Sepinya sang penulis
Setiap penulis harus berkarib dengan sepi. Bukan sepi yang
membunuh. Tapi sepi yang menghidupkan. Dimana penulis dapat mengerahkan seluruh
daya untuk menangkap seluruh ide yang ada di setiap tempat persembunyaianya.
Sepi tidak membunuh. Bahkan sepi menghidupkan. Sepi menghidupkan
setiap makna yang telah dituliskan lewat kata. Sepi bahkan harus mengiringi sang
pembaca untuk dapat menangkap makna yang terjerat dalam setiap kata.
Lewat sepi, pembaca dapat menjernihkan fikirannya. Lewat
menjernihkan fikiran, seorang pembaca dapat menaiki satu tingkat yang lebih
tinggi yaitu pembaca yang berkualitas. Karena setiap pembaca yang ingin mejadi
pembaca yang berkualitas salah satu syarat yang harus ia penuhi adalah
menjernihkan fikiran.
Membaca adalah sebuah kewajiban. Karena penulis yang baik ialah
pembaca yang baik (Chaedar Alwasilah:2013). Apalagi untuk kalangan akademis
yang notabene dia dituntut untuk dapat mnulis. Rasanya sebuah dosa jika kita
meninggalkan budaya membaca.
The man who does not read the books has no advantage over the man
who cannot read (Mark Twain).
Semua orang dapat membaca. Tapi tidak semua orang dapat menjadi
pembaca yang baik. Karena sesungguhnya pembaca yang baik ialah
Pembaca dapat memberi masukan (feedback) kepada penulis dengan
menuliskan respon konstruktif pada karangan. Respon
kostruktif inilah yang menuntut seseorang untuk berfikir kritis (critical
thinking).
Satu bulan kebelakang telah terbangun stamina bagi sang penulis dan
telah tercipta sedikit ‘nalar’ yang harus kita gunakan dalam menulis setiap
kata yang akan kita sampaikan. Stamina maupun nalar yang telah terbangun
sejatinya adalah sebuah bekal untuk kita dalam proses berfikir kritis.
Kata yang akan ditindak lanjuti menjadi beribu kalimat yang tersusun
dan terwujud dalam wadah critical review. Critical review sekarang haruslah
lebih baik dari sebelumnya. Dengan cara kita tahu harus masuk dari gerbang mana
untuk menuju persoalan inti yang harus kita kritik.
Critical review sebelumnya hasilnya kurang memuaskan. Bahkan
kebanyakan dari kami salah mnembak sasaran. Salah menuju gerbang dimana
nantinya kita akan memulai dan masih banyak kesalahan yang lain. Misalnya saja
pada critical review sebelumnya. Kebanyakan dari kami mengangkat tentang agama
(religious in harmony), padahal pada kenyataanya seharusnya kita harus
mengangkat tentang keduanya dengan tidak mengesampingkan classroom discourse.
Namun kebanyakan dari kami jatuh pada lubang yang sejenis. Salah sasaran.
Karena kebanyakan dari kami tidak membahas lebih jauh tentang
classroom discourse, maka sebagai evaluasi, Mr. lala bumela, M.Pd. pada
pertemuan keempat tanggal 25 Februari 2014 menjelaskan tentang classroom
discourse.
Kelas sebenarnya adalah tempat yang suci dan complicated. Kenapa
suci? Karena tidak sembarangan orang dapat masuk ke dalam kelas. Lalu kenapa
dikatakan complicated karena di dalam kelas terjadi interaksi.
Sebenarnya interaksi inilah yang menjadikan kelas complicated.
Seluruh pelajar yang terdapat dalam satu kelas meskipun mempunyai tujuan yang
sama yaitu belajar, namun ternyata diantara sekian banyaknya mempunyai latar
belakang yang berbeda.
Dari latar belakang berbeda inilah terjadi kompleksitas yang
semakin ruwed. Setiap pelajar baik siswa maupun mahasiswa mempunyai
latar belakang yang berbeda seperti halnya satatus sosial yang berbeda, jenis
jenjang pendidikan yang berbeda dan masih banyak lagi.
Perbedaan perbedaan latar belakang tersebutlah yang membuat pola
fikir mereka juga berbeda. Belum lagi mngenai interaksi yang harus dibangun
dari sekian banyaknya perbedaan. Selain perbedaan latar belakang tersebut ada
juga yang dinamakan dengan communicative strategis. Yang dimaksud dengan
communicative trategis disini ialah kita harus saling berinteraksi secara
komunikatif.
Untuk dapat berinteraksi secara komunikatif maka bahasa adalah
kuncinya. Karena bahasa merupakan syarat utama terbentuknya interaksi. Bahasa yang
digunakan di dalam kelas menggunakan bahas formal. Hal ini Karen sesuai dengan
konteksnya. Karena keadaan sosial dan interaksional konteks dapat berakibat
kepada penggunaan bahasa.
By analyzing discourse, and as a consequence, becoming aware of the
effect of social and interactional context on language function, we can begin
to harness agency in shaping classroom learning. (Besty Rymes: 2008)
Dari pernyataan besty rymes di atas kita ketahui pula bahwa,
hal-hal diats dapat terlibat dalam pemebntukan identitas siswa di dalam kelas. Menurut
Rymes, identitas seseorang pada dasarnya merupakn produk dari interaksi sosial.
Kemudian, James Gee, (dikutip dari Rymes: 2008) mendefinisikan bahwa identitas
hanyalah tipe atau jenis seseorang yang berada pada situasi tertentu. Sehingga perbedaan
identitas yang terdapat di kelas dapat membuat perbedaan jenis pengajarannya.
Identitas siswa baru dibangun melalui talk. Jika kita sebagai guru,
analisis kelas (wacana) memungkinkan kita untuk mempertimbangkan peran kita
dalam membangun identirtas bagi mereka.
Tiga dimensi potret kelas
Makna dan fungsi wacana kelas dibangun dari konteks sosial da
interaksional maupun keagenan individu. Ketiga komponen diatas saling terkait. Tidak
ada komponen yang bergerak tanpa memengaruhi komponen yang lainnya.
Jadi kesimupalnnya, kelas adalah tempat yang suci dan rumit karena
di dalamnya terdapat interaksi. Dimana agen-agen interaksi mempunyai latar
belakang yang berbeda. Interaksi yang dibangun dipengaruhi oleh konteks sosial.
Syarat interaksi sendiri ialah bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kelas
bersifat formal karena konteksnya juga formal. Kemudian interaksi sosial juga
dapat membangun identitas seseorang.
result of free writing
result of free writing
None can change
the awareness the generation if they don’t have a power to change the word. To
change the world all of the people don’t need a sword or grenade. But the
people who can change the word is the great one. Is the one who can write
something and change the awareness’s people. They can do it by the writing. As
howard zinn do.
They write about
the colombus. They write that the colombus do not discovered the American
trough his book. Whereas people know that the colombus is di discovered. Here,
we know that the writing can change the awareness. Someone who can write it
means he can change the awareness generation.
Christopher
Colombus is one of the history about American. The History of super power
country. Perhaps, none have a change that history. However with his power in
writing he can change the great history.
His writing can be
given by everyone not only because of his writing. But also about his
beckgroun. He is an activism, politicy, and historian. So, his writing have a
power or the fact that can make the writing given.
Beside that, based
on the howard zinn article, the fact not pure the fact. Someone who write
something it must be have a goal or purpose. So it did in the howard zinn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic