We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 13 Maret 2014

Class Review 5: Pion Catur

Sebelum membahas segala hal mengenai pengkomplitan karya tulis yang sebelumnya, saya ingin pembaca mengingat kembali permainan catur.  Permainan yang sering disebut sebagai sebuah olahraga otak ini memang sudah jarang dimainkan masyarakat terutama anak-anak.  Penyebabnya sangat jelas, karena catur kalah saing dengan permainan modern yang ada saat ini.  Tujuan utama dari permainan ini adalah mencari cara bagaimana dapat menjatuhkan sang raja, ketika sudah terlaksana tujuan tersebut maka game is over.  Kali ini mari kita berimajinasi, mengimajinasikan nutrisi-nutrisi dalam karya-karya sebelumnya sebagai permainan catur. 
Pion pertama yang harus dikalahkan adalah para prajurit dalam permainan catur.  Para prajurit ini harus dijatuhkan guna mendapatkan informasi mengenai one missing point dari karya sebelumnya, yaitu tentang “Who is Howard Zinn?”.  Howard Zinn merupakan anak dari imigran Yahudi.  Howard Zinn dilahirkan dari seorang Ayah bernama Edward Zinn yang bekerja sebagai pelayan dan ibu bernama Jennie (Rabinowitz) Zinn yang pekerjaan nya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga.  1992 merupakan tahun bersejarah baginya karena itulah tahun dimana Howard Zinn menghirup oksigen bumi untuk pertama kalinya.
Howard Zinn mengikuti sekolah umum di New York.  Zinn juga pernah bergelut sebagai pemasang pipa di Brooklyn Navy Yard, yaitu tepatnya pada saat lulus dari Thomas Jefferson High School Pada saat menjadi tukang pipalah Zinn bertemu dengan calon pendampin hidupnya di masa depan, Roslyn Shechter
Setelah itu Howard Zinn menjadi sosok aktif dalam dunia politik, hingga pada tahun 1939 Zinn hadir dalam sebuah rapat penting yang dipelopori oleh American Communist Party.  Zinn mengalami sebuah pengalaman ketika dia dipukul oleh polisi berkuda hanya karna mereka hendak memecahkan keramaian di Time Square.  Tempat seperti Time Square memang tempatnya keramaian, dan itu wajar.  Tidaklah aneh Zinn sangat marah akan kejadian itu.  Oleh sebab itulah Zinn tidak suka akan kediktatoran. 
Bahkan Howard Zinn pun pada tahun 1943 begabung dengan United States Air Force. Zinn berperan dalam pemboman di Royan terhadap tentara-tentara Jerman pada April 1945.  Salah satu aksi penyerangan itu dilakukan di European theater.  Zinn tidak mengetahui persis berapa banyak korban jiwa yang terenggut, yang pasti akan sangat banyak.  Karena hal-hal itulah Howard Zinn tumbuh menjadi sosok pembenci perang.  Dapat disimpulkan Howard Zinn dapat menjadi seperti saat ini merupakan buah dari pengalaman pribadinya.
Howard Zinn melanjutkan pelayaran pendidikannya ke New York University pada tahun 1949 dan mendapatkan gelar sarjananya di situ pula.  Tidak lama setelah itu Zinn mendapatkan gelar doctornya di Columbia University dan gelar professor ia dapatkan setelah menulis disertasi mengenai karir dari Fiorello LaGuardia.  Materi ini pulalah yang mengisi buku pertamanya, LaGuardia in Congress (1959).  Hebatnya Zinn langsung mendapatkan penghargan prestisius, yaitu dengan memenangkan American Historical Association's Albert J. Beveridge Prize.  Lalu, pada tahun 1956 ia menjadi The Chairmanship of the History and Social Sciences Department di Spelman College yang merupakan sekolah wanita kulit hitam di Atlanta.  Zinn mendukung hak-hak orang kulit hitam yang saat itu dianggap sebagai golongan kedua dalam lingkungan.
Howard Zinn lalu bergabung dengan National Association for the Advancement of Coloured People.  Kegiatan tersebut dilakukan bersamaan dengan rutinitas mengajarnya.  Tidak cukup sampai situ, Zinn pada tahun 1963 ia aktif di Student Nonviolent Coordinating Committee.  Namun sayang, keaktifan Zinn dalam dunia politik membuat timbulnya pemecatan dari Spelman College untuknya, Spelman beralasan pemecatan Zinn dikarenakan ketidakpatuhannya.  Namun pendapat perbeda muncul dari siswa nya yang bernama Alice walker.  Alice menyebutkan Zinn dikeluarkan karena mencintai siswanya, karena Zinn selalu membela dan mempertanyakan keadilan atas hak-hak kulit hitam pada saat itu.
Goresan-goresan tangan Zinn lainnya:
·         SNCC: The New Abolitionists (1964)
·         The Southern Mystique (1964)
·         New Deal Thought(1966).
·         Vietnam: The Logic of Withdrawal (1967)
·         Disobedience and Democracy (1968)
·         The Politics of History (1970)
·         Postwar America (1973)
·         Justice in Everyday Life(1974)
·         You Can't Be Neutral on a Moving Train (1994),
·          Declarations of Independence (1990)
·         Zinn Reader (1997)
·         Howard Zinn on History (2001)
·         Zinn on War (2001)
·         Terrorism and War (2002)
·         Emma, a biography of Emma Goldman (2002)
·         A Power Governments Cannot Suppress (2006)
·         The Unraveling of the Bush Presidency (2007)
Pion pertama sudah teratasi dengan dijelaskannya berbagai macam hal mengenai Howard Zinn.  Penjelasan yang rumit mengenai siapa dan karya-karya Howard Zinn ada didalamnya.  Kali ini pion yang menghalangi adalah pion kuda catur yang berisikan kewajiban untuk mengetahui satu tokoh penting lainnya, Christopher Colombus merupakan tokoh yang akan dikupas selanjutnya.
Masyarakat dunia termasuk Indonesia mengenal sosok Christopher Colombus sebagai sosok penemu benua Amerika.  Tapi informasi tersebut hanyalah kebohongan belaka.  Berabad-abad sebelum colombus tiba dan menginjakan kaki di daratan Amerika, telah tiba Orang - orang Skandinavia (Viking) menjelajahi benua Amerika Utara tepatnya pada abad ke-11 dan mendirikan koloni L'Anse aux Meadow. 
Columbus bukanlah orang yang baik seperti khalayak kenal, tidak seperti teks-teks bacaan sekolah mengenai sejarah Amerika yang ditemukan oleh Colombus sosok penuh kebaikan.  Ia memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Itulah alasan mengapa Colomcus pergi berlayar.  Hal ini dikarenakan pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus di hukum mati. Kejadian memalukan ini terjadi pada tahun 1491.  Namun ada satu orang Pastor bernama Pastor Perez yang menetralkan suasana dan memohon agar Colombus mendapat hukuman dalam bentuk lain, yaitu misi penemuan benua baru guna mengkonvers penduduk asli menjadi Kristen.  Colombus ditugaskan untuk menemukan dratan bernama India denagn harapan Colombus tidak bisa kembali lagi.  Namun ternyata benua Amerikalah yang ditemukan dan pada awalnya memang benua tersebut dianggap sebagai India oleh Colombus.
Colombus dapat dikatakan sebagai sosok penuh keburukan dan kekejaman.  Itu yang harusnya masyarakat ketahui.  Keberingasan Columbus sangatlah kejam. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi, lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.  Tidak aneh apabila seharunya koloni yang di bawa Columbus pada pelayaran bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika.
Mungkin pada zaman modern ini penyakit sifilis sudah berkurang level kengeriannya.  Teknologi yang sudah semakin canggih mendorong terciptanya obat untuk penyakit tersebut.  Namun setelahnya muncul penyakit sejenis yang memiliki level kengerian lebih super, HIV AIDS virus.  Colombus ternyata bereran dalam penyebaran sifilis di Eropa sepulang dari America.  Hal ini selaras dengan pemaparan pada paragraph sebelumnya, penyakit sifilis ia dapatkan karena tindakan kejamnya yang selalu memperkosa wanita-wanita pribumi.
Dengan informasi-informasi baru mengenai buruknya Colombus memunculkan kesadaaran dalam benak masyarakat seharusnya.  Fakta colombus yang dikenal sebagai sosok hebat haruslah dihapuskan dan lebih baik apabila peserta didik tidak disuguhi teks cerita mengenai Colombus penemu Amerika.  Seharusnya pula masyarakat dunia sadar bahwa memperingati hari Colombus adalah sebuah penghinaan karena colombus tidak layak mendapatkan kehormatan tersebut atas tindakan-tindakan kejamnya.
Pion-pion catur yang sudah terkalahkan tersebut akan dikumpulkan dalam satu wadah.  Pion pertama menjelaskan mengenai Howard Zinn dan pion kedua memaparkan Christopher colombus, oleh karena itu kali ini adalah saatnya untuk menyatukannya dalam satu wadah.  Dengan kata lain diantara kedua hal tersebut terdapat sebuah hubungan.  Hubungan tersebut akan terlihat jelas ketika membuka buku A People's History of the United States, Zinn mencoba membuka mata masyarakat lebar-lebar mengenai fakta Christopher Colombus yang sebenarnya.  Zinn menyebutkan kabalikan dari apa yang masyarakat ketahui mengenai Colombus dengan menyebutkan Colombus sebagai manusia penuh keburukan, yang dimulai dari seorang pembunuh, pemerkosa, penculik, rakus, dan lain-lain.  Hasil goresan tangan tersebut tentunya mendapatkan banyak respon dari masyarakat.  Pertanyaannya adalah, mengapa bisa seperti itu?
Teks adalah sebuah komunikatif artefak.  Itulah jawaban atas pertanyaan di atas yang dengan kata lain manusia atau lebih tepatnya seorang penulis menciptakan sebuah instrument komunikasi.  Hal ini tentu tidak akan bisa dilakukan oleh teknologi manapun karena teks sebagai artefak melewati kecanggihan teknologi (Lehtonen 2000: 72).  Contoh nyatanya adalah ketika Zinn dapat membenarkan fakta sejarah mengenai Christoper Colombus yang tentunya tidak akan dapat dilakukan oleh teknologi.
Namun pion catur bukanlah hanya terdiri dari dua pion tersebut, masih banyak pion-pion lainnya yang siap menghadang.  Pion catur yang sering di kenal sebagai bomnya catur merupakan sasaran selanjutnya.  Writing dan context adalah senjata guna mengalahkannya. 
Cutting (2002: 3) memaparkan bahwasanya terdapat tiga aspek utama dalam context.  Pertama adalah Situation Context, yaitu mengenai hal-hal yang diketahui oleh masyarakat yang dapat dilihat disekitar mereka.  Background Knowledge Context merupakan aspek kedua, yaitu membahas apa yang masyarakat ketahui tentang dunia.  Terakhir adalah Co-Textual Context, yaitu mengenai apa yang masyarakat ketahui tentang apa yang telah mereka ucapkan.

Sedangkan menurut Halliday (1985) context pun memiliki dimensi-deminsi.  Dimensi tersebut menurut Halliday ada 3.  Field merujuk kepada apa yang sedang terjadi atau dapat dikatakan membahas mengenai text itu sendiri termasuk apa yang dibahas text ada di dalamnya.  Tenor merujuk kepada siapa yang berperan dan termasuk juga hubungan dari setiap participant.  Sedangkan Mode merujuk kepada sisi mana yang merupakan tempat bahasa berperan, seperti formality dan kesopanan.  Itulah dimensi-dimensi yang dipaparkan oleh Halliday.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic