“ Reading, after a certain age,
diverts the mind too much from its creative pursuits. Any man who reads too
much and uses his own brain too little falls into lazy habits of
thinking.”(Albert Einstein)
Membaca
merupakan salah satu kegiatan yang sering dianggap sepele oleh sebagian orang.
Pengertian membaca itu sendiri menurut Wikipedia yaitu suatu cara untuk
mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan
simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling
umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat
termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor. Membaca juga
merupakan proses pengenalan akan kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan
struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang
mampu melihat intisari dari bacaan. Atau singkatnya, membaca juga merupakan
proses menemukan pesan. Membaca adalah proses untuk memahami pesan yang
disampaikan oleh teks tersebut baik secara implisit maupun eksplisit, tersirat
ataupun tersurat.
Dalam segala aspek kehidupan kita, kita tak pernah lepas dari yang namanya
membaca atau Reading. Saat berjalan di jalan raya, kita akan melihat banyak
simbol-simbol lalu lintas, maka akan terjadi proses membaca. Lambang itu kita
persepsikan menjadi sebuah arti dan kita bertindak atas persepsi kita terhadap
tanda itu. Itulah yang disebut membaca.
Adapun tokoh-tokoh lain mendefinisikan membaca sebagai berikut:
Adapun tokoh-tokoh lain mendefinisikan membaca sebagai berikut:
1.
Depdikbud
Depdikbud
(1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara
kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat
menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi,
dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut,
yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
2.
Thorndike
Thorndike (1967:127) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir
atau bernalar.
3.
Hodgson
Hodgson mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses
yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.Dalam hal ini, membaca selain
sebagai suatu proses, juga bertujuan.
Bagi anda yang
gemar membaca atau pun hanya sekedar membaca, pastinya tahu bahwa membaca itu
banyak manfaatnya. Mengapa kita harus membaca?
Karena membaca merupakan perintah dari Allah SWT. Perintahnya tersebut
adalah wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad S.A.W. Muhammad
pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 ramadhan/ 6
Agustus 611 M, diriwayatkan malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama
dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq.
Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya,
namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga
kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril
berkata:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang
Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca).
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq
96: 1-5)
|
Dari ayat tersebut, sudah jelas
terlihat bahwa hal pertama kali yang paling penting untuk dilakukan ialah
membaca, bukan menulis. Membaca mempunyai macam-macam jenis. Menurut Soedjono
dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu: membaca bahasa, membaca
cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan membaca
bebas. Dalam dunia pendidikan, sangat identik dengan membaca dan menulis.
Membaca buku merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dalam diri seseorang. Buku
adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah
satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran
kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam
bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e
(buku elektronik), yang mengandalkan perangkat seperti komputer, laptop, tablet
pc, ponsel dan lainnya, serta menggunakan software tertentu untuk
membacanya. Tujuan utama dari membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, pemahaman makna bacaan (Tarigan 2008: 9).
Sementara itu, Anderson (Tarigan 2008: 11), mengatakan tujuan dari membaca
adalah untuk:
1) memperoleh perincian dari tokoh-tokoh dalam wacana (rading for detail
or facts);
2) mengetahui ide-ide utama dari sebuah cerita (reading for main ideas);
3) mengetahui urutan dan susunan organisasi cerita (reading for sequence
or organisation);
4) menyimpulkan sebuah cerita (reading for inference).
5) mengelompokkan dan mengklasifikasikan (reading to classify);
6) mengevalusi dan menilai tokoh (reading to evaluate); dan
7) membandingkan dan mempertentangkan dua cerita yang berbeda
(reading to evaluate).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak tujuan yang
dapat dicapai mahasiswa dengan membaca. Tetapi, sebaiknya mahasiswa
memiliki suatu tujuan saja supaya lebih mudah memahami bacaan dari pada
mahasiswa yang tidak memiliki tujuan membaca.
informasi, mencakup isi, pemahaman makna bacaan (Tarigan 2008: 9).
Sementara itu, Anderson (Tarigan 2008: 11), mengatakan tujuan dari membaca
adalah untuk:
1) memperoleh perincian dari tokoh-tokoh dalam wacana (rading for detail
or facts);
2) mengetahui ide-ide utama dari sebuah cerita (reading for main ideas);
3) mengetahui urutan dan susunan organisasi cerita (reading for sequence
or organisation);
4) menyimpulkan sebuah cerita (reading for inference).
5) mengelompokkan dan mengklasifikasikan (reading to classify);
6) mengevalusi dan menilai tokoh (reading to evaluate); dan
7) membandingkan dan mempertentangkan dua cerita yang berbeda
(reading to evaluate).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak tujuan yang
dapat dicapai mahasiswa dengan membaca. Tetapi, sebaiknya mahasiswa
memiliki suatu tujuan saja supaya lebih mudah memahami bacaan dari pada
mahasiswa yang tidak memiliki tujuan membaca.
Membaca
buku selama ini diketahui dapat membuat pembacanya menjadi berwawasan lebih
luas dan lebih pintar. Namun nyatanya, rutin membaca buku juga memberi manfaat
terhadap kesehatan tubuh anda.
Berikut 7
manfaat sehat membaca buku:
1. Mempermudah membaca pikiran
dan perasaan orang lain
Sebuah studi yang dirilis awal
bulan ini menunjukkan bahwa menikmati bacaan sastra dapat membantu memperkuat
kemampuan anda untuk membaca pikiran. Studi yang diterbitkan dalam jurnal
Science ini menunjukkan bahwa membaca karya sastra seperti fiksi dapat memupuk
keterampilan yang dikenal sebagai teori pikiran, yaitu kemampuan untuk membaca
pikiran dan perasaan orang lain.
2. Membuat rileks
Sedang stres? Ambillah sebuah
buku novel. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 di Mindlab Internasional,
University of Sussex, menunjukkan bahwa membaca adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi stres, bahkan mengalahkan aktivitas seperti mendengarkan musik,
menikmati secangkir teh atau kopi, dan berjalan-jalan.
"Tidak peduli buku apa yang
anda baca, asyik membaca dapat menghilangkan kekhawatiran dan tekanan dari
luar," kata peneliti, Dr David Lewis, seperti dilansir laman Huffington
Post, Kamis (28/11).
3. Menjaga otak tetap tajam
Penelitian yang diterbitkan di
jurnal Neurology menunjukkan bahwa rajin membaca buku membantu menjaga otak
anda tetap tajam bahkan ketika usia anda menua. Penelitian tersebut menemukan
bahwa mereka yang terlibat dalam kegiatan perangsang mental seperti membaca di
kemudian hari dalam hidupnya mengalami penurunan daya ingat lebih lambat
dibandingkan dengan mereka yang tidak.
"Studi kami menunjukkan
bahwa melatih otak penting untuk kesehatan otak di usia tua. Berdasarkan hal
ini, kita tidak boleh meremehkan efek dari kegiatan sehari-hari, seperti
membaca dan menulis," kata penulis studi, Robert S. Wilson, PhD, dari Rush
University Medical Center, Chicago.
4. Mencegah penyakit Alzheimer
Menurut penelitian yang
dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences pada
tahun 2001, orang dewasa yang hobi melakukan aktivitas terkait otak, seperti
membaca atau bermain teka-teki, cenderung jarang memiliki penyakit Alzheimer.
5. Membantu tidur lebih baik
Banyak ahli merekomendasikan
melakukan beberapa aktivitas sebelum tidur untuk membantu menenangkan pikiran
dan memberi isyarat tubuh anda untuk menutup mata. Nah, membaca dapat menjadi
salah satu cara yang baik. Ini sebabnya menyediakan sebuah buku di sebelah
tempat tidur akan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan meletakkan laptop
atau gadget lain.
6. Membuat anda lebih berempati
Menurut sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE, membaca sebuah karya fiksi dapat
meningkatkan empati anda. Para peneliti di Belanda mengungkapkan bahwa
orang-orang yang secara emosional terbawa oleh karya fiksi mengalami
peningkatan dalam rasa empati dalam dirinya meski tak ia sadari.
7. Meringankan depresi
Sebuah studi yang diterbitkan
awal tahun ini dalam jurnal PLoS ONE juga menunjukkan bahwa membaca buku yang
dikombinasikan dengan sesi dukungan tentang bagaimana menggunakannya,
berhubungan dengan penurunan tingkat depresi setelah satu tahun dibandingkan
dengan pasien yang hanya menerima perawatan biasa. "Kami menemukan bahwa membaca
buku memiliki dampak klinis yang signifikan dan temuan ini sangat
menggembirakan," kata penulis studi, Christopher Williams, dari University
of Glasgow.
Mengapa Membaca Dapat
Mengubah Hidup Kita? Fakta telah membuktikan bahwa membaca dapat membuat kita
jauh lebih tahu dan tentu lebih cerdas.
Dari sebuah sumber menjelaskan bahwa membaca dapat mengubah hidup mereka
yang suka membaca buku karena beberapa alasan ini:
- Membaca memerlukan otak hingga menjadi aktif, mendorong neuron dan benar-benar membuat kita lebih pintar.
- Membaca menyebabkan dendrit (bagian dari neuron di mana kenangan yang disimpan) untuk membentuk, meningkatkan kapasitas memori.
- Membaca, karena memerlukan fokus, meningkatkan konsentrasi kita.
- Membaca, bila dilakukan untuk kesenangan, mengurangi stres dan baik untuk kesehatan secara keseluruhan.
- Membaca, karena itu membuat berpikir dan menerapkan apa yang telah dibaca, benar-benar meningkatkan keterampilan penalaran kita.
Hal tersebut sudah sangat jelas
menjadi fakta yang juga setidaknya membuat anak-anak cerdas karena rajin
membaca. Mereka mampu meningkatkan daya imajinasi, keterampilan dan penalaran
disetiap apa yang dibacanya.
Jika dahulu membaca hanya terfokus
pada buku saja, maka saat ini membaca dapat dilakukan melalui media internet
seperti wikipedia, dan banyak artikel yang beragam kita peroleh melalui media
tersebut. Terlebih dengan kemudahan yang diberikan teknologi internet saat ini
kita bisa membaca artikel atau buku yang kita mau melalui gadget ipad, tablet,
maupun smartphone.
Namun, keberadaan buku masih menjadi
hal yang sangat penting. Karena tidak semua orang sempat membaca dengan
smartphone atau tidak semua orang mampu mengakses buku melalui smartphone
karena masalah jaringan internet.
Namun faktanya, di jaman milenia
dimana orang bersentuhan hampir 24 jam dengan internet membuat perubahan besar
dalam dunia membaca. Dan inilah yang terjadi pada pelajar dunia:
·
Hanya 10% dari siswa menggunakan buku-buku dari
perpustakaan untuk membantu mereka belajar
·
100% siswa menggunakan Wikipedia (Perpustakaan online
terbesar) untuk belajar
·
80% siswa menggunakan jaringan sosial untuk membantu
mereka belajar
·
55% siswa menggunakan layanan online untuk membantu
mereka menulis makalah mereka
Meskipun demikian, membaca dimanapun
lebih baik daripada tidak membaca sama sekali. Begitu besar pengaruh membaca
dapat mengubah hidup manusia dari ketidak tahuan menjadi penuh wawasan. Dari
kebodohan menjadi kecerdasan. Itulah mengapa negara maju sangat memperhatikan
membaca dan perpustakaan.
Negara-negara maju seperti Jerman,
Perancis, Belanda mewajibkan siswa SMA harus menamatkan hingga 22-32 judul Buku
(1966-1975). Sedangkan di Indonesia, pada tahun 1950-1997 nol buku atau tidak
ada kewajiban untuk menamatkan satu judul buku pun. Dan kondisi ini masih
berlangsung hingga saat ini.
Bahkan Thailand saja hingga tamat dari SMA seorang
siswa harus tamat membaca buku hingga 5 Judul (1986-1991). Sementara di
Malaysia 6 judul Buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983), Jepang
15 judul buku (1969-1972).
Bagiamana dengan Indonesia? Sangat disayangkan Negara
yang pernah menjadi guru bagi negara-negara tetangga ini sangat buruk dalam
dunia membaca dimana Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 65 negara di
dunia. Atau peringkat 8 terakhir.
Minat membaca berbanding lurus dengan tingkat kemajuan
pendidikan suatu bangsa bangsa. Jepang yang pada tahun 1945 dibom oleh Sekutu
hingga dua kotanya hancur luluh, untuk bangkit pertama kali yang dilakukan
adalah dengan mengumpulkan para guru. Jepang yakin, bahwa mereka akan dapat
bangkit dan kembali menjadi salah satu negara terkemuka di dunia, adalah karena
kepeduliannya dengan pendidikan.
Membaca adalah hal yang fundamental,
dimana wawasan dunia dapat kita ketahui hanya dengan membaca baik buku, maupun
artikel-artikel yang tersebar dimedia. Sebuah pemikiran cerdas berawal dari
membaca itulah mengapa membaca menjadi titik awal kemajuan bangsa.
Bahkan seorang Bill Gates pun selalu membaca buku di kesehariannya dan memperlihatkan buku apa saja yang ia baca di website resminya. Begitupun dengan seorang Warren Buffet yang menjadi salah satu orang terkaya selain Bill Gates berkata bahwa buku mengubah dirinya, dan sangat terinspirasi oleh proffesor yang mengajarinya saat masih kuliah dengan buku yang proffesornya buat.
Bahkan seorang Bill Gates pun selalu membaca buku di kesehariannya dan memperlihatkan buku apa saja yang ia baca di website resminya. Begitupun dengan seorang Warren Buffet yang menjadi salah satu orang terkaya selain Bill Gates berkata bahwa buku mengubah dirinya, dan sangat terinspirasi oleh proffesor yang mengajarinya saat masih kuliah dengan buku yang proffesornya buat.
Membaca buku
adalah membuka jendela dunia, menyibak cakrawala ilmu pengetahuan. Oleh
karenanya budaya membaca harus digalakkan. Modernitas sebuah bangsa di
antaranya bisa diukur dengan tingkat kemelekan huruf dan budaya literasi
rakyatnya. Maka makin banyak orang membaca, makin modern bangsa tersebut.
Buku memang
pesona tersendiri bagi para kutu buku. Namun hati-hati. Kebiasaan membaca buku
tidak selalu melahirkan efek/dampak/ekses yang baik. Orang yang bernafsu tinggi
membaca buku akan bisa menjadi seperti kemungkinan-kemungkinan berikut ini:
1. Menjadi lebih pintar,
dewasa, makin bijak
Tentu membaca akan membuat seseorang bertambah pintar, dalam arti bertambah wawasan, bertambah ilmu pengetahuan. Dan sebagai eksesnya, bak filosofi dalam ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Makin banyak membaca buku, dia akan makin suka merendah. Dia tak akan menunjukkan bahwa dirinya banyak ilmu setelah membaca buku. Dia akan lebih dewasa secara sikap maupun perbuatan. Mampu memilah mana hal yang baik dilakukan dan mana yang buruk. Dia tidak akan bersikap menggurui. Namun pada saat yang tepat, dia akan tampil dengan segala potensi yang dimiliki. Untuk orang seperti ini, two thumbs up dari saya.
Tentu membaca akan membuat seseorang bertambah pintar, dalam arti bertambah wawasan, bertambah ilmu pengetahuan. Dan sebagai eksesnya, bak filosofi dalam ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Makin banyak membaca buku, dia akan makin suka merendah. Dia tak akan menunjukkan bahwa dirinya banyak ilmu setelah membaca buku. Dia akan lebih dewasa secara sikap maupun perbuatan. Mampu memilah mana hal yang baik dilakukan dan mana yang buruk. Dia tidak akan bersikap menggurui. Namun pada saat yang tepat, dia akan tampil dengan segala potensi yang dimiliki. Untuk orang seperti ini, two thumbs up dari saya.
2. Menjadi arogan, sok
pintar/sok benar sendiri dan gila hormat.
Efek kedua dari banyak membaca buku ini tidak jarang alias sering juga saya temui. Dia menjadi arogan, berkoar-koar bahwa dirinya telah membaca banyak buku penting, mengibarkan bendera sebagai penganut filsuf X atau madzab Y. Dia mudah dikenali, karena suka mendominasi pembicaraan di semua forum. Nada bicaranya keras dan pongah, suka mengutip pendapat filsuf ini dan membeberkan teori anu, walau kadang tidak kontekstual dengan tema diskusi, demi bermaksud membuat orang terkesan dan menyebut dia pintar. Dia kadang berhasil. Namun banyak kali orang-orang justru menghindar karena tersiksa dan mau muntah bila ada “si arogan dan benar sendiri” ini. Dia suka meneriakkan semacam tuduhan atau anjuran kepada orang lain, padahal dirinya sendiri sangat layak untuk mendapatkan tuduhan atau anjuran tersebut. Dalam kondisi seperti itu dia sangat menggelikan, namun dia tidak sadar bahwa dia menggelikan dan tingkahnya menjadi bahan tertawaan orang.
Efek kedua dari banyak membaca buku ini tidak jarang alias sering juga saya temui. Dia menjadi arogan, berkoar-koar bahwa dirinya telah membaca banyak buku penting, mengibarkan bendera sebagai penganut filsuf X atau madzab Y. Dia mudah dikenali, karena suka mendominasi pembicaraan di semua forum. Nada bicaranya keras dan pongah, suka mengutip pendapat filsuf ini dan membeberkan teori anu, walau kadang tidak kontekstual dengan tema diskusi, demi bermaksud membuat orang terkesan dan menyebut dia pintar. Dia kadang berhasil. Namun banyak kali orang-orang justru menghindar karena tersiksa dan mau muntah bila ada “si arogan dan benar sendiri” ini. Dia suka meneriakkan semacam tuduhan atau anjuran kepada orang lain, padahal dirinya sendiri sangat layak untuk mendapatkan tuduhan atau anjuran tersebut. Dalam kondisi seperti itu dia sangat menggelikan, namun dia tidak sadar bahwa dia menggelikan dan tingkahnya menjadi bahan tertawaan orang.
3. Menjadi stres/sakit
jiwa
Mereka orang-orang yang sangat gemar membaca buku. Buku apapaun dilahap. Hingga akhirnya mereka mulai menggemari buku-buku filsafat. Hingga suatu ketika keluarganya mendapati mereka punya kebiasaan-kebiasaan yang aneh bin ajaib. Sangat tidak teratur. Dari jarang mandi, jarang tidur, jarang pulang, jarang kuliah, dan jarang-jarang yang lain. Namun sekali tidur bisa berhari-hari tidak bangun. Kadang melamun seharian, diajak bicara siapa-siapa seolah tak mendengar. Badan bau, pakaian compang-camping, dan tak lagi tertarik lulus kuliah dan menikah. Tidur di sembarang tempat, di stasiun, di pekarangan rumah orang, di kuburan. Belakangan diketahui ternyata yang bersangkutan sakit jiwa sebagai efek membaca buku-buku yang “berat”. Hidupnya pun hingga menjelang tua tergantung pada keluarga. Serem deh. Pelajaran moralnya: Sebagai pembaca, kita harus mempunyai imunitas. Kita juga sekaligus menjadi filter. Jangan sampai kitagampang larut dalam sebuah pemikiran yang disajikan oleh buku yang kita baca. Salah-salah ketikabanyak pemikiran saling bertentangan, kita akan kebingungan sendiri. Stres jadinya.
Mereka orang-orang yang sangat gemar membaca buku. Buku apapaun dilahap. Hingga akhirnya mereka mulai menggemari buku-buku filsafat. Hingga suatu ketika keluarganya mendapati mereka punya kebiasaan-kebiasaan yang aneh bin ajaib. Sangat tidak teratur. Dari jarang mandi, jarang tidur, jarang pulang, jarang kuliah, dan jarang-jarang yang lain. Namun sekali tidur bisa berhari-hari tidak bangun. Kadang melamun seharian, diajak bicara siapa-siapa seolah tak mendengar. Badan bau, pakaian compang-camping, dan tak lagi tertarik lulus kuliah dan menikah. Tidur di sembarang tempat, di stasiun, di pekarangan rumah orang, di kuburan. Belakangan diketahui ternyata yang bersangkutan sakit jiwa sebagai efek membaca buku-buku yang “berat”. Hidupnya pun hingga menjelang tua tergantung pada keluarga. Serem deh. Pelajaran moralnya: Sebagai pembaca, kita harus mempunyai imunitas. Kita juga sekaligus menjadi filter. Jangan sampai kitagampang larut dalam sebuah pemikiran yang disajikan oleh buku yang kita baca. Salah-salah ketikabanyak pemikiran saling bertentangan, kita akan kebingungan sendiri. Stres jadinya.
Membaca buku
memang penting dan merupakan kebiasaan yang baik. Namun dengan menyadari
efek/dampak/ekses lain yang mungkin timbul dari nafsu yang tinggi membaca,
semoga kita mampu mengukur diri dan menimbang kemampuan kita sendiri sebelum:
membaca buku.
Dalam buku yang berjudul Anthropology
off the Shelf: Anthropologists on Writing
,
mengatakan bahwa “Books operate in many ways to
change people’s consciousness. Dalam buku tersebut beliau menjelaskan beberapa
pengalamannya khususnya dalam hal membaca buku. Beliau sering sekali membaca
buku yang bertemakan sejarah. Namun, buku sejarah yang dibacanya pun tidak
hanya satu buku, melainkan ada buku yang lainnya. “Lain kepala, lain
tangannya”, kata tersebut memang cocok dengan pengalaman-pengalaman membaca
Howard Zim. Isi dari salah satu buku dengan buku yang lain mempunyai isi yang
berbeda karena penulisnya pun berbeda. Setiap penulis memiliki cara pandang
yang berbeda terhadap sesuatu yang ditulisnya terutama buku-buku yang mengenai
sejarah. Buku-buku yang bertuliskan tentang sejarah tentu memiliki perbadaan
yang terkandung dalam buku tersebut. Hal ini disebabkan karena penulis dari
sejarah masing-masing memiliki keadaan yangg berbeda, misalnya dari segi
keadaan biologisnya, keadaan tempatnya dan sebagainya. Dalam setiap kegiatan
membaca buku, pada saat itu kita merasakan bahwa kita sendiri ada dalam cerita
tersebut. Seolah-olah kita mengalami sendiri akan kejadian itu dan terlibat
langsung didalamnya. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pengahayatan yang
terlalu dalam terhadap isi buku tersebut. Penghayatan tinggi terhadap suatu
bacaan memang baik, namun ada kalanya tidak semua buku yang dibaca mengandung
unsur-unsur logis. Oleh karena itu, sebagai pembaca yang baik hendaknya kita
harus lebih menelaah lebih jauh mengenai informasi yang terkandung dalam buku
tersebut. Usahayakan jangan hanya menelan mentah-mentah bacaan tersebut tanpa
mencari tahu kebenaran informasi dari buku tersebut.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic