We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 03 Maret 2014

CINTA DISATUKAN DARI BERBAGAI PERBEDAAN (class review 4)



(Still Classroom Discourse to Foster Religious Harmony)
Malam semakin larut, mata ini masih selalu ingin terjaga bukan karena menunggu kabar dari seseorang, bukan karena acara televisi yang aku tunggu-tunggu atau apapun itu, yang pasti tugas, karya ilmiah bahkan tulisan akademik ini akan selalu menemani malam-malamku. Dingin, tak seperti di Cirebon, menyempatkan pulang kampung memang memberikan efek yang sangat luar biasa untuk hati ini, benar saja ketika di kampung halaman hanya tumbuhan hijau yang bisa kita lihat, pohon, sawah, burung yang berkicau dan udara yang masih sejuk yang tidak tercemari volusi memberikan kenyamanan untuk otak ini, seperti menemukan hal baru, mengingat di tempat saya kuliah hanya di hiasi oleh gedung-gedung, pusat perbelanjaan, dan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang membuat hati dan pikiranpun jauh dari kesan damai.
Teringat akan nasehat dari guru besarnya dosen saya “Mr.Bumela” untuk lebih berkarib dengan sepi. Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada [momen] penemuan dari apa yang dalam riuh gelisah dicari. Dalam sepi ada berhenti dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir indera kita. Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu satu untuk ditafakuri, lalu dimaknai, dan dijadikan berguna bagi kita. Bila tidak mereka hanya dengungan yang bising di kepala saja tak mengendap menjadi sesuatu yang mengizinkan kita memahami dunia di sekitar kita [sedikit] lebih baik. Berkariblah dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain. Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak. Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih. (Budi Hermawan)
Critical review minggu lalu cukup membuat saya banyak berpikir keras, apakah critical review sesulit itu? Apakah saya akan terus stak di bagian-bagian yang seharusnya TIDAK sesulit itu? Entahlah... jangankan dalam segi criticalnya, hasil pemahaman yang saya dapat pun tidaklah sesuai dengan apa yang seharusnya di kritik dalam teks Classroom Discourse Religion Harmony.
Kita flashback dulu ke minggu lalu, bahwa menurut Ken Hyland mengatakan bahwa Literacy is something we do yang artinya literasi adalah sesuatu yang harus kita lakukan. Contoh sesuatu yang harus kita lakukan adalah membentuk Religion Harmony. Classroom Discourse Religion Harmony harus ditata di dalam sekolah, jika classroom discourse adalah situs suci maka itu artinya semua ini adalah sebuah ritual dan sacred site.
Classroom discourse  merupakan sebuah teks dan context yang akan mengalami complicated kemudian akan melalui interaction. Dalam melalui interaksi ini setiap orang pasti mempunyai alasan-alasan tertentu, contohnya seperti yang pertama : background yang meliputi politk, ekonomi, dan education. Tetapi dalam sebuah interaksi dalam education itu tidak boleh menyamakan background antara si pengajar dengan yang di ajar, seperti yang di sampaikan oleh Betsy Rymes (2008) : Those of us who presume to “ teach”  must not imagine  that we know how   each student begins to learn. Yang berarti bahwa seorang pengajar tidak boleh membayangkan bahwa kita tahu bagaimana seorang siswa memulai belajarnya, apalagi menganggap cara mereka memulai belajar sama dengan apa yang kita lakukan. Yang kedua adalah communicative strakgies, dan yang terakhir adalah meaning-making practices yaitu mencakup beberepa poin yakni –ideology, -values  dan –dicipline, sebenarnya diujung edukasi adalah values. Dan pada ujung interaction kita akan bertemu dengan talk.
Mengidentifikasi classroom discourse dalam religion harmony dari kemenag, mereka mengutamakan jenis modal interaksi yang ditempatkan di kelas dan mutualitynya atau kesalingannya harus dibangun, bahwa religion harmony harus side by side dengan achievement. Nilai dan toleransi kita harus sama-sama besarnya.
Masalah agama dan keyakinan adalah sesuatu yang sangat sakral dan tidak bisa dianggap sebagai pilihan, tetapi agama dan keyakinan adalah sebuah prinsip hidup yang harus dipertahankan. Menurut the law of Indonesia, Malaysia, dan singaphore mengenai agama bahwa agama itu tidak bisa dipasarkan kepada orang sudah beragama.
Jadi kesimpulannya adalah kita flashback lagi ke literasi, literasi adalah sesuatu yang kita lakukan, dan jika kita mengaitkannya dengan religion harmony maka classroom discourse adalah situs yang suci yang kita sebut sebagai ritual dan scred site. Classroom discourse religion harmony harus dijalankan di sekolah. Nilai dan toleransi kita harus sama-sama besar dimana religion harmony harus side by side dengan achivement dan mutualitynya atau kesalingannya harus dibangun. Banyak permasalahan yang masih menjadi misteri di negara kita ini, untuk menjadi orang yang kritis hukum maka kita harus menjadi seorang pemabaca yang handal, yaitu pembaca yang bisa mengambil nilai dari suatu masalah. Di Indonesia sendiri seorang reader yang memiliki kualitas yang tinggi masih dibawah rata-rata negara lain, maka dengan kata lain kita harus meningkatkan kembali cara membaca kita. Untuk menjadi Quality Reader, kita harus menjernihkan hati dan pikiran, setelah menjadi pemabaca yang berkualitas maka kita boleh menjadi menjadi penulis yang handal, karena penulis yang hebat itu akan lahir setelah menjadi pembaca yang hebat.
Jika ada yang bertanya kenapa kita harus menulis? Maka jawabannya simple saja, bahwa dengan menulis kita akan tahu bahwa seseorang diluar sana juga sedang merasakan apa yang kita rasa, mereka akan tahu bahwa kita juga sedang melakukan hal baik untuk dunia ini sama sepertinya, dan yang terpenting adalah dengan menulis semua orang tidak akan merasa sendirian. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic