Chapter review
Lorong Rekayasa
Literasi
Dalam kehidupan kita, kita tak
pernah lepas dari yang namanya literasi. Menurut 7th Edition Advanced Learner’s
Dictionary definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Istilah yang
sering dipakai selain literasi adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran
bahasa (Setiadi, 2010). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat tidak
mencantumkan tema literasi, yang ada hanya literator dan literer. Literate
kadang diartikan sebagai educated yang mana pada masa silam membaca dan menulis
dianggap cukup sebagai pendidikan dasar akan tetapi dewasa ini pendidikan dasar
cukup mengandalkan membaca dan menulis saja. Guna membekali manusia mengahadapi
tantangan zaman.
Freebody dan
Luke menawarkan model literasi sebagai berikut:
1. Memahami kode dalam teks
2. Terlibat dalam memaknai teks
3. Menggunakan teks secara fungsioanal
4. Melakukan analisis dan tranformasi teks secara
kritis.
Literasi tetap
berkaitan dengan penggunaan bahasa dan kini maknanya semakin meluas dan
kompleks. Literasi merupakan kajian lints disiplin yang memiliki tujuh dimensi
yang terkait, yakni:
·
Dimensi geologis
·
Dimensi bidang
·
Dimensi keterampilan
·
Dimensi fungsi
·
Dimensi media
·
Dimensi jumlah
·
Dimensi bahasa
Dalam lima definisi di atas ada sepuluh gagasan kunci
yang merujuk perubahan
paradigma
literasi sesuai dengan tantangan zaman dan ilmu pengtahuan saat ini
1. Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Contoh lembaga sosial antara lain RT, RW, kelurahan, sampai dengan DPR dan
presiden yang memfasilitasi hidup masyrakat sebagai mesin birokrasi untuk
menjamin ketertiban sosial. Lembaga-lembaga ini menjalankan perannya dalam
fasilitas bahasa.
2. Tingkat kefasihan relatif
Kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda diperlukan dalam setiap interaksi, yakni
untuk memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi.
3. Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
Dengan literasi, seseorang mampu mengembangkan segala potensi diriny. Pada tahap tinggi orang
memproduksi dan mereproduksi ilmu pengetahuan.
4. Standar dunia
Rujuk mutu dalam persaingan global saat ini yang dikembangkan di tingkat
internasional hingga tingkat literasi suatu bangsa muadah dibandingkan dengan
bangsa lain. Hasil hasil evaluasi dilakukan melalui Progress in Internasional
Reading Literacy Study (PIRLS), Program for International Student Assessment
(PISA), dan the Third International Mathematics and Science (TIMSS) untuk
mengukur litersi membaca, matematika, dan IPA.
5. Warga masyarakat demokratis
Sebagai warga negara yang demokratis, pendidikan seharusnya menghasilkan
manusia yang memiliki literasi memadai. Media adalah salah satu pilar
demokrasi. Dengan kata lain, pendidikan demokrasi harus mendukung terciptanya
demokrasi bangsa.
6. Keragaman lokal
Manusia lokal membangun literasi dalam konteks lokalnya sebelum memasuki
konteks nasional, regional, dan global.
7. Hubungan global
Literasi tingkat dunia bergantung pada dua hal yaitu penguasaan teknologi
informasi dan penguasaan konsep atau pengatahuam yang tinggi sebagai dampak
teknologi komunikasi
8. Kewarganegaraan yang efektif
Kemampuan menjadi warga negara yang efektif di bekali oleh literasi, yakni
warga negara yang mampu megubah diri, menggali potensi diri, serta
berkontribusi bagi keluarga, lingkungan dan negaranya.
9. Bahasa Inggris ragam dunia
Pemahaman dan antisipasi atas ragam-ragam bahasa Inggris merupakan bagian
dari literasi global. Bahasa Inggris kini dipelajari oleh bangsa-bangsa di
seluruh dunia.
1. Kemampuan berpikir kritis
Literasi bukan sekedar mampu membaca dan menulis, melainkan juga
menggunakan bahasa itu secara fasih, efektif, dak kritis. Pengajaran bahasa
dengan demikian harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
Masyarakat semiotik
Semiotik adalah ilmu tentang tand. Budaya adalah sistem
tanda dan untuk memaknai tanda manusia harus menguasai literasi semiotik.
Selanjutnya,
pendidikan bahasa berbasis litersi dilaksanakan dengan mengikuti tujuh prinsip,
yaitu:
·
Literasi adalah kecakapan hidup (life skill) yang
memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
·
Literasi mencakup kemampuan reseftif dan produktif dalam
upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
·
Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
·
Litersi adalah refleksi pengetahuan dan apresiasi budaya.
·
Literasi adalah kegiatan refleksi diri.
·
Literasi adalah hasil kolabolari
·
Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.
Rapor merah
literasi anak negeri
Segaimana hasil proyek penelitian
dunia yang dikenal dengan Progress in Internasional Reading Literacy Study
(PIRLS), Program for International Student Assessment (PISA), dan the Third
International Mathematics and Science (TIMSS) dimana menyertakan Indonesia
sebagai anggotanya sejak 1999. Hasil proyek penelitian tersebut tingkat
litareasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa negara-negara lain.
Artinya pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga negara
literat yang siap bersaing dengan negara lain. Dalam skala internasional,
literasi siswa Indonesia belum kompetitif yang terlihat dari pendapatan
nasional perkapita, pendidikan orang tua, fasilitas belajar, lama belajar di
sekolah, dan human development index. Manusia literat merupaka SDM yang
memiliki potensi untuk membangun bangsa. Pendidikan litersi adalah investasi
jangka panjang yang berfungsi transformatif untuk meningkatkan HID dan menjamin
kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik.
Temuan PIRLS, Indonesia adalah
potret literasi Indonesia dalam skala internasional. Dalam laporan seperti ini
tidak akan ditemukan potret yang spesifik dan detail tentang penyebab dan
reliasasi pengajaran literasi di sekolah-sekolah.
Implementasi
Orang yang terdidik dan berbudaya
adalah orang yang literat. Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan
sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan
bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju pendidikan
dan pembudayaan. Perbaikan literasi menyangkut empat dimensi, yaitu:
·
Linguistik atau fokus teks
·
Kognitif atau fokus minda
·
Sosiokulturak atau fokus kelompok
·
Perkembangan atau fokus pertumbuhan
Literasi meliputi keterampilan menbaca dan
menulis. Dengan, demikian rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran
membaca dan menulis dalam empat dimensi
A. Dimensi
pengetahuan kebahasaan (fokus pada teks)
Membaca dan menulis memerlukan pengetahuan yang mancaku
sistem bahasa, persamaan dan perbadaan bahasa lisan dan tulis dan ragam bahasa
B. Dimensi pengatahuan kognitif (fokus pada
minda)
Membaca dan menulis memerlukan pengetahuan dan
keterampilan aktif, selektif, dan konstruktif saat membaca dan menulis,
memenfaatka pengetahuan yang ada, dan menggunkan proses mental dan strategi
untuk menghasilkan makna.
C. Pengetahuan perkembangan (fokus pada
pertumbuhan)
Literat merupakan proses “menjadi” atau secara
berangsur-angsur mengetahui tentang pembelajar yang aktif dan kostruktif dalam
perkembangan literasinya. Pemakaian berbagai strategi dan proses konstruksi
berbagai dimensi literasi, pengamatan atas dan melakukan transaks, bagaimana
menggunkan dukungan dan mediasi dari pelaku yang lebuh fasih, pemanfatan
pengetahuan yang diperolah lewat membaca untuk mendukung kegiatan, bagaimana
menegosiasi makna tekstual melalui pemakaian dan dukungan sisitem komunikasi
alternatif.
D. Pengatahuan sosiokultural (fokus pada
kelompok)
Membaca dan menulis memerlukan pengetahuan tentang:
·
Tujuan dan poal literasi yang beragam sesuai dengan
kelompok, daerah etnis, lembaga, agama, pekerjaan, status sosial dan sebaginya.
·
Aturan dan norma dalam melakukan transaksi denga bahsa
tulis sesuai dengan kelompok, daerah
etnis, lembaga, agama, pekerjaan, status sosial dan sebaginya.
·
Fitur-fitur linguistik dari berbagai teks untuk berbagai
tujuan di dalam dan untuk silang kelompok dam lembaga.
·
Bagaimana mengunakan literasi untuk memproduksi,
mengunakan, mempertahankan dan mengontrol pengatahuan di dalam dan silang
kelompok sosial dan lembaga.
·
Bentuk-bentuk funsi literasi yang bernilai tinggi dan
dipertahankan oleh berbagai kelompok.
·
Kemampuan melakukan kritik teks dari berbagau kelompok
sosial dan lembaga.
Keempat dimensi yang telah disebutkan di atas merupakan
kegiatan literasi yang serentak melibatkan keempat dimensinya. Literasi tidak
hanya sekedar menguasai alfabet atau hanya mengertti hubungan antara bunyi
dengan simbol tulisannya, tetapi simbol itu difungsikan secara bernalar dalam
konteks sosial. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat literasi
seseorang. Bagaimana literasi diajarkan
bergantung pada paradigma literasi itu sendiri. Dari zaman dahulu berfokus pada empat
ketermpilan bahasa yakni, menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam
pembelajaran bahasa asing istilah atau pendekatan literasi kurang dikenal. Yang
lebih dikenal dalah empat keterampilan bahasa.
Kurikulum pembelajaran bahasa asing
pada tingkat dasar cenderung bersifat text-centric,
bukan reader cenric dan writer centric yang berfokus pada
ketepatan dan konvensi bahasa dalam bentuk tata bahasa, ejaan, pemakaian bahasa
dan tulisan yang diperkenalkan yang biasanya disajikan dalam bentuk essai
singkat. Sedangkan pada kurikulum tingkat tinggi (S1) pendidikan bahasa asing
ditambah tiga komponen, yaitu:
·
Muatan kultural, termasuk pengetahuan silang budaya dan
apresiasi sastra.
·
Muatan kognitif yaitu kemampuan menganalisis teks dan
kemampuan berpikir kritis.
·
Muatan reproduksi yaitu kemampuan mengunakan bahasa asing
untuk reprodusi pengetahuan.
Mengajarkan literasi pada intinya menjadikan manusia yang
secara fungsional mampu berbaca-tulis, terdidik, cerdas dan menunjukkan
apresiasi terhadap sastra. Dalam garis besarnya, ada tiga paradigma
pembelajaran literasi, yaitu:
·
Paradigma decoding, menyatakan bahwa grofofonem berfungsi
sebagai pintu masuk literasi dan belajar bahasa dimulai dengan menguasai
bagian-bagian bahasa. Dalam paradigma ini berlaku rumus. Perkembangan literasi= belajar ihwal literasi=> belajar literasi=> belajar melalui literasi.
·
Paradigma keterampilan, penguasaan morfem dan kosa kata
adalah dasar utuk membaca. Dalam rapadigma ini berlaku rumus.
Perkembangan literasi= belajar ihwal literasi=> belajar literasi=> belajar melalui literasi.
·
Paradigma bahasa secara utuh, paradigma ini menolak
pembelajaran yang meletakkan fokus pada bagian atau serpihan bahasa
pembelajaran. Bahasa harus berfokus pada pembelajaran makna yaitu kegiatan
mengajarkan makna secara utuh. Dalam paradigma ini berlaku rumus.
Perkembangan literasi=belajar melalui literasi=> belajar literasi=> belajar ihwal literasi.
Jadi kita dapat
menarik kesimpulan bahwa Dr. A. Chaedar A. Mengarttikan rekayasa literasi
adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan terdidik dan
berbudaya melalui pengetahuan bahasa secara optimal. Literasi tidak hanya
merujuk pada kemampuan membaca dan menulis saja dan kini maknanya semakin
meluas dan kompleks. Tidak hanya sampai di situ literasi terkait dengan
lombatan ekonomi, lombatan teknologi, lombatan politik dan lombatan
pengetahuan. Rekayasa literasi pula membka mata kita tentang bagaimana
sebenarnya tingkat literasi siswa di Indonesia. Yang mencengangkan, tingkat
literasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh negara-negara lain. Hal ini
tercermin dalm pendapatan nasional perkapita, pendidikan orang tua, fasilitas
belajar, lama belajar di sekolah dan sumberdaya manusianya. Dalam hal ini
diperlukannya perbaikan rekayasa literasi yang menyangkut empat dimensi yakni,
linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan.
Rekayasa
literasi merupakan lorong yang akan mengantarkan kita kepada cahaya kehidupan.
Kehidupan yang sebenarnya yang kuncinya adalah membaca dan menulis. Terlihat
sedrhana memang, tetapi dalam implementsinya tidak sesederhana yang dibayangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic