Chapter Review
Teks
yang berjudul rekayasa literasi ini merupakan karya bapak A. Chaedar Alwasilah.
Teks ini merupakan teks dengan bahasa yang tinggi sehingga butuh beberapa kali
saya membaca teksnya demi paham apa yang ditulis oleh bapak Chaedar.
Teks
rekayasa literasi ini pertama-tama membahas tentang pengelompokan pengajaran
bahasa asing ke dalam lima kelompok, yaitu:
·
Pendekatan
Struktural dengan grammar translation method. Pendekatan ini memiliki fokus
pada penggunaan bahasa tulis dan penguasaan bahasa. Pada pendekatan ini
terdapat tata bahasa tradisional yang bisa melatih siswa dalam menganalisis
kesalahan-kesalahan berbahasa, sintaksis kalimat dan wacana. Tetapi di sisi
lain pendekatan ini tidak bisa menjamin siswa mampu untuk menganalisis masalah
sosial.
·
Pendekatan
Audiolingual
Pendekatan ini memiliki fokus pada latihan dialog-dialog
pendek untuk di kuasai oleh siswa. Tapi pada sisi lain penguasaan terhadap bahasa
tulis terabaikan. Pendekatan ini kurang memberi ruang terhadap variasi ujaran
untuk berbagai fungsi.
·
Pendekatan Kognitif
dan Transformatif sebagai implikasi dari teori-teori syntactic-structure
Pendekatan
ini memiliki fokus pada pembangkitan potensi berbahasa siswa sesuai dengan
potensi dan kebutuhan lingkungannya.
·
Pendekatan
Communicative Competence
Pendekatan
ini menjadikan siswa mampu berkomunikasi, mulai dari komunikasi terbatas sampai
dengan komunikasi spontan dan alami. Komunikasi manusia tidak hanya sekedar
memproduksi ungkapan yang komunikatif. Komunikasipun harus bernalar, misalnya
pada pengisian formulir aplikasi kartu kredit.
·
Pendekatan Literasi
atau Pendekatan Genre-Based sebagai Implikasi dari studi wacana
Pendekatan
ini memiliki fokus pada pengenalan berbagai genre wacana lisan maupun tulisan
untuk di kuasai oleh siswa. Pembelajaran di lakukan melalui empat tahapan,
yaitu:
1.
Membangun
pengetahuan
2.
Menyusun
model-model teks
3.
Menyusun teks
bareng-bareng
4.
Menciptakan sendiri
teks.
Setelah membahas tentang
pengelompokan pengajaran bahasa asing, kemudian membahas tentang definisi
literasi. Definisi (lama) literasi adalah kemampuan membaca dan menulis (7th
Edition Oxford Advanced Learners Dictionary, 2005:898). Sementara itu, di
kalangan sekolah-sekolah di Indonesia istilah literasi jarang di gunakan. Yang
sering digunakan adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa. Begitupun
dengan KBBI juga tidak mencantumkan kata literasi, yang ada kata literator dan
literer. Kata literate biasa di artikan educated.
Kini makna literasi semakin luas.
Sekian lama orang-orang beranggapan bahwa literasi merupakan persoalan
psikologis dan berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis,
padahal pada kenyataannya literasi adalah praktek kultural dan berkaitan dengan
persoalan sosial politik. Karena itu, para pakar pendidikan beralih ke
pengertian baru guna untuk memaknai literasi dan pembelajarannya. Berdasarkan
penggambaran diatas, Freebody and Luke memiliki pandangan terhadap literasi
sebagai berikut:
1.
Memahami kode dalam
teks
2.
Terlibat dalam
memaknai teks
3.
Menggunakan teks
secara fungsional
4.
Melakukan analisis
dan mentransformasi teks secara kritis.
Keempat peran literasi ini dapat
diringkas kedalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis dan
mentransformasi teks. Itulah hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat
demokratis.
Sekarang ini makna dan rujukan
literasi terus berevolusi dan kini maknanya semakin meluas dan kompleks.
Sementara itu rujukan linguistik dan sastra relatif konstan. Literasi tetap
berurusan dengan penggunaan bahasa dan memiliki tujuh dimensi yang saling
terkait.
Ø Dimensi geografis (lokal, nasional, regional, dan
internasional)
Literasi seseorang dapat dikatakan berdimensi lokal,
nasional, regional, atau internasional bergantung pada tingkat pendidikan dan
jenjang sosial dan vokasionalnya. Jika tingkat pendidikan dan jejaring sosial
dan vokasionalnya rendah, kemungkinan literasi seseorang tidak dapat dikatakan
berdimensi geografis.
Ø Dimensi bidang (pendidikan, komunikasi, administrasi,
hiburan, militer, dan sebagainya)
Literasi bangsa tampak di bidang pendidikan, komunikasi,
administrasi militer dan sebagainya. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan
menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi.
Ø Dimensi keterampilan (membaca, menulis, menghitung,
berbicara)
Literasi seseorang tampak dalam kegiatan membaca,
menulis, menghitung, dan berbicara. Setiap sarjana pasti mampu membaca, tapi
tidak semua sarjana mampu menulis. Kualitas tulisan seseorang itu tergantung
pada seberapa sering orang tersebut membaca. Karena apa yang akan tertuang di
tulisan merupakan informasi dari apa yang telah di baca. Menjadi seorang
sarjana tidaklah cukup jika hanya menguasai literasi, numerasi merupakan salah
satu syarat yang harus di miliki oleh seorang sarjana.
Ø Dimensi fungsi (memecahkan persoalan, mendapatkan
pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, mengembangkan potensi
diri)
Orang yang memiliki literasi tinggi, khususnya di bidang
pendidikan akan lebih mudah dalam meraih kesuksesan, mencapai tujuan hidupnya
dan lain sebagainya.
Ø Dimensi media (teks, cetak, visual, digital)
Menjadi seorang yang literat bukanlah hal yang mudh.
Tidak cukup jika hanya mengandalkan kemampuan membaca dan menulis saja dalam
bentuk huruf alfabetis, di perlukan juga kemampuan membaca dan menulis teks
cetak, visual, dan digital.
Ø Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa)
Orang multilaterat mampu berinteraksi dalam berbagai
situasi. Kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang berkualitas tinggi.
Literasi seperti halnya kemampuan berkomunikasi bersifat relatif. Orang yang
sangat komunikatif dalam bahasa Indonesia, belum tentu komunikatif dalam bahasa
ibu. Misalnya orang sunda sangat komunikatif dalam bahasa Indonesia, tapi tidak
komunikatif dalam bahasa ibunya yaitu bahasa sunda.
Ø Dimensi bahasa (etnis, lokal, nasional, regional,
internasional)
Ada literacy yang singular, ada literacies yang plural.
Jika saya orang sunda dan merupakana mahasiswa jurusan bahasa Inggris, berarti
saya adalah orang multilingual dalam bahasa sunda, Indonesia dan Inggris.
Artinya saya itu multilaterat. Jika saya tidak menghiraukan atau tidak peduli
terhadap kebudayaan sunda, maka kesadaran literasi saya sangat rendah.
Sementara saya sangat literat dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Literasi menunjukan perubahaan
paradigma literasi sesuai dengan tantangan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini.
ü Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Hidup di negara hukum ini tentunya di fasilitasi oleh
lembaga-lembaga sosial untuk menjamin ketertiban sosial. Semua lembaga-lembaga
sosial tersebut melakukan perannya dengan fasilitas bahasa, sehingga munculah
bahasa politik.
ü Tingkat kefasihan relatif
Setiap interaksi tentunya memerlukan kefasihan berbahasa
dan literasi yang berbeda. Tentunya yang paling penting adalah kefasihan dalam
interaksi.
ü Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
Menulis akademik adalah bagian dari literasi yang mesti
dikuasai oleh para (calon) sarjana. Itulah literasi akademik. Kemampuan
literasi akan membekali seseorang untuk mengembangkan segala potensi yang ada
pada dirinya.
ü Standar dunia
Masyarakat dunia sekarang ini menggunakanhasil-hasil
evolusi melalui PIRLS, PISA, dan TIMSS untuk mengukur literasi membaca,
matematika dan ilmu pengetahuan.
ü Warga masyarakat
Suatu pendidikan disuatu negara tentunya harus
menghasilnya manusia literasi yakni manusia yang memiliki tingkat literasi
tinggi sebagai warga negara yang demokratis. Pendidikan literasi harus
mendukung terciptanya demokratisasi bangsa. Proses pendidikan harus demokratis
agar mampu menghasilkan warga negara yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi.
ü Keragaman lokal
Manusia yang memiliki tingkat literasi yang tinggi
tentunya akan sadar tentang pentingnya keragaman bahasa dan budaya lokal. Oleh
karena itu sebelum membangun literasi tingkat nasional ataupun global, mereka
akan membangun literasi tingkat lokalnya. Dengan demikian, semakin berwawasan
tingkat global, semakin sensitif dan antisipatif terhadap keragaman lokal.
ü Hubungan global
Untuk bersaing di tingkat dunia, tentunya seorang harus
memiliki literasi tingkat dunia. Dan literasi tingkat ini bergantung pada
penguasaan teknologi informasi dan penguasaan konsep atau pengetahuan yang
tinggi.
ü Kewarganegaraan yang efektif
Kemampuan literasi seseorang tentunya akan berdampak pada
kemampuannya menjadi warga negara yang efektif. Efektif disini berarti mampu
mengubah diri, menggali potensi diri, serta berkontribusi bagi keluarga,
lingkungan dan negaranya. Warga negara yang efektif akan mengetahui mana hak
dan kewajibannya.
ü Bahasa Inggris ragam dunia
Hubungan yang mencakup global pastinya akan membutuhkan
bahasa yang dapat di terima dan di akui oleh semua pihak. Kini bahasa Inggris
telah di pelajari bangsa-bangsa di dunia dan tidak melihat siapa dia. Tapi
karena setiap bangsa memiliki literasi yang tentunya sangat kental dengan
budayanya, maka bahasa Inggris mereka juga kental dengan budayanya sehingga
muncul beberapa tipe bahasa Inggris atau lebih kita kenal dengan kata aksen.
ü Kemampuan berfikir kritis
Seperti yang diketahui bahwa literasi bukan hanya kemampuan
menulis dan membaca saja, melainkan mampu menggunakan bahasanya dengan fasih,
efektif dan kritis. Seharusnya dalam pengajaran bahasa terdapat atau
diterapkannya keterampilan berfikir kritis agar ketika menggunakan bahasa
tersebut secara otomatis dapat berfikir kritis pula.
ü Masyarakat semiotik
Semiotik merupakan ilmu tentang tanda, termasuk persoalan
ikon, tipologi tanda, kode, struktur dan komunikasi. Budaya adalah sistem tanda
dan untuk memaknai tanda manusia harus menguasai literasi semiotik. Dalam upaya
mengkaji budaya, para ahli menggunakan istilah sintaksis, semantik dan
pragmatik.
Pendidikan bahasa berbasis literasi
seharusnya dilaksanakan dengan mengikuti tujuh prinsip:
1.
Literasi adalah
kecakapan hidup (life skill) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal
sebagai anggota masyarakat.
2.
Literasi mencakup
kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun
secara lisan.
3.
Literasi adalah
kemampuan memecahkan masalah.
Literasi yang tinggi akan meningkatkan kemampuan
seseorang dalam memecahkan suatu permasalahan.
Karena apa yang ditulis dan dibaca terdapat ilmu atau solusi untuk
memecahkan masalah.
4.
Literasi adalah
refleksi penguasaan dan apresiasi budaya
5.
Literasi adalah
kegiatan refleksi (diri)
Pendidikan seharusnya menanamkan pada diri (maha)siswa
kebiasaan melakukan refleksi atau bahasa sendiri maupun bahasa orang lain yakni
kesadaran terhadap metakomunikasi
6.
Literasi adalah
hasil kolaborasi
Baca-tulis tentunya akan melibatkan antara dua pihak
yakni penulis dan pembaca. Penulis akan menuliskan apa yang ia ketahui,
sementara pembaca akan memahami apa yang si penulis tulis.
7.
Literasi adalah
kegiatan melakukan interpretasi
Penulis akan menginterpretasikan pengalamannya melalui
kata-kata atau tulisan, sementara pembaca akan memahami apa yang telah dia baca
atau apa isi dari tulisan si penulis.
Rapor merah literasi anak negeri
Berikut merupakan temuan-temuan
penting dari PIRLS yakni prestasi mambaca siswa kelas IV Indonesia
v Indonesia berada di posisi lima terbawah yaitu dengan
skor 407. Sementara skor tertinggi dipegang Rusia dengan skor 565 dan skor
terendah diraih oleh Afrika Utara dengan skor 304
v Negara yang skor prestasi membacanya diatas 500 ditandai
oleh pendapatan kapita dan indeks pembangunan manusia yang lebih tinggi dari
pada negara yang prestasi membacanya di bawah 500
v Indonesia termasuk negara yang memiliki indikator lebih
tinggi dalam retrieving and straightforward inferencing process dari pada dalam
interpreting, integrating, and evaluating process
v Jika di bandingkan dengan Rusia dan Singapura yang hampir
semua siswanya memiliki kategori tinggi dalam membaca, Indonesia hanya 45%
siswa Indonesia tidak dapat mencapai skor 400
v Selain siswanya, orang tua Indonesia juga sangat berperan
dalam meningkatkan literasi suatu bangsa
v Dengan literasi seperti ini, Indonesia masuk ke dalam
kategori paling bawah, yaitu 1% dalam kategori high, 62% dalam kategori medium
dan 37% dalam kategori low
v Pendidikan orang tua sangat mempengaruhi literasi
anaknya. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka literasi anaknya akan tinggi.
Karena orang tua lebih menyadari betapa pentingnya literasi bagi anak-anaknya.
Pelajaran-pelajaran yang telah di
paparkan diatas dapat kita tarik pelajaran bahwa ini dikarenakan pendidikan di Indonesia belum
berhasil dalam menciptakan warga negara literat yang siap untuk bersaing, serta
kurang sadarnya warga negara kita akan pendidikan literasi yang bisa mengubah
pendapatan. Maka dari itu kegiatan rajin membaca dan menulis perlu di
tingkatkan. Meskipun ada pendapat bahwa orang yang rajin membaca tidak menjamin
orang rajin menulis tapi setidaknya itu bisa melatih kemampuan membaca dan
menambah pengetahuan. Selain itu, membangun literasi suatu bangsa harus diawali
dengan membangun guru yang profesional.
Implementasi
Rekayasa literasi adalah upaya yang
sengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat
penguasaan bahasa secara optimal. Perbaikan rekayasa literasi menyangkut empat
dimensi: (1) linguistik atau fokus teks (2) kognitif (3) sosiokultural atau
fokus kelompok (4) perkembangan atau fokus pertumbuhan. Seperti yang diketahui
bahwa literasi menyangkut kemampuan membaca dan menulis. Berarti merekayasa
pengajaran membaca dan menulis.
Keempat dimensi tersebut dimaknai
menjadi mengajarkan literasi mesti membekali (maha)siswa dengan semua ini,
membangun literasi itu adalah membangun semua keterampilan. Perlu di sadarkan
bahwa berliterasi itu sebuah proses ‘menjadi’ secara berkelanjutan yakni
melalui pendidikan sepanjang hayat, mengajarakan literasi itu mengajarkan
sejumlah kepekaan tekstual dan kultural lintas kelompok dan lembaga.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa
literasi di negara ini memanglah masih dikatakan rendah bila di bandingkan
dengan negara lain. Untuk itu perlunya kesadaran baik dari pemerintah maupun
warga negara ini. tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat literasi
seseorang. Bila pendidikan seseorang relatif tinggi tapi literasinya relatif
rendah, bisa jadi karena pendidikan literasinya kurang maksimal atau karena
pandangan terhadap literasi yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic