We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 11 Maret 2014

Bertempur Melawan Kantuk



Class Review 5
Malam ini aku persembahkan sajak untuk sang malam :
Tekad
Mengarungi dera kehidupan
Kuhempas kelelahan
Kuhadapi kenyataan
Kurangkul kewajiban

Waktu terus berputar
Kuharus tetap berjalan
Melangkah sekalipun perih
Mencoba sekalipun sakit
Karena ku percaya, aku tak sendiri
Masih ada rembulan dalam malamku
Masih ada mentari dalam siangku
Masih ada Tuhan dalam setiap langkahku

Aku yakin aku bisa
Aku yakin aku mampu
Karena aku bukanlah yang lemah
Karena aku bukanlah yang kalah
Tapi karena aku adalah yang terbaik
( Oleh : Iskandar Aini )

Satu kata yang selalu tertanam dalam diri yaitu semangat, semangat dan semangat. Penggalan sajak tersebut memberi kekuatan agar saya menjadi pribadi yang optimis. Tekad untuk menjadi yang terbaik, dan yakin Tuhan akan membantu setiap umatnya yang mau berusaha dan tetap berusaha. Ini  bukan perlombaan, tapi saya harus menjadi pemenang. Menang dalam menaklukan segala tantangan yang ada dihadapan saya.  pertarungan babak kelima siap dimulai dan siap untuk menaklukan class review 5. Senjata sudah siap dan kini saatnya bertempur. Mereview pertemuan mata kuliah writing pada pertemuan tanggal 4 Maret 2014. Lagi, Mr.Lala Bumela mengkritisi hasil critical review kami. Beliau mengkategorikan kedalam tiga kategori yang akan diberikan pada hasil critical review kami yakni weaknes, mistake dan ignorance.
Critical review yang masuk pada kategori ignorance, sepertinya tidak ada dalam tulisan kami. Rata-rata hanya kurang memahami wacana yang membuat tulisan kita ini masih berada pada kategori mistake. Kategori tersebut bukan berarti tulisan kami jelek, melainkan ini adalah proses awal untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Proses adalah hal yang paling utama dan beliau sangat menghargai sebuah proses. Sementara untuk kategori weakness, hanya beberapa orang saja. mungkin kategori ini lebih pada kurangnya bahan dari sumber lain sehingga kritik kita kurang di dukung oleh pendukung yang kuat.
Berbicara mengenai critical review minggu lalu, kami mendapat wacana mengenai Columbus. Kita tahu bahwa cerita mengenai columbus adalah sebuah sejarah dunia. Buku karya Howard Zinn ini menceritakan siapa dan bagaimana seseorang mampu menemukan benua Amerika, tetapi beliau berani mengungkap kejanggalan yang terjadi. Beliaupun menceritakan kembali awal dari kronologisnya. Cerita mengenai Columbus memang sebuah sejarah, ini berkaitan dengan proses literasi.
1.      Histori + Literacy as social practice
Lireasi sebagai praktek sosial keaksaraan kritis. Sebelum mengeksplorasi praktek sosial dan budaya juga penting menetapkan keaksaraan seperti bahasa. Ini melibatkan produk budaya , praktek dan proses. Keaksaraan adalah teknologi yang dipelajari, tidak mudah dipelajari, tidak selalu ditawarkan kepada semua orang dan dibentuk dengan cara yang berbeda dalam konteks dan situasi yang berbeda. Pendekatan pengajaran keaksaraan telah berubah secara radikal dalam dua dekade terakhir dan terus diperdebatkan. Literasi memang contoh dari  “modal budaya”, ini mendorong untuk kembali ke model tradisional reproduksi, pembelajaran berbasis konten dan keterampilan berbasis pendidikan keaksaraan. Literasi selalu menjadi situs utama konsentrasi budaya dan indikator kunci dari nilai-nilai budaya dan organisasi sosial.

2.      Howard Zinn mengajak para pembaca untuk memahami Contextualising. Didalam nya kita harus mengetahui siapa maupun aktifitas apa yang sebenarnya penulis suguhkan dalam karya tulisnya. Kontekstualisasi isyarat yang umum diantaranya:
Non-Verbal : gestur, ekspresi wajah, gerakan mata, tatapan mata, postur, gerakan tubuh, arah wajah, gaya gerak tubuh, posisi tubuh, (Paralinguistik : shift volume, shift berirama, shift kecepatan, pola stres dan pola intonasi).
Isyarat cluster systematic : Daftarkan shift (Formal, informal), Pergeseran variety (misal indian english, african american eglish, Appalacian english ke standar english). (Diadaptasi dari Bloome 2005)

Paper yang kami buat ini mengacu pada discourse yang memiliki kekuatan dalam text maupun context.
Discourse : Definisi secara sederhana dari discourse yakni penggunaan bahasa (bahasa yang digunakan). Bahasa memang selalu digunakan, tapi mengapa tidak menyebutnya “Language” saja? karena fitur wacana mendefinisikan bahwa (in-use “digunakan”) adalah bukan komponen penting. Namun beberapa ahli mendefinisikan bahwa fitur bahasa adalah kemampuan untuk mengkontekstualisasikan kata dalam kalimat. (Rymes, 2008 : 13)
Text : merupakan pusat pendekatan literasi kritis. Semua bahasa, interaksi, komunikasi, pesan atau makna akan menjadi sebuah teks. Teks bukan hanya dengan tertulis, dalam sosiolinguistik teks mengacu pada bagaimana berbicara, memberi pesan visual atau membuat sebuah keputusan. Sehingga banyak sekali pengolah teks yang bisa diproduksi.

Dibawah ini adalah kunci untuk memahami writing :
1.      Context
Van Dijk pada konteks, ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) wacana. Tetapi cara peserta mendefinisikan situasi. Konteks demikian bukan semacam kondisi objektif, atau penyebab langsung, melainkan (inter) konstruksi subjektif dirancang dan diperbarui dalam interaksi oleh peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Maka semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama, sehingga konteks adalah peserta konstruksi.
Jadi bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang mengelilingi penggunaan bahasa, kita harus melihatnya sebagai interaktif sosial yang berkelanjutan dan terikat waktu. (Duranti dan Goodwin, 1992)
(Cutting, 2003 : 3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama konteks, yaitu :
The situational context : apa yang masyarakat tau tentang sesuatu yang mereka lihat di sekitar.
The background knowledge context : apa yang masyarakat tau tentang dunia, tentang aspek kehidupan dan lainnya.
The co-textual context  : apa yang masyarakat tahu tentang apa yang telah dikatakan.
Sementara itu menurut Haliday dimensi tentang konteks antara lain :
Field mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial atau apa yang ada dalam teks (Topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola yang biasanya digunakan untuk mengekspresikannya)
Tenor  mengacu pada siapa yang mengambil bagian, atau peran hubungan (status dan kekuasaan, misalnya pengaruh keterlibatan, formalitas, dan kesopanan).
Mode mengacu pada bahasa yang digunakan (apakah lisan atau tertulis, bagaimana strukturnya, dan sebagainya).
Fairclough (1992) melihat wacana sebagai penghubung diantara konteks lokal dari situasi dan konteks kelembagaan budaya. Hal ini karena didalam wacana “perintah dari wacana” atau disetujui praktek kelembagaan seperti tugas universitas, seminar, esai, dan sebagainya. Jadi misalnya dengan menyediakan siswa dengan dasar sosial cara berkomunikasi, teori kritis berpendapat bahwa genre kita mengajarkan nilai-nilai kelompok sosial yang kuat dengan memperkuat peran sosial tertentu dan hubungan antara penulis dan pembaca. (Hyland, 2002;2009 : 47)
2.      Literacy
Pandangan sosial mengenai literasi, antara lain :
·         Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dipraktekan dalam sebuah tulisan.
·         Orang-orang memiliki kemahiran berbeda yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan.
·         Praktek literasi masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa literasi.
·         Praktek literasi berpola oleh lembaga-lembaga sosial, kekuasaan maupun kemahirannya akan terlihat berpengaruh daripada yang lain.
·         Literasi didasarkan pada simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang lain.
·         Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan tindakan literasi kita untuk komunikasi.
·         Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa literasi.
·         Sebuah peristiwa literasi juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
(Hyland, 2002;2009 : 49)

“Literasi dan kekuasaan “ tidak semua prakek literasi adalah sama. Negara memiliki kekuatan yang sama besar untuk mendefinisikan literasi, buta aksara label, mengatur kelompok-kelompok tertentu, dan membatasi akses pengetahuan. Arti dari praktek literasi dominan di bangun dalam konteks yang memiliki kekuatan yang cukup besar dalam masyarakat kita, seperti pendidikan dan hukum. Lembaga-lembaga pengendalian tegak dan mendukung khusus nya praktek bergengsi dan kemudian mempertahankan kesenjangan sosial melalui pengecualian dari mereka. Lainnya tindakan menulis sebaliknya kurang di dukung dan kurang berpengaruh. (Hyland 2002;2009 : 51)
3.      Culture
Gagasan bahwa pengalaman menulis dari praktek literasi yang berbeda masyarakat akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka yang menunjukan bahwa guru harus mempertimbangkan bagian budaya dalam menulis. Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantof, 1999). Akibatnya bahasa dan pembelajaran dikepung dengan budaya.
4.      Technology
Dibawah ini terdapat beberapa pengaruh teknologi elektronik terhadap literasi :
·         Mengubah penciptaan, mengedit, dan memformat proses.
·         Mengkombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah.
·         Mendorong proses non-linear dan proses membaca melalui hypertext link.
·         Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan, wewenang, dan intelektual.
·         Mengizinkan penulis untuk mengakses informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi dengan cara baru.
·         Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca.
·         Memperluas berbagai genre dan peluang memperluas pencapaian pembaca.
·         Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan identitas sosial, dan memfasilitasi pada komunitas wacana on-line.
·         Meningkatkan marginalisasi penulis yang terisolasi menggunakan teknologi baru.
·         Penawaran tantangan untuk menulis dan peluang praktek.
(Hyland, 2002;2009 : 58)

5.      Genre
“Two School Genre”
Explanation instruction : penjelasan ditulis untuk menjelaskan proses yang terlibat dalam fenomena atau bagaimana sesuatu itu terjadi.
Instruction are written to describe how something should be done : ditulis untuk menggambarkan bagaimana sesuatu harus dilakukan.
Explanation usually consist of : pernyataan umum untuk memperkenalkan topik, serangkaian langkah-langkah logis, menjelaskan bagaimana atau sesuatu terjadi.
Instruction usually consist of : sebuah pernyataan dari apa yang akan dicapai, daftar bahan atau peralatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Explanation are usually written : dalam simple present tense menggunakan kronologis and/or, konjungsi kausalnya menggunakan “action” verba.
Instruction are usually written : dalam simple present tense atau kalimat imperative dalam kronologisnya terfokus pada generalisasi umum, bukan individu.
·         Penjelasan biasanya ditemukan di dalam ilmu pengetahua, geografi, sejarah, dan buku teks ilmu sosial.
·         Instruksi biasanya ditemukan dalam intruksi manual.
(Hyland, 2002;2009 : 64)

6.      Identity
Penelitian baru telah menekankan hubungan antara menulis dan seorang penulis itu sangat dekat. Dalam arti luas identity mengacu pada cara seseorang menampilkan tulisannya.
Kinerja sosial dicapai dengan menggambar dengan tepat sumberdaya linguistik. Identitas sebuah teks akan dipandang apabila dibangun oleh teks dengan pilihan bahasa yang tepat. Apakah identitas itu mutlak? Identitas adalah kinerja, membangun identitas diri sebagai anggota dari kelompok sosial tertentu. Sehingga identitas itu adalah sesuatu yang kita lakukan, dalam hal ini adalah menulis.  (Banwell dan Stokoe, 2006 : 6)

Kembali pada critical review yang telah kami buat, yang semula berbahasa indonesia akan distandarkan kedalam bahasa inggris. Oleh karena itu kami diminta untuk membuat sebuah karangan mengenai Christopher Columbus dalam bahasa inggris. Dengan waktu 30 menit kami harus mampu menulis beberapa paragraf. Waktupun telah berlalu, dan dibawah ini adalah paragraf pertama yang telah ditulis dalam karangan saya.
Talking about the history of the world, many stories and mysteries in it. That we do not know the facts. Each person usually only know the historical actors, without know the story. Therefore a lot of history books that has been made by the author with a view to give the real facts. One of the authors was Howard Zinn. He has made a book about the history of the man who discovered America Continent. In his book relates that the inventor of the America Continent is an explorer who sailed across the Atlantic ocean. He is Cristopher Columbus.
Paragraf tersebut mendapat kritik dari Mr. Lala Bumela. Beliau tidak suka dengan beberapa kalimat di awal paragraf. Beliau lebih suka apabila saya langsung membahas poin utama yang akan saya kembangkan. Ini menjadi masukan positif untuk saya,dan untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikan penempatan kalimat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa paper critical review membutuhkan strategi khusus agar mampu menghipnotis para pembaca, dan didalamnya tidak lepas dari keterikatan discourse, text dan context. Terlebih kita harus memahami pentingnya literacy, culture, technology, genre, identity, dan context.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic