CLASS
REVIEW
Masa
liburan kini telah berakhir, saatnya kembali lagi ke kampus dan bersiap – siap
untuk menunggu tugas – tugas apa yang akan diberikan oleh dosen.
Hari
pertama masuk kuliah, 04 Februari 2014, kembali lagi kami bertemu dan dididik
oleh Mr. Lala Bumela, namun bukan pada
Mata Kuliah English Phonology seperti pada semester yang sebelumnya, akan
tetapi pada semester kali ini Mr. Lala
Bumela kembali mengajar Mata Kuliah Writing. Namun Mr. Lala Bumela mengatakan bahwa semester kali
ini bukan dengan Writing and Composition, namun lebih diarahkan kepada Academic
Writing.
Ketika
kita menulis dengan bentuk karya seperti Academic Writing, kita harus
memperhatikan hal yang penting dalam penulisannya, diantaranya sebagai berikut:
1. Using
3rd person point of view
Dalam Academic Writing, kita tidak
menuliskan 1st or 2nd person point of view: I, you, they,
we, she, he or it. Kita harus menggunakan 3rd person, karena kita
dianggap sebagai pengamat yang serba tahu.
2. Deductive
reasoning
Deductive reasoning, dimulai dari
pembahasan yang umum terlebih dahulu kemudian ke pembahasan yang lebih
spesisfik lagi dengan disertai contoh – contoh dan terdapat detail yang lebih
mudah namun dengan topic yang sangat complicated.
3. Using
semiformal voice (NO SLANG), and avoiding “Abbreviations”
Tentu saja dalam penulisan Academic
Writing kita tidka boleh menggunakan “bahasa gaul” dan menghindari penyingkatan
penulisan kata. Sebagain orang masih banyak juga yang menuliskan singkatan dan
bahasa gaul pada bidang akademik atau semacamnya.
Dengan kembalinya Mr. Lala Bumela mengajar dalam Mata Kuliah
Writing, sudah dapat dipastikan kami akan kembali lagi merasakan kantuk dipagi
hari ataupun disiang hari karena semalaman mengerjakan tugas yang diberikan
oleh Mr. Lala Bumela yang membuat kami
tak tenang tiap harinya, serta beberapa hal lainnya yang mungkin dirasakan oleh
mahasiswa lainnya. Namun demikian, dengan cara kita banyak melatih menulis,
kita pun jadi sering untuk berpikir dan beranggapan kritis terhadap suatu karya
atau buku. Dengan menulis kita juga bias memberikan informasi kepada pembaca.
Selain itu juga tulisan atau karya kita dapat terus hidup walaupun sang penulis
telah tiada, namun tidak dengan tulisannya yang akan hidup di dunia dan di
akhirat sebagai amal ibadah kita yang terus mengalir memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Tak
lupa juga Mr. Lala Bumela pun
menyampaikan mengenai kontrak belajar yang sesuai dengan silabus yang
diberikan. Namun sebelum menyampaikan mengenai hal tersebut, terlebih dahulu
beliau menunjuk beberapa dari kami untuk menyampaikan apa yang mereka dapat
ataupun hal yang baru bagi mereka dalam silabus tersebut. Baru setelah itu Mr. Lala Bumela menjelaskan secara langsung is
dari silabus itu sendiri. Beberapa hal dalam silabus itu sendiri mengenai
penambahan dalam penulisan class review, pada semester sebelumnya kami
diwajibkan untuk menulis empat halaman namun pada semester sekarang menjadi lima
halaman. Selain itu ketika kami menulis chapter review diharuskan tidak boleh
kurang dari sepuluh halaman. Pada semester sekarang kami juga diwajibkan untuk
memposting tugas yang kami selesaikan melalui blog (blogging). Blogging,
sebenarnya bukan menjadi hal yang asing lagi bagi kami, karena sebelumnya sudah
pernah kami lakukan juga pada Mata Kuliah Writing and Composition 1, kami
diwajibkan untuk memposting tugas – tugas kami melalui blog.
Setelah
itu, Mr. Lala Bumela memberitahukan
kedudukan kelas PBI – C yang mendapatkan peringkat kedua dengan nilai 84,59,
mengetahui hal tersebut kami sangatlah gembira karena kami pun tak menyangka
bahwa kami dapat menduduki posisi kedua.
Setelah
pembahasan tersebut, barulah Mr. Lala
Bumela memasuki pada materi yang telah disiapkan dalam sebuah tampilan
powerpoint. Dalam pembahasan materinya Mr.
Lala Bumela meng-highlight dari Ken Hyland.
Pertama,
tantangan untuk mempelajari bagaimana kita menulis dalam bahasa kedua karena
ketika kita menulis haruslah menghasilakn sesuatu yang brilliant agar bias
menginspirasu pembacanya.
Kedua,
native speakers sekalipun belum tentu bias menulis dengan hasil yang baik. Bagi
orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nomor 1 mereka pun
membutuhkan pengetahuan yang luas dan instruksi khusus.
Kita
bias lihat dari dua highlights tersebut, jika kita menginginkan kesuksesan
dalam hidup kita, maka kita pun harus mempunyai jam terbang yang lebih banyak
daripad orang lain, karena jika tidak begitu maka kita akan sejajar dengan
mereka yang biasa, tidak lebih tinggi dan tidak lebih jauh dari mereka.
Topik
pembahasan dalam bahasa Inggris sangatlah bervariatif, tidak hanya mencakup
wilayah grammar dan tidak harus mengenai pembahasan pronunciation. Dimensi
mengajar Mata Kuliah Writing, tidaklah semudah yang dikatakan kebanyakan orang,
karena ketika seorang guru mengajarkan Mata Kuliah Writing haruslah berevolusi,
makin meningkatkan isi materinya. Seperti contohnya jika seorang dosen
mengajarkan Mata Kuliah Writing di
semester selanjutnya dan dengan mengguanakn silabus yang sama, maka itulah yang
disebut dengan tidak berevolusi, karena dia tidak melakukan perubahan untuk
meningkatkan kualitas pengajaran Mata Kuliahnya.
“The
nature of good writing”, ketika kita membuat suatu karya tulis kita harus
menggunakan penulisan yang baik.
“The
nature of thexts and genres and how the reflect their use in particular
discourse communities” contoh dari ungkapan tersebut misalnya saja kita sedang
berkumpul dengan teman yang sama – sama berasal dari Jawa namun bukan dari
daerah yang sama, dan ketika salah seorang dari mereka membuat suatu lelucon,
meskipun mereka sama – sama orang Jawa akankah mereka mengerti dan menjadi hal
yang lucu bagi yang lain?
Hubungan
antara menulis dengan menggunakan bahasa pertama dan bahasa kedua, hubungan
kedua bahasa sangat penting karena hal tersebut mendefiniskan sifat dasar dari
bahasa yang kedua, jika perolehan bahasa kedua tidak jauh berbeda dalam
beberapa cara dari bahasa pertama maka tidaklah terlalu sulit untuk mengikutinya.
Dalam
slide powerpoint disebutkan pula harapan dari Ken Hyland. Pertama,
inginmenjadika guru bahasa menjadi guru menulis serta menjadikan seorang guru
yang efektif karena dengan begitu maka seorang guru dapat membuat pilihan
informasi tentang materi yang hendak disampaikan dan metode yang akan digunakan
serta prosedur yang akan digunakan dalam kelas, dan menjadi seorang guru yang
reflektif sedangkan untuk menjadi guru yang reflektif dibutuhkan pengetahuan
untuk menghubungkan kegiatan dalam kelas dengan teori yang sedang
disampaikannya, jadi ketika guru menerangkannya murid bias membayangkan materi
apa yang sedang disampaikan.
Menulis
melibatkan penyusan keterampilan dan pengetahuan tentang teks dan keonteks
serta pembaca.
Teks
dan konteks berhubungan satu sama lain. Teks dan konteks bias diumpamakan
seperti baju dan celena yang selalu dipakai manusia. Kita tidak bias memakai
satu, tanpa yang lainnya. Dan manusia diumpamakan sebagai pembacanya. Sebuah
konteks selalu ditemuka dalam sebuah teks dan teks berisikan konteks. Pembaca
tidak akan membaca tanpa teks dan konteks, karena itu adalah sumber bacaan.
Yang harus diingat “context is around a text”.
Menulis
juga membutuhkan praktek, sama saja seperti kerajinan apabila tidak sering
dipraktekab atau dilatih maka cara membuat kerajinannya pun akan terlupakan.
Begitu juga dengan menulis semakin kita malas menulis pola piker kita tidak
akan kritis terhadap sesuatu, tidak sama ketika kita selalu melatih menulis
maka kita akan peka dan bias juga untuk melatih memperkuat daya ingat kita.
Penggunaan
bahasa pertama sangatlah berpengaruh untuk bahasa kedua kita. Bahasa pertama
ini dijadikan dasar untuk bahasa kedua. Hal in sudah sedikit disinggung pada
bagian awal, bahwa jika bahasa pertama yang digunakan tidak jauh berbeda dengan
bahasa kedua maka tidaklah terlalu sulit untuk menguasainya.
Dari
pertemuan kali ini kita dapat mengetahui banyak manfaat menulis yang banyak
orang tidak sadar tentang betapa pentingnya menulis dalam kehidupan seharia -
harinya. Dengan menjadikan guru menulis
ialah dijadikan salah satu cara untuk membangun minat menulis siswa.
KESIMPULAN:
-
Please use in Academic
Writing:
1. Using
3rd person point of view
2. Deductive
reasoning
3. Semiformal
voice (NO SLANG), and avoiding “Abbreviations”
-
Dengan menulis kita
juga bias memberikan informasi kepada pembaca. Selain itu juga tulisan atau
karya kita dapat terus hidup.
Menulis
melibatkan penyusan keterampilan dan pengetahuan tentang teks dan keonteks
serta pembaca.
Teks
dan konteks berhubungan satu sama lain. Teks dan konteks bias diumpamakan
seperti baju dan celena yang selalu dipakai manusia. Kita tidak bias memakai
satu, tanpa yang lainnya. Dan manusia diumpamakan sebagai pembacanya. Sebuah
konteks selalu ditemuka dalam sebuah teks dan teks berisikan konteks. Pembaca
tidak akan membaca tanpa teks dan konteks, karena itu adalah sumber bacaan.
Yang harus diingat “context is around a text”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic