia mngeksploitasi mereka, memanfaatkan sumber daya dan memperbudak mereka.  Hugo Chaves menghancurkan patungnya di Caracas karena dia melihat Columbus sebagai imperialis yang banyak melakukan pembantaian.
5.      Columbus di pandang sebagai pola dasar antara yang baik dan yang jahat di Spanyol dan Amerika Utara.  Dia juga menjadi symbol budaya.
6.      Columbus adalah seorang Italia berspekulasi telah lahir di Genoa.  Ada klaim bahwa ia sebenarnya lahir di Corsica juga. 
7.      Motivasi Columbus untuk eksplorasi adalah menjadi utusan untuk non Kristen.
8.      Dunia ini tidak dianggap datar oleh Columbus dan penjajahnya.  Hal ini disebut mitos bumi datar.
9.      Chistoper Columbus adalah nama Anglophon yang diberikan kepada eksplorer.  Dia memiliki nama Spanyol dan Italia juga.  Yang paling terkenal, dia dipanggil Chistoper Kolumbus.
10.  Permohonan pertimabangan dilakukan ke Portugal oleh Chistoper Columbus untuk membantu dia mengeksplorasi dan mendanai perjalannya.  Raja memberika proposal pada ahlinya, yang kemudian menolak hal itu.
Berlanjut sejarah Howard Zinn
            Howard Zinn mengatakan, ia menolak konsekuensi empatik definisi nasional Andersonian!  Bangsa bukan dan memang tak sekalipun pernah jadi sebuah komunitas, tungkasnya tajam.
Howard Zinn mengatakan:
“sejarah setiap negeri yang selalu Clitulis sebagai sebuah sejarah keluarga menyembunyikan konflik kepentingan yang kronis antara penakhluk dan pecundang, tuan dan budak, kapitalis dan buruh, serta dominator dan yang terdominasi.  Dan dalam dunia yang penuh konflik tersebut, dunia para korban dan ekskutor, adalah tugas mereka yang berfikir, sebagaimana Albert Camus sarankan: untuk tidak berpihak disis kaum eksekutor!”
Sejarah Benua Amerika
            Sejarah menyebutkan bahwa benua Amerika pertama kali ditemukan oleh Chistoper Columbus.  Hal yang telah menjadi pengetahuan umum seua anak manusia di bumi ini.  Namun, berbagai literature dan bukti-bukti fisik berupa, prasasti, manuskrip, dan kabar berita lainnya menyebutkan lain, bukan Columbus lah penemu benua Amerika, kenapa?  Karena 70 tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di Amerika daratan yang disangkanya India, laksmana musim dan China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika.  Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampong-kampung di Amerika dan bersimilasi secara damai dengan penduduk local disana.  Penemu Amerika bukanlah Columbus.  Penemu Amerika adalah umat islam.  Mereka menikah dengan penduduk local, orang-orang India, sehingga menjadi bagian dan local-genius Amerika.
            Ada sejumlah literature yang berangkat dari fakta-fakta empiric bahwa umat islam sudah hidup di Amerika beberapa abad sebelum Columbus datang.  Salah satunya yang paling popular adalah Essay Dr. Youssef Mroueh, dari preparatory commitee for international festival to celebrate the Milleenium of the muslims arrival to the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
Sejarah benua Amerika Versi Muslim
            Dalam essaynya, Dr. Mroueh menulis. “ sejumlah fakta menunjukkan bahwa muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekarang- kurangnya 5 abad sebelum Columbus.  Pada pertengahan abad ke 10, pada waktu pemetintahan Umayyah, yaitu Abdurrahman 111 (929-961 M).  Kaum muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus “samudera yang gelap dan berkabut”.  Setlah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dan negeri yang “tak dikenal dan aneh”.  Ada kaum muslimin yang tinggal bermukim di Negeri baru itu, dan mereka inilah kaum Imigran muslim gelombang pertama di Amerika”.  Granada, benteng pertahanan umat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492.  Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Khatolik yang terkenal dlama sejarah sebagai Spanish Inquistion.  Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan karena penganiayaan dari pihak gereja Khatolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut.  Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590).
Ada banyak literature yang membuktikan adanya kehadiran muslimin gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus bukti-bukti itu antara lain:
·         Abu- Hasan Ali Ibn Al-Hussain Al-Masudi merupakan seorang pakar geografi yang hidup dari tahun 871-957 M.  Dalam karyanya yang berjudul “Muruj Adh-dhahab wa maad aljawhar: (Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyebrang samudera yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh Majhul) dan kembali dengan harta yang menakjubkan. 
·         Loe Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and The Discovery of America” (1920) menulis bahwa Columbus telah menetahui kehadiran orang-orang islam yang tersebar secara kambia.
·         Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mempu melayari menyebrang Samudera Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi dari buku Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-zaman.
·         Para Antropologis telah menmukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Missipi dan Arizona.  Dan prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu mambawa juga gajah dari Afrika.  (Winter, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p. 60).
·         Columbus menulis bahwa pada hari senin, 21 oktober 1492, sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid diatas puncak bukit yang indah.  beberapa reruntuhan masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al-Qur’an telah didapatkan diberbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada (Thacher, John Boyn: Chistoper Columbus, Nem York 1950).
·         Dr. Barry Fell dari University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di benua baru dari Afrika Utara dan Barat.  Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keynole-Cayon, Washoe, dan Hickison Summit Pass (Nevada) Mese Verde (Colorado), Mimbers Valley (New Mexico) Tipper Canoe (Indian) dalam tahun-tahun 700-800 (Fell, Barry: Saga America, New York, 1980 dan GYR, DONALD: Exploring Rock art, Santa Barbara, 1989).
Inilah hasil tulisan saya saat di kelas:
Howard Zinn in this article explained about Columbus.  In the past, Howard Zinn has not a book in the house.  Then, he found a book in the street.  The parents don’t have a book in the house.  When, parents know Howard Zinn likes with a book.  Then, the parents in New York bought Discken.  Then, Howard Zinn read Discken.  Howard Zinn likes read and he is write such as, about war, about undang-undang dasar, law in Indonesia better than in America.  At one point, Howard Zinn received a letter from teacher in California.  That’s a case where just to learn the fact about the fact about Colombus may lead to a revolution in one’s thinking.  All peoples America though that Columbus is a hero in America.  But, Columbus do not warning that do not did. Colombus died with cruel such as killed.  Columbus is not the first someone come in America.  According to a literate, population of muslims, the first found America.  
Sekarang kita lanjut pada pembahasan yaitu artifact teks.  Kenapa saya membahas artifact teks?  Karena artifact teks berkaitan dengan teknologi dan teknologi itu berasal dari sejarah.  Dan dalam teks terdapat konteks, dan konteks tersebut lah yang nantinya akan menghasilkan sebuah wacana.


Artifact Text
Mikko Lehtonen
Teks dibagi menjadi 2
1.      physical
2.      Semiotic material
       Teks bisa menjadi semiotic, ketika hanya mempunyai beberapa bentuk fisik.  Sebenarnya bahwa fisik dan kualitas semiotic diwawancarai untuk teks untuk melakukannya.  Teks yang pasti makhluk fisik, tetapi mereka ada dalam bentuk agar seperti mekhluk semiotic.  Sebaliknya teks dapat menjadi makhluk semiotic ketika mereka hanya memiliki beberapa bentuk fisik.
       Berkaitan dengan sisi fisik mereka, kita dapat berpikir bahwa tekas adalah artefacts.  Komunikatif, dalam kata lain, instrument-manusia yang dihasilkan komunikasi.  Sebagai artifact, teks telah dihasilkan melalui bantuan dari berbagai teknologi.  Bentuk materi teks mencerminkan keadaan alam saat ini.  Teknologi awal yang bertujuan untuk menghasilkan teks tertulis yang terhubung ke kapak dan pisau, dengan tanda-tanda yang terukir dikayu atau bata.  Teknologi awal yang bertujuan untuk mengahsilkan teks tertulis yang terhubung ke kapak dan pisau, dengan tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu.  Alat seperti itu tidak baik untuk menghasilkan teks dalam skala besar, baik dari segi panjang atau dalam jumlah penggunaan feather and parchment dalam waktu menciptakan jenis baru dari artifact (gulungan panjang), serta baik gaya menulis yang berbeda.  Dikemudian hati tekhnik cetak melahirkan generasi baru buku yang berbeda dari yang sebelumnya dalam segala hal.  Kemudian menjadi mungkin untuk menghasilkan volume tak terhitung teks panjang. 
       Teks dibuat oleh tekhnologi juga mempunyai tanda disebelah kiri, yagmenandai pada konsep “teks” bahwa menang di kebudayaan kita.  Semua teks memiliki sejarah produksi mereka sendiri.  Orang-orang tertentu telah menghasilkan mereka dibawah prasyarat historis dan material tertentu.  Prasyarat ini mencapai dari bahasa yang digunakan untuk genre, diasumsikan pemabaca, saluran distribusi teks dan hal-hal seperti lainnya.
Teks sebagai makhluk semiotic
       Teks bisa menjadi bentuk menulis, pidato, gambar, music, atau symbol yang lain.  Didalam bentuk lain, teks mempunyai karakter 3fitur:           
Texts dibagi menjadi 3:          
1.      Materiality  (materialitas)
2.      Formal relations  (hubungan resmi)
3.      Meaningfulness (kebermaknaan)
1.      Tanda dari teks adalah fisik dan material
Kebenaran fisik mereka dan pengertian sensual selalu memiliki basis material, baik itu granit yang digunakan dalam patung atau gelombang udara yang dipancarkan selama tindakan berbicara.
2.      Resmi tertentu berhubungan antara tanda-tanda yang terkandung didalam teks.
Posisi tanda-tanda berada di posisi sementara dan hubungang yang local dengan tanda-tanda yang lain. Seperti: surat, kata, kalimat atau seluruh teks.
3.      Tanda-tanda mempunyai sebuah arti semantic.
Mereka mengacu pada sesuatu di liar dirinya, apakah itu milik lingkup ala atau budaya, atau apakah itu adalah fenoena non-tekstual atau tekstual.
Faktanya, bahwa teks tidak meniru realitas, tetapi sebaliknya, secara (tectually produce) tekstual memproduksinya tetap sering diperhatiakan.


Radical Contextuality
Mikko Lehtonen
       Ada dilemma tertentu yang terkandung dalam gagasan ari radical contextuality: mangancam untuk menciptakan posisi bagian para peneliti yang tidak mungkin dalam praktek.  Asalkan setiap konteks adalah bagiandari konteks lain; seperi Lawrence Grossberg mengatakan contectuality expands boundlessly.  Itulah alas an peneliti menanyakan seperti itu jika untuk selanjutnya menjadi untuk hadir dimana-mana sekaligus dalam beberapa cara mistis.  Harus tidak terus berburu untuk jumlah yang terus berkembang dari realitas khusus yang ditentukan secara contextually?  Peneliti tidak bisa engahdirkan serentak dimana-mana.  Mereka harus selalu berbicara dan menulis dari posisi tertentu.  Struart Hall menggambarkan pendapat yang menarik:
       Mungkin benar bahwa diri selalu dalam arti, sebuah fiksi, sama seperti jenis “penutupan” yang diperlukan untuk menciptakan komunitan identifikasi-bangsa, kelompok etnis, keluarga, seksualitas, dan lain-lain penutupan sewenang-wenang.  Saya percaya itu adalah gain sangat penting ketika seseorang mengakui bahwa seua identitas dibangun diseluruh perbedaan dari mulai hidup dengan perbedan politik.  Tetapi, tidak penerimaan status fiksi atau identitas narasi dalam kaitannya dengan dunia juga membutuhkan sebagai suatu kebutuhan, sebaliknya maknanya peristiwa.  Tapi untuk mengatakan sesuatu yang khusus, anda harus berhenti kembali-berakhir?  Itu semacam wilayah, semacam selamanya, tidak benar secara universal.  Itu tidak didukungoleh jaminan terbatas.  Tapi ini yang saya maksud: inilah siapa saya.
Hence, bagian yang penting dari meneliti dan posisi klaim dari peneliti, untuk contoh pengetahuan yang menarik.  Belajar dari makna tidak mencapai objek oleh pendiri dari meneliti.  David Morley menagtakan:
          The world of everyday life is not one which can be satisfactorily viewed through a single pair of spectacles, or from a single position.  It requires varieties of distance, magnification and position.  Objek penelitian terakhir tidak lagi muncul, tetapi sebagai sesuatu yang lain saya sebut “a coyote” kata Donna Haraway’s words. 
          The coyote, which appears in the mythology of the Hopi and Navajo people of America, personifies the notion of the world being perpetually problematic, never completed, capable of always meaning something other than what we conveived it could mean.  In the stories of the Hopi and the Navajo, that coyote is never an immutable and stable object, but a trickster and a conniver capable of appearing now as a god, then as a fool.  Untuk mencocokkan “coyote” seorang peneliti nomaden diperlukan pengetahuan yang local dan yang analisis kritis/konstruksi sendiri, yang disingkat sebagai peneliti adalah peserta dalam realitas siswa. 
Discourse Communities
Key Hyland
          Komunitas orienstasi ini untuk focus literasi pada kepentingan menulis dan berbicara, dan belajar untuk menulis dan berbicara, sebagai insider satu komunitas yang berharap mengikutsertakan.  Goffman’s (1959) berharap dari “membership (gagasan)” adalah keanggotaan disini sebagai menggambarkan perhatian yang penting “talking the talk” dan implikasi bahwa kelompok akademik menjadi konstitusi oleh jenis karakteristik dari interaksi (characteristic genres of interaction), dari bagaimana mereka memperoleh sesuatu gagasan fisik.  Keterlibatan individual wacana disiplin meliputi gagasan dari disiplin, ide Swales (1998) elaborasi sebagai “textography” dari komunitas”.  Barton (1994:57), for instance, suggests they can be looseknit groups engaged in either the reception or producing of texts; or both:
A discourse community is a group of people who have texts and practices in common, whether it is a group of academics, or the readers of teenage magazines.  In fact, discourse community can refer to the people the text is aimed at; it can be the people who participate in a set of discourse practices both reading and writing.
          Discourse community membantu penulis, text dan readers bersama dan terlepas dari bagaimana kami menetapkan ide, itu sangat susah untuk melihat bagaimana kita melakukan tanpa itu.  Dasarnya, menggambar bersama bersama sebuah angka dari aspek kunci dari context bahwa keanggotaan untuk jalan berbicara dan menulis wacana adalah memproduksi dan mengerti.  Cutting (2002:3) points out that these are the:
·    Situation context: apa yang orang tahu, tentang apa yang bisa dilihat disekitar mereka.
·    Background knowledge context: apa yang orang tahu tentang dunia, apa yang mereka tahu tentang aspek kehidupan dan apa yang mereka ketahui tentang satu sama lain.
·    Co-textual context: apa yang orang tahu tentang apa yang mereka telah katakana.

The influence of culture
By Key Hyland
          Budaya terlihat ethonolinguistically dan kelembagaan (eg. Sarangi and Roberts, 1999), pengaruh tidak hanya bagaimana siswa diharapkan untuk menulis dan berbicara dalam akademik, tetapi juga cara-cara menulis dan berbicara mereka membawa mereka dari lingkungan rumah mereka.  Sebenarnya bahwa pengalaman berbudaya membantu membentuk makna schemata bahwa pengetahuan dan ekspetasi dari L2 murid mungkin sangat berbeda dari pengaruh tampilan didefinisi yang setuju, satu versi sebagai ditransmisikan sejarah dan jaringan sismatik dari makna yang dimengerti, mengembangkan, dan komunikasi pengetahuan kami dan percaya tentang dunia (Lantolf, 1999; Street, 1995).  Bahasa dan pembelajaran terkait dengan kebudayaan. 
          Inilah yang ditulis oleh Mr Lala Bumela M, Pd pada slidenya.  Dalam model interaktif social, makna diciptakan melalui konfigurasi yang unik dan interaksi yang baik pembaca dan penulis membaca ke teks (Nystand et al, 1993: 299).  Bakhtin (1986), seperti dikutip dalam Hyland (2002) bahasa dialogis: percakapan antara penulis dan pembaca dalam suatu kegiatan yang sedang berlangsung.  Hyland (2002) menulis mencerminkan jejak kegunaan sosialnya karena hal ini terkait dan selaras dengan teks-teks lain yang diatasnya itu membangun dan yang mengantisipasi.  Bakhtin (1986) setiap ucapan membantah, menegaskan, suplemen dan bergantung pada orang lain, mengandaikan mereka untuk dikenal dan entah bagaimana membawa mereka ke account (Ibid:91).   Genre ditulis dianggap sebagai bagian dari situasi social yang berulang dan ditandai, daripada bentuk-bentuk tertentu, dengan penulis melakukan penilaian dan kreativitas dalam merespon kondisi yang sama (Hyland:2002).
          Pengertian Bakhtin intertextuality menunjukan bahwa wacana selalu terkait dengan wacanalain, baik saat mereka berubah dari waktu ke waktu dan dalam kesamaan mereka pada setiap titik waktu.  Ini menghubungkan pengguna teks ke jaringan teks sebelum dan sebagainya menyediakan system pilihan untuk membuat menciptakan makna yang tersedia dalam suatu budaya, konvensi yang dikembangkan dengan cara ini lebih mungkin, dan ini membantu menjelaskan bagaimana penulis membuat pilihan retoris tertentu saat menulis. 
Intertextual Discourse
By Joseph J.Lee
Saya mulai dengan sifat intertextual pelajaran bahasa.  Analisis mengungkapkan cukup “intertekstualitas referensial” (Devit, 1991) atau “manifest intertextualitas” (Fairclough, 1992) melalui referensi eksplisit untuk teks-teks lain termasuk buku teks saja (atau kursus pakta), aktivitas handout, silabus, dan scripted kuliah.  Hal itu mungkin tidak mengherankan bahwa guru mengacu pada berbagai sumber daya instructional dalam pembicaraan kelas mereka, karena mereka semua bagian dari guru bahasa genre set atau system (Bazerman, 1994; Devit, 1991) untuk tujuan pengajaran EAP.  bahan-bahan sumber daya yang berbeda berinteraksi, dengan wacana guru dan perilaku kelas mereka sehingga batas tertentu.  Setelah teks, conteks, dan wacana sudah dibahas, maka akan menjelaskan tentang literasi. 


Literasi menurut Mikko Lehtonen
            Dalam sejarah dari kemnusiaan writing adalah banyak memperoleh surat dibandingkan speaking.  Menurut warga luas sebelum masa seribu tahun, reading dan writing sama aktifitasnya lebih alami dikehidupan.  Kemampuan membaca dan menulis dianggap alami dan benar-benar tergantung pada pelatihan yang disengaja dan sadar pembelajaran.  As a matter of fact, literasi bisa terdiri jarak yang luas dari kegiatan.  Teks tertera objek dan reading bisa memasukkan, contohnya a barometer, tea leaves or facial expressions.  Didalam hubungan ini, mereka juga berbagai macam dari kemampuam membaca.
            Literasi adalah kegiatan sosila oleh karakter.  Itu bisa digambarkan sebagai praktis pada orang menggambar di situasi membaca yang berbeda.  Orang mempunyai berbagai macam dari kemampuan membaca, mereka memanfaatkan perbedaan pendapat di perbedaan area dari kehidupan.  Padahal semua bentuk dari literasi memasukkan kemampuannya untuk mengontrol system yang berbeda dari symbol realitas diwakili untuk pembaca.  Sebagai individuals, semua dari kami mempunyai literasi yang maju melalui berbagai fase dan pengalaman.  Kemampuan memahami sebuah teks ilmiah.  Contohnya membutuhkan percobaan yang berbeda pada membaca teks literasi, dan itu harus dipelajarinya.  Literasi berarti mentransfer dari satu dunia ke yang lainnya atau dijalan yang lebih baik.  Didalam kemampuan membaca dan menulis, lebih metode dan formal dari interaksi muncul dibandingkan spontan dan informal interaksi linguistic.

Literasi menurut Dra. Novi Resmini, M.Pd
Universitas Pendidikan Indonesia
            Literasi erat kaitannya dengan istilah kemahirwacanaan.  Sebagaimana telah dikemukakan bahwa literasi secara luas dimaknai sebagai kemampuan berbahasa yang mencakup kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, serta kemmpuan berpikir yang menjadi elemen didalamnya.  Tompkins (1991:18) mengemukakan bahwa literasi merupakan kemampuan menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan kehidupan diluar sekolah.  Sementara itu, Wells mengemukakan bahwa literasi merupakan kemampuan bergaul dengan wacana sebagai representasi pengalaman, pikiran, perasaan, dan gagasan secara tepat sesuai dengan tujuan.
            Sulzby (1986) mengartikan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis.  Dalam pengertian luas, literasi meliputi kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dan berpikir yang menjadi elemen didalamnya.  Menurut UNESCO, seseorang yang disebut literat apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut funsi literasi secara efektif dalam masyarakat, dan oengetahuan yang dicapai dengan membaca, menulis, dan atithmetic memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan perkembangan masyarakat.  Sementara itu Wells mengemukakan bahwa untuk menjadi literate yang sesungguhnya, seseorang harus memilii kemampuan menggunakan berbagai tipe teks secara tepat dan kemampuan memberdayakan pikiran, perasaan, dan tindakan dalam konteks aktivitas social dengan maksud tertentu.  Dalam hal ini literat diartikan sebagai mahir wacana (dalam Muhana, 2003:20)
A Critical Literacy Approach to Intercultural Language Teaching and Learning
Australian Government
Introduction to critical literacy
1.      Language as social and cultural practice
Sebagai guru bahasa/budaya, latihan kita dibentuk oleh pemahaman teoritis kita tentang apa kita berkaitan yaitu dari bahasa apa, budaya apa, mengajar apa, pembelajaran apa, sifat interaksi keras.  Kita mungkin tidak selalu mengartikulasikan pemahaman ini dengan mudah atau koheren, atau bahkan menganggap mereka sebagai “teori”.  Pengetahuan bermula dari pengetahuan namun nampaknya kita tidak sadar, tetapi hal itu mempengaruhi secara signifikan keputusan.  Latihan yang efektif tampaknya menjadi sukses, interaksi yang berkelanjutan antara “menerima” dan “pengalaman”.
Belajar bahasa sebagai Cognitive Process (proses kognitif): sesuatu yang terjadi dadalam individu yang melibatkan input, proses, pemilihan, klasifikasi, internalisasi dan akhirnya keluaran.  Kemajuan yang signifikan dalam studi penelitian pemerolehan bahasa telah dikonsolidasikan dasar teoritis yang kuat untuk berpikir tentang bahasa sebagai proses kognitif, membantu kita untuk memahami lebih lanjut tentang variable pelajar, gaya dan tahap penguasaan bahasa belajar.  Hal itu tentunya merupakan begian penting dari proses.
Ini akun interaksi social (social interaction) bahasa dan penguasaan bahasa membawa kita jauh dari pengertian bahasa membawa kta jauh dari penegrtian bahasa sebagai system pesan netral- saluran yang mentransmisikan makna tetap dari pengirim ke penerima.  Bahasa jarang netral, dan makna jarang tetap.  Ketika kita bebicara, menulis, atau menggunakan modus lain komunikasi, kita membuat pilihan yang jarang acak.  Kami membangun pesan kita, sesuai dengan niat kita, kendala dan kemungkinan kami, peran dan hubungan kita.   Ini adalah yang kita maksudkan karena kita berbicara tentang bahasa menjadi praktek social ini adalah kompenen yang paling kuat dari proses social dan praktik pada tingkat individual, kolektif dan institusional.
2.      Text
Istilah “text” berguna dan merupakan pusat pendekatan literasi kritis.  Pikirkan semua tentang bahasa, semua komunikasi, semua interaksi, pesan atau makna membuat sebagai teks.  Beberapa dari anda akan mengasosiasikan “teks” hanya dengan teks tertulis, tetapi dalam sosiolinguistik model (bahasa sebagai praktik social), teks mengacu sama untuk berbicara, tanda-tanda kinerja, pesan visual, untuk setiap contoh makna keputusan.  Kita hidup dalam apa yang sering digambarkan sebagai “text-saturated”, terus-menerus dibombardir oleh teks-teks dari semua jenis niat, format dan modalitas, dari iklan TV untuk klip video, untuk forum diskusi, sesi buku teks, multiply-dimediasi, beragam disampaikan.  Kami berada dalam keadaan konstan pengolahan teks serta memproduksi.
Diagram berikut adalah representasi visual sederhana tentram bagaimana gagasan ini teks duduk diposisi pusat dari model bahasasebagai praktik social:       
3.      Literacy as social practice
      Sebelum pindah ke mengeksplorasi literasi kritis, penting untuk menetapkan bahwa lierasi seperti bahsa juga praktek social dan budaya, melainkan juga dapat dianggap sebagai melibatkan produk budaya, praktek dan proses.  Tidak seperti pengembangan orasy, tahap pertama kami akuisasi bahasa, yang dalam keadaan normal terjadi dengan mudah melalui sosialisasi biasa, literasi adalah teknologi yang dipelajari; tidak selalu mudah dipelajari, tidak selalu ditawarkan kepada semua orang, dan dibentuk dengan cara yang berbeda dalam konteks dan situasi yang berbeda.  Dalam konteks pengajaran Australia, dimana literasi adalah established “benar” dan semua ada interkoneksi yang erat antara bahasa dan literasi beberpa pendidik dan peneliti pada kenyataannya tidak mengakui perbedaan.
     Pendekatan pengajaran literasi telah berubah secara radikal dalam dua decade terakhir dan terus diperdebatkan.  Perdebatan saat ini antara pendidik, politisi dan anggota masyarakat sekitar pendidikan literasi jelas menggambarkan hubungan antara melek huruf, pendidikan, ideology dan hubungan kekuasaan.  Literasi memungkinkan contoh dari “modal budaya”.  Dorongan saat ini dibeberapa kalangan untuk kembali ke model tradisional reproduksi, pembelajaran berbasis konten dan keterampilan berbasis pendidikan literasi, dan untuk mengurangi, model berbasis penyelidikan berpusat pada peserta didik kritis berorientasi merupakan indikasi dari hubungan pendidikan literasi proses budaya yang lebih luas.  Apa jenis paktek literasi dianggap penting, sesuai atau berharga mencerminkan berbeda “perspektif”: yang tidak pernah dari system nilai budaya, sikap dan investasi.
The Four Resources Model of Literacy Practices
       Model ini memberikan cara mudah untuk mewakili jenis sumber daya yang kita butuhkan untuk memanfaatkan untuk menjadi produsen teks yang efektif, konsumen, dan analis to do “literacy” secara efektif dalam waktu dan kondisi saat ini dikodekan budaya dan bahasa pertama kami, tetapi juga dalam yang tambahan.  Ini adalah inklusi baik dalam strategi tool-kit kami untuk menjelajahi hubungan bahasa budaya.  Ini menggambarkan 4 peran utaman yang harus mampu untuk memberlakukannya:
1.      Code breaker: kemampuan untuk “memecahkan kode terkait dengan bahasa yang berbeda dan system yang berbeda yaitu: mengetahui bagaimana untuk encode dan decode (misalnya mengetahui alphabet dan skrip; memahami bagaimana grafem diterjemahkan ke dalama fonem dan sebaliknya: mengetahui bahwa dalam bahasa inggris terdengar seperti ejaan (f), tanda baca diberbagai system selalu menjadi bisnis inti dari pendidikan literasi tradisional, masih bisnis inti, tetapi tidak lagi mencukupi.
2.      Meaning maker (pembuat makna):  serta teks decoding, kita harus mampu masuk akal atau makna decode, kita lihat as the semantic level of literacy.  Jika saya memberikan teks sederhana dari pembaca awal, anda semua akan berhasil baik decode (membaca dengan keras) misalnya, membuat makna, anda akan tahu apa itu “about” (come with me) says Ben, “Aku bisa melihat anjin, aku bisa melihat anjing terlalu,?  Apakah kita akan bermain dengan anjing?  Meskipun mungkin tidak menarik atau menarik, itumudah dimengerti, jenis penekanan dan intonasi yang anda gunakan saat anda membaca keras-keras.  Intonasi dan kalimat akan menyarankan ketidakpastian dan kurangnya pemahaman atau keyakinan.  Ada implikasi penting bagi kita sebagai guru dalam kaitannya dengan kebutuhan kompetensi semantic.  Siswa kami membutuhkan latar belakang pengetahuan, atau skema, dalam rangka untuk terlibat sukses dengan teks untuk masuk akal.
3.      Text user: The pragmatic level of literacy practice
Anda mungkin berhasil dapat encode/decode, dan juga memiliki latar belakang pengetahuan yang diperlukan untuk membuat makna dari teks. 
4.      Text analyst: tingkat akhir praktek literasi, dan pesan akhir pengguna teks diidentifikasi dalam model ini, adalah bahwa analisis kritis (critical analyst) sebagai pengguna teks dan produsen.  Kita harus mampu “menginterogasi” teks untuk membaca yang tersirat, untuk melihat dari jarak kritis, mengajukan pertanyaan kritis yang mengidentifikasi maksud, tujuan,dan stategi yang digunakan oleh teks.  Perspektif kritis semacam ini sekarang diakui sebagai bit sama pentingnya dengan tingkat lain dari praktek literasi.  Dan ini adalah diman kritikal literasi datang untuk bermain.
       Keempat model ini dikembangkan oleh Luke dan Freebody (1997) sebagai praktek literasi yang mempertimbangkan keragaman praktek ini melek huruf, model yang relevan untuk proyek ILTLP sebagai untuk bahasa pertama dan literasi kerja. 

Making Connection-Critical Literacy and ILTLP
(The Intercultural in Language Teaching and Learning)
       Bekerja dengan cara anda melalui pembahasan diatas melek huruf, kemahiran dan analisis teks kritis, anda pasti telah membuat hubungan antara ide-ide dan ILTLP tersebut.  Dalam modul di eksplorasi:
v  Hubungan antara bahasa dan budaya
v  Apa artinya menjadi ornag berbudaya
v  Proses yang saling berhubungan dan pengalaman, analisis dan refleksi yang diperlukan untuk “melihat” hubungan bahasa-budaya dan mengembangkan posisi informasi yang menjelajahi dan melakukan itu.
       Freire’s (1968) konsep praktis duduk dengan baik dalam kaitannya dengan poin terakhir ini: hubungan timbale balik antara aksi dan refleksi-atau pengalaman dan analisis yang bekerja seperti lingkaran, kemudian menginformasikan itu sendiri.  Hanya terlibat dalam sadar, proses dialogis analisis, pengalaman refleksi dapat menjadi agen aktif, dengan kemungkinan intensionalitas nyata dan pilihan dalam hubungan kita dengan teks.  Pendekatan literasi kritis di kelas bahasa adalah cara yang ampuh dari kedua mengeksplorasi hubungan bahasa, budaya, dan pengembangan antara literasi atau kompetensi.
Classroom Discourse by Martin Nystrand
       Program kelas yang dikembangkan oleh Martin Nystrand at the Wisconsin Center for Education Research (WCER) untuk analisis di kelas sebagai wacana kelas.   ini adalah alat penelitian yang digunakan untuk membangun profil interaksi kelas dan untuk menyelidiki efek dari wacana kelas atas prestasi siswa.  Tidak menjadi bingung dengan University of Teach Stone Instrument pena dan kertas Virginia pertama muncul pada tahun 2009 dan digunakan dalam pengembangan professional.  Class adalah alat penelitian yang dikembangkan sejak tahun 1988 dibawah naungan tiga pusat penelitian nasional (The National Center on Effective Secondary Schools, 1985-90): The national center on organization and restructuring of school, 1990-95; and the national research center on English Learning Departement of education’s institute for educational studies untuk mengembangkan versi baru yang mandiri akan mengukur dan memulai indeks kunci dari wacana kelas.  tidak ada pengamat atau data penelitian asista kolektor yang dibutuhkan, tidak ada yang mengganggu kelas, tidak ada pelanggaran guru atau identitas siswa.  Hanya perangkat telepon seperti super cerdas dan beberapa mikrofon yang mandiri memproses wacana kelas. 
Literacy is Central to History
       Princeton sejarahwan Hendrik Hartog dalam jurnal of America History Rountable pada keaadaan praktek sejarah, praktek kita semua terlibat sebagai sejarahwan adalah pembaca.  Sejarah membutuhkan strategi literacy tertentu dan keterampilan.  Bahwa jika anda bukan seorang guru bahasa inggris, anda masih seorang guru literasi.  Tetapi beberapa buku dan program-program yang berfokus pada konten-daerah melek.  Buku teks dapat menjadi alat yang berguna dan kelas siswa harus diajarkan cara membaca dan menggunakannya secara bijaksana, tetapi ketika siswa membaca buku, mereka tidak mendapatkan pengalaman, praktik, atau penerimaan dengan membaca lebih otentik teks disiplin khusus.  Melakukan sejarah memerlukan banyak membaca genre teks, dan pernyataan presiden untuk surat-surat pribadi untuk kartun politik.  Literasi konten-area yang benar dalam sejarah menuntut siswa belajar dan membaca strategi khusus untuk sejarah.
       Jadi, adanya sejarah karena adanya teks, conteks, dan wacana.  Dan semua itulah akan menghasilkan sebuah interaksi.  Interaksi dalam kelas, akan menghasilakn sebuah literasi.  Sejarah Columbus bisa terbukti kebenarannya karena adanya seorang literat yang berhasil mengungkapkan fakta-fakta tentang Columbus.  Fakta tersebutlah dihasilkan oleh seorang penulis.  Dalam sebuah tulisan adanya sebuah teks, teks akan membuat ketertarikan seorang pembaca karena adanya konteks.  Jadi, sejarah, teks, konteks, wacana, literasi saling berkaitan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic