We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 04 Maret 2014

Berawal dari Perbedaan

            Malam selalu menjadi waktu yang tepat untuk mengukir sejarah. Bukan karena udaranya yang terasa dingin menusuk tulang, tak ada cahaya sang mentari, ataupun malam selalu identik dengan kegelapan, melainkan karena bagiku malam adalah sepi yang bisa mendatangkan ide dan perasaan untuk menyerang rasa malas.
            Tersadar bahwa mata kuliah Writing and Composition 4 ini sebuah reaksi reduksi dan oksidasi atau lebih kita kenal dengan reaksi redoks. Sama-sama mengalami penurunan dan peningkatan. Bila reduksi berarti penurunan biloks, tetapi dalam mata kuliah Writing and Composition 4 ini merupakan penurunan daya tahan tubuh akibat keseringan begadang. Begitupun dengan oksidasi yaitu peningkatan biloks sementara dalam mata kuliah Writing and Composition 4 ini yaitu peningkatan pengetahuan dan kemampuan menulis.
            Hari selasa lalu, pertemuan diawali dengan pembahasan mengenai critical review minggu lalu. Critical review kami pada minggu lalu bisa dikatakan terjadi kesalahpahaman kami terhadap teks. Tanpa kami sadari, kami telah terjebak oleh kata religious harmony. Kami lebih membahas tentang religious harmony dari pada classroom discoursenya. Padahal teks yang berjudul “classroom discourse to foster religious harmony” karangan A. Chaedar Alwasilah tersebut sebenarnya intinya membahas tentang classroom discourse. Dan yang lebih mengagetkan ternyata bukan kelas kami saja yang terjebak, tapi kelas lainpun mengalami hal yang sama.
            Menurut A. Chaedar Alwasilah, religious harmony harus diterapkan terlebih dahulu di dalam classroom discourse. Berbicara tentang classroom discourse, discoure merupakan situs suci yang terdiri dari text dan context.
Discourse:
·         Text
·         Context : berprilaku tidak seperti text, misalnya cara berpakaian
            Kata kunci dari classroom discourse ada pada interaksi. Interaksi yang dilakukan akan melibatkan participants. Oleh karena itu classroom discourse itu complicated. Alasan mengapa classroom discourse itu complicated:
1.      Background
Perbedaan background bisa berupa perbedaan pada
·         Polotik
·         Ekonomi
·         Education
·         Etnik, dan sebagainya.
Bila backgroundnya sudah berbeda, otomatis pendekatan interaksinya akan berbeda pada setiap siswa. Maka perlu adanya classroom discourse yang tepat untuk menyatukan perbedaan background tersebut.
2.      Communicative strategies
Communicative strategies disini merupakan perancangan komunikasi yang dilakukan siswa terarah. Misalnya interaksi dosen dengan mahasiswa. Ketika mahasiswa berbicara dengan dosen, tentunya akan menggunakan bahasa yang berbeda dengan ketika berbicara dengan teman-temannya. Bahasa yang digunakan akan terdengar lebih lembut, sopan dan enak di dengar.
3.      Meaning-making practices
Meaning-making practices terjadi karena
·         Ideology          : merupakan sets of believe kita
·         Values             : semakin kita berusaha untuk belajar itu akan semakin bagus
Seperti yang kita ketahui bahwa proses educating itu ujung-ujungnya adalah values. Baik itu tertulis atau tidak. Contoh yang tertulis yaitu ketika kita telah menyelesaikan UAS di sekolah, kemudian kita akan diberi rapot yang didalamnya terdapat nilai-nilai tertulis hasil belajar kita selama satu semester. Sementara yang tidak tertulis bisa berupa hikmah dari sebuah kejadian.
            Teringat minggu lalu ketika Mr. Lala Bumela membahas tentang perbedaan tingkat kedisiplinan di Indonesia dan Australia. Tentu saja sangat berbeda. Seperti yang banyak orang ketahui bahwa Australia sangat terkenal dengan kedisiplinannya. Misalnya saja siswa-siswa di Australia akan menjaga kebersihan di kelasnya dan tidak akan ribut ketika masuk dan keluar kelas. Sementara di Indonesia, masih sering siswa-siswa membuang sampah di kelasnya dan sudah menjadi kebiasaan bila siswa-siswa selalu ribut ketika masuk dan keluar kelas.
            Kembali ke pembahasan critical review. Ketika ingin menulis critical review, pertama-tama kita harus tahu kita akan mulai menulis darimana kemudian kita juga harus tahu apa yang akan kita kritik.  Jika kita tidak mengetahui semua itu, bagaimana kita akan  menulis sebuah critical review yang luar biasa.
            Bila kita lihat hasil critical review kami pada minggu lalu, terdapat banyak sekali kekurangan. Diantaranya:
1)      Inti dari teksnya kurang kita kuasai
2)      Sudut pandang dari kemenagnya tidak ada
3)      Kita belum bisa berubah dari reader ke quality reader. Dan untuk menjadi quality reader syaratnya yaitu kita harus menjernihkan hati terlebih dahulu.
            Menarik sekali karena pada minggu lalu Mr. Lala Bumela membahas tentang agama. Seperti yang kita ketahui bahwa agama ini sangat tidak menyukai islam. Banyak golongan yang berusaha untuk menghancurkan islam. Salah satu contohnya yaitu kasus Jonnas Rivanno dan Asmirandah. Tapi selain itu, saya juga pernah menemui kasus yang serupa. Seorang dokter (muslim) menikah dengan wanita (non-muslim). Kemudian wanita tersebut menjadi mualaf. Tapi setelah mereka menikah sekitar dua tahun, mereka memutuskan untuk murtad. Kejadian ini sungguh sangat mempermainkan agama. Prinsip agama tersebut yaitu 3D (Dipacari, Dihamili, Di non-muslimkan).
            Berbicara mengenai agama ataupun keyakinan merupakan sesuatu yang sakral dan tidak bisa dikatakan pilihan. Tapi agama dan kepercayaan merupakan sebuah prinsip hidup yang wajib dipertahankan karena itu merupakan sesuatu yang secara langsung berhubungan dengan sang maha pencipta.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa religious harmony terlebih dahulu harus diterapkan di dalam classroom discourse. Discourse merupakan situs suci yang terdiri dari text dan context. Kata kunci dari classroom discourse itu berada pada interaksi dan melibatkan participants. Selain itu, untuk masalah agama, seharusnya dengan rasa toleransi yang tinggi, perbedaan agama bukanlah suatu masalah yang besar. Biarkan agamaku menjadi agamaku dan agamamu menjadi agamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic