We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 13 Februari 2014

SATU TEMBAKAN, SATU SASARAN

Classreview 1

                Pergolakan internal yang menyesakkan dada telah dimulai kembali pada hari ini, Selasa, 4 Februari 2014. Genderang perang mulai terdengar lagi, senjata-senjata runcing telah diangkat setinggi langit, dan teriakkan pejuang-pejuang gigih sudah siap menghadapi pertempuran kembali.  Mungkin pertempuran seperti dulu akan terulang kembali di medan perang ini, di kelas PBI-C. Dimana setiap saat kita selalu menerima puluhan bom-bom kertas yang tak tahu kapan akan meledak, mungkin juga  ranjau-ranjau kecil yang berbaris dibawah tumpukan tulisan akan siap meledakkan dirinya jika kita tak berhati-hati menjinakkannya. Disini kita akan menghadapi kembali semuanya dengan tetesan darah dan keringat, dengan jantung yang terus berdegup kencang, dan fikiran yang selalu fokus dengan siasat-siasat licik untuk menyusun peperangan. Semua perasaan itu akan terlihat lagi disini, di peperangan Writing 4.
            Writing 4 kali ini berbeda dengan biasanya, walaupun kita masih bernaung dibawah komandan yang sama, Mr. Lala Bumela. Tapi ini akan menjadi sesuatu yang sangat berat untuk kita melangkah, dengan keputusan beliau menjadikan Writing 4 ke Academic Writing. Academik Writing ini berbeda dengan Writing lainnya, karena ini akan memerlukkan strategi-strategi jitu, pemikiran-pemikiran kritis dan tepat akan digunakkan disini. Perubahan ini terlihat di penyusunan strategi peperangan, di syllabus Writing 4.
            Di syllabus ini, beliau telah menjelaskan point-point apa saja yang patut kita jalani untuk menghadapi peperangan ini. Ada beberapa hal yang berbeda dari strategi sebelumnya, jika dulu kita hanya membuat beberapa rakitan bom-bom kertas dengan standar pembuatan 1-2 lembar kali ini kita akan membuat semuanya menjadi 3 lembar (5 halaman), menjadi berbeda seperti biasanya dengan pembuatan target ranjau 5 lembar (10 halaman). Beliau juga mengatakan bahwa pada pertempuran ini akan lebih terencana dan lebih komunikatif lagi jika kita membangun sebuah “base camp” sebagai media kita berinteraksi dan menunjukkan hasil-hasil kerja kita dengan cara pembuatan blog. Di sini, hasil kerja kita dilihat dari cara kita menyampaikan analisa essay-essay yang berbobot, hasil kerja mingguan kita dengan pengerjaan passport, dan penyampaian pendapat-pendapat ilmiah dan logis dalam pembuatan essay.
            Essay-essay ini adalah hasil kerja kita, hasil pembuatan senjata-senjata kita yang nantinya seberapa lamakah kita bisa bertahan dalam medan pertempuran ini. Jika kita tak punya senjata maupun salah dalam merakitnya, maka kita akan mati diserang oleh kawanan-kawanan bengis lainnya. Ini akan menjadi masa yang melelahkan bagi kita, masa yang panjang dan masa yang rumit bagi kita. Mungkin benar apa yang beliau sampaikan pada kita tentang pertempuran di writing 4 kali ini, dimana kita akan menyita waktu tidur kita, merasakan sakit kembali dengan jari-jari yang beradu dengan senjata-senjata runcing dan peralatan-peralatan pembuat senjata yang berserakan disekitar kita. Tentu saja, semua ini akan menjadikan kita sebagai pejuang-pejuang yang berkualitas dan siap bertempur di medan peperangan.
            Pada pertemuan kali ini, beliau memeberikan beberapa wejangan kepada kita sebelum turun ke medan pertempuran. Beliau lagi-lagi mengatakan kepada kita bahwa writing itu sangatlah susah, perlu adanya proses berfikir lebih keras dalam pembuatannya. Bagaimana kita bisa membuat sebuah tulisan yang mampu meledakkan hati setiap sasarannya jika kita tak memiliki bahan-bahan dasar yang memadai, ini akan sangat menyusahkan untuk proses pembuatannya. Ditambah lagi dengan kita yang terlibat di area kedua, yaitu penulisan bahasa Inggris.
Dalam area bahasa Inggris, jika kita hanya berpatokan pada kemampuan speaking belum tentu kita dapat menguasai area ini. Ini sama halnya dengan kita dapat menguasai medan perang, jika kita hanya mengandalkan kalimat-kalimat gertakan untuk melawan musuh belum tentu peperangan ini berpihak pada kita. Kita harus mampu mengolah senjata perang kita ke dalam mode Inggris, yaitu dengan menulis berbahasa Inggris.  Ini dilihat dari perkataan Hyland, “Learning how to write in a second language is one of the most challenging aspects of second language learning (Hyland 2003) yaitu Belajar bagaimana menulis dalam bahasa kedua adalah salah satu aspek yang paling menantang dari pembelajaran bahasa kedua, pada area kedua. Menulis dalam bahasa Inggris adalah hal yang menyusahkan bagi kita, kita belum bisa beradaptasi pada area ini. Walaupun pada kenyataannya bagi mereka yang berbahasa Inggris sebagai bahasa pertama, kemampuan untuk menulis secara efektif adalah sesuatu yang membutuhkan instruksi yang luas dan khusus ( Hyland 2003; Hyland 2004). Jika kita seorang pejuang, ini membutuhkan keahlian khusus untuk mengolah lagi suatu strategi peperangan.
Strategi writing kali ini telah berkembang dan berevolusi, jika dulu beliau memberikan teori-teori dari hal yang terbesar dulu, maka untuk sekarang beliau memberikan teori sebaliknya dengan sifat penulisan yang lebih baik dan level yang lebih tinggi, dengan sifat teks dan genre yang mencerminkan penggunanya dalam komunitas wacana (discourse communities) tertentu karena ini kaitannya dengan pemahaman penyampaian komunikasi, dengan hubungan keselarasan antara menulis dengan bahasa yang pertama dan kedua, bagaimana kurikulum dapat dikembangkan dengan kursus menulis, dengan pengembangan bahan ajar untuk kelas menulis, dengan penggunaan komputer dalam menulis instruksi, dan pendekatan untuk umpan balik/pemahaman serta penilaian. Ini semua akan menjadi tantangan kita di pertempuran kali ini, dengan menambahkan lagi bahan-bahan untuk merakit bom-bom kertas dalam ledakkan tingkat tinggi.
Sebuah pengingat sederhana, bahwa menulis itu melibatkan menyusun ketrampilan dan pengetahuan tentang teks (kaku/fleksibel), konteks (area yang akan dibahas dalam tulisan), dan pembaca (sasaran).     
                                                   teks                                     Context   
                                                                                                                                      
Reader  (Piramid siklus)
Jika kita tak merapatkan ketiganya, kita belum bisa menjadi seorang pejuang pena sejati. Menulis itu seperti menulis kerajinan apapun, lebih baik lagi jika menulis dibarengi dengan praktek. Ini seperti kita merakit senjata-senjata perang dan tahu bagiamana cara kita menggunakannya. Jika kita dapat merakit tulisan dengan baik diarea awl (L1), maka area edua (L2) pun sama dengan pengajaran menulis disertai struktur bahasa yang baik, fungsi teks, tema/topik, ekspresi kreatif, proses menulis, kadar, maupun genre dan konteks penulisan.
            Dengan kata lain, statement ini sam dengan apa yang Hayland harapkan. Bahwa dirinya pun ingin mengubah guru bahasa menjadi guru penulis, karena dengan menulis kemampuan literasi kita semakin bertambah. Ini akan membangun kita ke jalan berperadaban. Dan membangun dunia lebih baik lagi dengan menulis. peran menulis juga tak lepas dari seorang guru yang efektif, dan guru yang reflektif. Seorang guru efektif adalah seorang pemimpi yang pemimpin yang mampu memilih keputusan-keputusan yang tepat dalam pemilihan metode, material, dan prosedur untuk disampaikan dalam kelas yang didasarkan pada pemahaman yang jelas tentang sikap dan praktek profesi. Sedangkan ru yang kuat adalah guru yang reflektif, dan refleksi membutuhkan pengetahuan untuk penelitihan dan teori-teori yang relevan.
                                                                                                                                               
                                               Thesis                                   Research

                                                                   Activities
Jadi jika kita sering merefleksi tulisan kita, maka tlisan kita akan semakin kuat.

            Melihat stragi-strategi pada pertempuran kali ini rupanya kita memerlukan bekal yang lebih banyak lagi, entah untuk bekal perakitan bom-bom kertas, ranjau-ranjau kecil, maupun bekal mental untuk bisa bertahan hidup di sini. Ini akan menjadi masa yang panjang dengan pegubahan writing 4 ke Academic writing. Siasat-siasat jitu perlu dipertajam lagi, karena bendera merah sudah ditancapkan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic