Class Review 5
Malam
ini aku persembahkan sajak untuk sang malam :
Tekad
Mengarungi dera
kehidupan
Kuhempas kelelahan
Kuhadapi kenyataan
Kurangkul kewajiban
Waktu terus berputar
Kuharus tetap berjalan
Melangkah sekalipun
perih
Mencoba sekalipun sakit
Karena ku percaya, aku
tak sendiri
Masih ada rembulan dalam
malamku
Masih ada mentari dalam
siangku
Masih ada Tuhan dalam
setiap langkahku
Aku yakin aku bisa
Aku yakin aku mampu
Karena aku bukanlah yang
lemah
Karena aku bukanlah yang
kalah
Tapi karena aku adalah
yang terbaik
(
Oleh : Iskandar Aini )
Satu
kata yang selalu tertanam dalam diri yaitu semangat, semangat dan semangat.
Penggalan sajak tersebut memberi kekuatan agar saya menjadi pribadi yang
optimis. Tekad untuk menjadi yang terbaik, dan yakin Tuhan akan membantu setiap
umatnya yang mau berusaha dan tetap berusaha. Ini bukan perlombaan, tapi saya harus menjadi
pemenang. Menang dalam menaklukan segala tantangan yang ada dihadapan
saya. pertarungan babak kelima siap
dimulai dan siap untuk menaklukan class review 5. Senjata sudah siap dan kini saatnya
bertempur. Mereview pertemuan mata kuliah writing pada pertemuan tanggal 4
Maret 2014. Lagi, Mr.Lala Bumela mengkritisi hasil critical review kami. Beliau
mengkategorikan kedalam tiga kategori yang akan diberikan pada hasil critical
review kami yakni weaknes, mistake dan ignorance.
Critical
review yang masuk pada kategori ignorance, sepertinya tidak ada dalam tulisan
kami. Rata-rata hanya kurang memahami wacana yang membuat tulisan kita ini
masih berada pada kategori mistake. Kategori tersebut bukan berarti tulisan
kami jelek, melainkan ini adalah proses awal untuk menghasilkan tulisan yang
bagus. Proses adalah hal yang paling utama dan beliau sangat menghargai sebuah
proses. Sementara untuk kategori weakness, hanya beberapa orang saja. mungkin
kategori ini lebih pada kurangnya bahan dari sumber lain sehingga kritik kita
kurang di dukung oleh pendukung yang kuat.
Berbicara
mengenai critical review minggu lalu, kami mendapat wacana mengenai Columbus.
Kita tahu bahwa cerita mengenai columbus adalah sebuah sejarah dunia. Buku
karya Howard Zinn ini menceritakan siapa dan bagaimana seseorang mampu
menemukan benua Amerika, tetapi beliau berani mengungkap kejanggalan yang
terjadi. Beliaupun menceritakan kembali awal dari kronologisnya. Cerita
mengenai Columbus memang sebuah sejarah, ini berkaitan dengan proses literasi.
1.
Histori
+ Literacy as social practice
Lireasi
sebagai praktek sosial keaksaraan kritis. Sebelum mengeksplorasi praktek sosial
dan budaya juga penting menetapkan keaksaraan seperti bahasa. Ini melibatkan
produk budaya , praktek dan proses. Keaksaraan adalah teknologi yang
dipelajari, tidak mudah dipelajari, tidak selalu ditawarkan kepada semua orang
dan dibentuk dengan cara yang berbeda dalam konteks dan situasi yang berbeda.
Pendekatan pengajaran keaksaraan telah berubah secara radikal dalam dua dekade
terakhir dan terus diperdebatkan. Literasi memang contoh dari “modal budaya”, ini mendorong untuk kembali
ke model tradisional reproduksi, pembelajaran berbasis konten dan keterampilan
berbasis pendidikan keaksaraan. Literasi selalu menjadi situs utama konsentrasi
budaya dan indikator kunci dari nilai-nilai budaya dan organisasi sosial.
2. Howard
Zinn mengajak para pembaca untuk memahami Contextualising.
Didalam nya kita harus mengetahui siapa maupun aktifitas apa yang sebenarnya
penulis suguhkan dalam karya tulisnya. Kontekstualisasi isyarat yang umum
diantaranya:
Non-Verbal
: gestur, ekspresi wajah, gerakan mata, tatapan mata, postur, gerakan tubuh,
arah wajah, gaya gerak tubuh, posisi tubuh, (Paralinguistik : shift volume,
shift berirama, shift kecepatan, pola stres dan pola intonasi).
Isyarat cluster systematic
: Daftarkan shift (Formal, informal), Pergeseran variety (misal indian english,
african american eglish, Appalacian english ke standar english). (Diadaptasi
dari Bloome 2005)
Paper
yang kami buat ini mengacu pada discourse yang memiliki kekuatan dalam text
maupun context.
Discourse :
Definisi secara sederhana dari discourse yakni penggunaan bahasa (bahasa yang
digunakan). Bahasa memang selalu digunakan, tapi mengapa tidak menyebutnya
“Language” saja? karena fitur wacana mendefinisikan bahwa (in-use “digunakan”)
adalah bukan komponen penting. Namun beberapa ahli mendefinisikan bahwa fitur
bahasa adalah kemampuan untuk mengkontekstualisasikan kata dalam kalimat.
(Rymes, 2008 : 13)
Text
: merupakan pusat pendekatan literasi kritis. Semua bahasa, interaksi,
komunikasi, pesan atau makna akan menjadi sebuah teks. Teks bukan hanya dengan
tertulis, dalam sosiolinguistik teks mengacu pada bagaimana berbicara, memberi
pesan visual atau membuat sebuah keputusan. Sehingga banyak sekali pengolah
teks yang bisa diproduksi.
Dibawah
ini adalah kunci untuk memahami writing :
1.
Context
Van
Dijk pada konteks, ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi
oleh) wacana. Tetapi cara peserta mendefinisikan situasi. Konteks demikian
bukan semacam kondisi objektif, atau penyebab langsung, melainkan (inter)
konstruksi subjektif dirancang dan diperbarui dalam interaksi oleh peserta
sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Maka semua orang dalam situasi sosial
yang sama akan berbicara dengan cara yang sama, sehingga konteks adalah peserta
konstruksi.
Jadi
bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang mengelilingi
penggunaan bahasa, kita harus melihatnya sebagai interaktif sosial yang
berkelanjutan dan terikat waktu. (Duranti dan Goodwin, 1992)
(Cutting,
2003 : 3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks, yaitu :
The situational context
: apa yang masyarakat tau tentang sesuatu yang mereka lihat di sekitar.
The
background knowledge context : apa yang masyarakat tau tentang dunia, tentang
aspek kehidupan dan lainnya.
The co-textual context : apa yang masyarakat tahu tentang apa yang
telah dikatakan.
Sementara
itu menurut Haliday dimensi tentang
konteks antara lain :
Field mengacu pada apa
yang terjadi, jenis aksi sosial atau apa yang ada dalam teks (Topik bersama
dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola yang biasanya
digunakan untuk mengekspresikannya)
Tenor mengacu pada siapa yang mengambil bagian, atau
peran hubungan (status dan kekuasaan, misalnya pengaruh keterlibatan,
formalitas, dan kesopanan).
Mode mengacu pada
bahasa yang digunakan (apakah lisan atau tertulis, bagaimana strukturnya, dan
sebagainya).
Fairclough (1992)
melihat wacana sebagai penghubung diantara konteks lokal dari situasi dan
konteks kelembagaan budaya. Hal ini karena didalam wacana “perintah dari
wacana” atau disetujui praktek kelembagaan seperti tugas universitas, seminar,
esai, dan sebagainya. Jadi misalnya dengan menyediakan siswa dengan dasar
sosial cara berkomunikasi, teori kritis berpendapat bahwa genre kita
mengajarkan nilai-nilai kelompok sosial yang kuat dengan memperkuat peran
sosial tertentu dan hubungan antara penulis dan pembaca. (Hyland, 2002;2009 : 47)
2.
Literacy
Pandangan
sosial mengenai literasi, antara lain :
·
Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh
lebih baik dipraktekan dalam sebuah tulisan.
·
Orang-orang memiliki kemahiran berbeda
yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan.
·
Praktek literasi masyarakat terletak
dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan
pengaturan peristiwa literasi.
·
Praktek literasi berpola oleh
lembaga-lembaga sosial, kekuasaan maupun kemahirannya akan terlihat berpengaruh
daripada yang lain.
·
Literasi didasarkan pada simbol sebagai
cara untuk mewakili dunia kepada orang lain.
·
Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan
dengan panduan tindakan literasi kita untuk komunikasi.
·
Sejarah kehidupan kita mengandung banyak
peristiwa literasi.
·
Sebuah peristiwa literasi juga memiliki
sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
(Hyland,
2002;2009 : 49)
“Literasi
dan kekuasaan “ tidak semua prakek literasi adalah sama. Negara memiliki
kekuatan yang sama besar untuk mendefinisikan literasi, buta aksara label,
mengatur kelompok-kelompok tertentu, dan membatasi akses pengetahuan. Arti dari
praktek literasi dominan di bangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang
cukup besar dalam masyarakat kita, seperti pendidikan dan hukum.
Lembaga-lembaga pengendalian tegak dan mendukung khusus nya praktek bergengsi
dan kemudian mempertahankan kesenjangan sosial melalui pengecualian dari
mereka. Lainnya tindakan menulis sebaliknya kurang di dukung dan kurang
berpengaruh. (Hyland 2002;2009 : 51)
3.
Culture
Gagasan
bahwa pengalaman menulis dari praktek literasi yang berbeda masyarakat akan
mempengaruhi pilihan linguistik mereka yang menunjukan bahwa guru harus
mempertimbangkan bagian budaya dalam menulis. Budaya secara umum dipahami
sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan
kita untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan pengetahuan dan
keyakinan kita tentang dunia (Lantof, 1999). Akibatnya bahasa dan pembelajaran
dikepung dengan budaya.
4.
Technology
Dibawah ini terdapat beberapa pengaruh
teknologi elektronik terhadap literasi :
·
Mengubah penciptaan, mengedit, dan
memformat proses.
·
Mengkombinasikan teks tertulis dengan
media visual dan audio lebih mudah.
·
Mendorong proses non-linear dan proses
membaca melalui hypertext link.
·
Tantangan pemikiran tradisional tentang
kepenulisan, wewenang, dan intelektual.
·
Mengizinkan penulis untuk mengakses
informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi dengan cara baru.
·
Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca.
·
Memperluas berbagai genre dan peluang
memperluas pencapaian pembaca.
·
Memperkenalkan kemungkinan untuk
membangun dan memproyeksikan identitas sosial, dan memfasilitasi pada komunitas
wacana on-line.
·
Meningkatkan marginalisasi penulis yang
terisolasi menggunakan teknologi baru.
·
Penawaran tantangan untuk menulis dan
peluang praktek.
(Hyland, 2002;2009 : 58)
5.
Genre
“Two
School Genre”
Explanation instruction
: penjelasan
ditulis untuk menjelaskan proses yang terlibat dalam fenomena atau bagaimana
sesuatu itu terjadi.
Instruction are written
to describe how something should be done : ditulis untuk
menggambarkan bagaimana sesuatu harus dilakukan.
Explanation usually
consist of : pernyataan umum untuk memperkenalkan
topik, serangkaian langkah-langkah logis, menjelaskan bagaimana atau sesuatu
terjadi.
Instruction usually
consist of : sebuah pernyataan dari apa yang akan
dicapai, daftar bahan atau peralatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Explanation are usually
written : dalam simple present tense menggunakan kronologis
and/or, konjungsi kausalnya menggunakan “action” verba.
Instruction are usually
written : dalam simple present tense atau kalimat imperative
dalam kronologisnya terfokus pada generalisasi umum, bukan individu.
·
Penjelasan biasanya ditemukan di dalam
ilmu pengetahua, geografi, sejarah, dan buku teks ilmu sosial.
·
Instruksi biasanya ditemukan dalam
intruksi manual.
(Hyland, 2002;2009 : 64)
6.
Identity
Penelitian baru telah menekankan
hubungan antara menulis dan seorang penulis itu sangat dekat. Dalam arti luas
identity mengacu pada cara seseorang menampilkan tulisannya.
Kinerja sosial dicapai dengan menggambar
dengan tepat sumberdaya linguistik. Identitas sebuah teks akan dipandang
apabila dibangun oleh teks dengan pilihan bahasa yang tepat. Apakah identitas
itu mutlak? Identitas adalah kinerja, membangun identitas diri sebagai anggota
dari kelompok sosial tertentu. Sehingga identitas itu adalah sesuatu yang kita
lakukan, dalam hal ini adalah menulis. (Banwell
dan Stokoe, 2006 : 6)
Kembali
pada critical review yang telah kami buat, yang semula berbahasa indonesia akan
distandarkan kedalam bahasa inggris. Oleh karena itu kami diminta untuk membuat
sebuah karangan mengenai Christopher Columbus dalam bahasa inggris. Dengan
waktu 30 menit kami harus mampu menulis beberapa paragraf. Waktupun telah
berlalu, dan dibawah ini adalah paragraf pertama yang telah ditulis dalam
karangan saya.
Talking about the history of the world, many stories and
mysteries in it. That we do not know the facts. Each person usually only know
the historical actors, without know the story. Therefore a lot of history books
that has been made by the author with a view to give the real facts. One of the
authors was Howard Zinn. He has made a book about the history of the man who discovered
America Continent. In his book relates that the inventor of the America
Continent is an explorer who sailed across the Atlantic ocean. He is Cristopher
Columbus.
Paragraf
tersebut mendapat kritik dari Mr. Lala Bumela. Beliau tidak suka dengan beberapa
kalimat di awal paragraf. Beliau lebih suka apabila saya langsung membahas poin
utama yang akan saya kembangkan. Ini menjadi masukan positif untuk saya,dan
untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikan penempatan kalimat.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa paper critical review membutuhkan strategi khusus agar
mampu menghipnotis para pembaca, dan didalamnya tidak lepas dari keterikatan discourse,
text
dan context.
Terlebih kita harus memahami pentingnya literacy, culture, technology, genre,
identity, dan context.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic