Class review 2
Panas Dingin
“Panas, panas,
panas badan ini
Pusing, pusing, pusing kepala ini
Panas, panas, panas badan ini
Pusing, pusing, pusing kepala ini”
Petikan lirik lagu yang dinyanyikan
oleh group band Gigi di atas cukup mewakili apa yang terjadi. Badan ini panas,
kepala ini pusing. Ya apalagi kalau bukan kerena writing. Deadline yang kian
mengejar kian menambah buruk keadaan, bahkan lebih buruk dari gunung Kelud yang
meletus minggu lalu. Ini rasa tak adil bila terus diam. Menunggu nasib berharap
tugas ini bisa terselesaikan dengan sendirinya. Tidak! Tidak! Ini tak mungkin.
Dengan kepala keliyengan saya mulai menulis.
Langkah kakinya saat memasuki
ruangan tak terdengar. Tiba-tiba kelas jadi senyap, tegang. Saat itulah
pertemuan kedua mata kuliah writing dimulai (Selasa, 11 Februari 2014). Sedikit
membahas tentang tugas minggu lalu, mahasiswa dibuat berdebar-debar oleh Mr.
Lala. Bayangkan saja, tugas yang kami kerjakan satu persatu ditanyai dengan
pertanyaan kritis. Hal itu mungkin akan membuat mahasiswa yang tidak memahami
benar tentang apa yang mereka tulis mengalanmi "merinding disco" lantaran
tak mampu menjawab.
Beranjak pada materi inti, kita tak
akan jauh-jauh dari academic writing. Academic writing memiliki karakteristik
yang berlaku dalam dunia keilmuan yaitu, objektif, logis dan empiris. Selain
itu, ada beberapa hal yang membedakan antara academic writing dengan jenis
tulisan yang lainnya. Antara lain:
1. Formal
Gaya penulisan academic writing harus menggunakan bahasa yang formal karena
hal ini terkait dengan tujuan dari penulisa teks itu sendiri yang sangat kental
dengan dunia keilmuan.
2. Critical
Mahasiswa harus membuak diri dan siap menerima pemikiran baru dalam menulis
akademik. Membaca sumber yang diperlukan kritis dan manganalisis hasil
penulisan serta struktur penulisan yang ditulis.
3. Structure focus
Tidak seperti karya sastra atau karya tulis yang lainnya. Penulisan
academic writing harus mengikuti struktur yang telah ditentukan. Hal ini
terkait dengan sistematika penulisannya. Misalnya saja, dimana kita harus
meletakkan gagasan utema dalam tulisan kita.
4. Rigid
Academic writing bersifat kaku. Hal ini dikarenakan tujuan awal dari
academic writing itu sendiri yang kental dengan ilmu pengetahuan yang bersifat
formal, sehingga dalam penulisannya cenderung kaku dengan bahasa yang baku.
Dalam pembahasannya Mr. Lala
mengatakan bahwa dalam mata kuliah writing 4 ini kita diharuskan untuk mampu
berpikir kritis (Critical Thinking) kerena ranah tulisannya merupakan narah
akademik yng tidak boleh asal garap. Oleh karenanya, berpikir kritis sangatlah
diperlukan dalam academic writing ini. Yang menarik, bahwa siklus hidup manusia
tidak jauh dari berpikir, membaca dan menulis.
Hal ini membuktikan bahwa berpikir, membaca
dan menulis merupakan aktivitas yang saling berkaitan.
Jika kita cermati dari waktu ke
waktu, semakin lama kegiatan menulis menjadi semakin sulit dilakukan. Hal ini
dikarenakan ide atau gagasan yang kita tuangkan. Semakin rumit ide atau gagasan
yang kita tulis maka proses menulisnya pun akan semakin sulit.
Menulis merupakan:
·
The way of knowing something
Menulis adalah suatu bentuk berpikir dimana kita akan mengetahui dan
memahami sesuatu.
·
The way of representing something
Dalam menulis, kreativitas dalam menuangka ide atau gagasan sangatlah
diperlukan. Hal ini berpengaruh dengan bagaimana cara kita menyampaikan sesuatu
yang kita tulis. Representing dalam menulis berkaitan dengan voice. Voice
adalah cara pandang seseorang terhadap objek yang yang menjadi tulisannya.
·
The way of reproduce something
Dengan menulis kita akan mampu memperbaharui informasi yang kita terima.
Yang perlu digaris bawahi dari pembahasan di atas adalah kata “something”
dapat berupa informasi, pengetahuan dan pengalaman.
Menurut para
ahli, misalnya saja Hyland berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas nyata
berasarkan harapan: peluang pembaca memaknai maksud penulis meningkat jika
penulis menyajikan kesulitan untuk mengantisipasi apa yang mungkin pembaca
harapkan berdasarkan teks-teks yang telah pembaca baca sebelumnya. Hoey juga
berpendapat bahwa pembaca dan penulis diibaratkan seorang “dancer” yang
mengikuti langkah masing-masing. Setiap penguasaan teks mengantisipasi apa yang
mungkin disajikan oleh teks sebelumnya yang dibaca oleh pembaca. Teks dan
reader tidak tidak penah ada dengan sendirinya, tetapi mereka menghasilkan satu
sama lain. Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkannya
serta membawa pengetahuan pembaca sendiri kedalam teks (Lehtonen, 2000).
Lehtonen juga berpendapat bahwa teks merupakan bahan fisik dan semiotik. Teks
merupakan physical being, tetapi teks hanya ada dalam bentuk fisik semiotik.
Sebaliknya, teks dapat menjadi semiotik hanya ketika teks memiliki bentuk
fisik. Teks merupakan bahan baku dari makna yang menghasilkan sumber pembaca
kontekstual. Selain itu, konteks yang hadir adalah kontek menulis dan membaca.
Dalam
pembahasannya, Mr. Lala juga menjelaskan bahwa literasi tingkat tinggi
merupakan kumpulan schmata yang artinya adalah kumpulan pengetahuan. Selain
teks dan konteks tulisan juga harus ada reader. Tanpa adanya reader sebuah teks
akan menjadi kuburan. Kegiatan membaca akan lebih kompleks dari kegiatan
menulis hal ini dikarenakan kegiatan membaca tidak hanya berlangsung pada saat
membaca saja. Kegiatan menghubungkan antara pengalaman kita denga bacaan juga
dikatakan membaca meskipun dalam keadaan yang sebenarnya kita tidak sedang
membaca.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa menulis itu tidak hanya sekedar menuangkan tinta dalam
lembaran putih. Menulis merupakan cara kita untuk mengetahui, merepresentasi
dan memproduksi sesuatu (informasi, pengetahuan dan pengalaman). Menulis
bukanlah sesuatu yang mudah, oleh karena itu proses berpikir secara kritis
sangatlah diperlukan apalagi yang kita produksi dalam writing 4 ini adalah
jenis teks academic writing yang cenderung formal, kritis, terseteruktur dan
kaku. Agaknya dalam hal ini kita harus bernapas dinginria karena kita dituntut
untuk memeras otak secara optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic