We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 25 Februari 2014

REKAYASA YANG TAK BERUJUNG, YANG HANYA DITEMANI PENCAHAYAAN DARI API



 “Education is not the filling of a pail, but the  lighting of a fire”.
--William Butler Yeats--
            Seperti air yang mengalir begitu saja, menerjang setiap halang rintang dengan penuh ketenangan. Dalam keadaan apapun, air akan tetap dalam posisi yang tenang. Mungkin manusia harus lebih banyak lagi belajar dari sang air. Tak peduli apapun, sang air akan mengalir dan mengalir, sampai saatnya tiba sang air akan bertemu dengan sang laut. Sang air tidak pernah mengeluh, walaupun dia ditempatkan ditempat-tempat yang jauh dari sang laut, yang dia tahu adalah terus mengalir seperti apa yang telah Allah perintahkan.
            Laptop, lembaran-lembaran putih yang berserakan dan beberapa pulpen warna yang akan menemaniku malam ini. Malamnya cukup dingin, membuat seseorang mudah terjangkit ngantuk J. Dalam class review ini kita masih akan membahas tentang “Rekayasa Literasi”.
Perjalanan ini masih akan terus berlangsung lama, so, kita harus benar-benar mempersiapkan segalanya. Bahwa kita harus fokus dan kuat. Endurance harus diutamakan dalam perjalanan ini.
Prinsip kita harus centre of excellence, dimana kita harus menjadi orang yang multilimgual writer, yaitu dimana kita harus bisa berliterasi dalam bahasa Indonesia, Inggris bahkan bahasa ibu, karena jika anda pandai berliterasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sedangkan anda tidak pandai berliterat dalam bahasa ibu, maka anda payah!!! Kita harus tahu bagaimana caranya menulis dan mempresentasikannya, tidak hanya memproduksi tapi juga harus mampu mereproduksi.
Disini kita harus tahu apa yang harus di rekayasa dan di sebelah mananya? Seperti yang sudah kita bahas bersama Mr.Bumela bahwa yang direkayasa adalah cara pengajaran reading and writing-nya. Rekayasa literasi sama saja dengan DNA.
Jika sudah diberi teks, yang seharusnya dilakukan adalah :
1.      Read
2.      Respond
3.      Write (re-write)
Sedangkan metode membaca adalah dimulai dari teks kemudian teks tersebut ada yang berjenis literat dan yang berjenis faktual, kedua teks tersebut mempunyai nilai yang berbeda-beda, jika teks yang berjenis literat itu bernilai estetic, maka teks yang berjenis faktual akan bernilai efferent.
Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. (A.Chaedar Alwasilah: Rekayasa Literasi).
Pengajaran reading and writing mempunyai empat dimensi yaitu : lingustik (teks), kognitif (mind) perkembangan (growth) dan sosiokultural. Jadi yang di rekayasa adalah cara pengajaran pembacaan dan penulisan teks. Teks itu sifatnya verbal, written, dan visual. Semuanya ditumbuhkan oleh praktek literasi, untuk prakteknya kita harus hebat dalam membaca, baru disitu kita akan menjadi penulis yang hebat.
Menurut Ken Hyland (2006) literasi adalah sesuatu yang kita lakukan, sedangkan menurut Hamilton (1998) seperti yang dikutip dalam Hyland (2006:21), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak diinteraksi antara manusia.
Poin penting dalam “Rekayasa Literasi”. Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan artikel baru persoalan sosial politik. Jelasnya baru negara literasi ini akan menjamur sesuai tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun regular tidak bisa dihindari.
Model literasi ala Freebody dan Lukas (2003) : memecahkan kode teks, berpartisipasi dalam makna teks, menggunakan teks fungsional, kritis menganalisis dan mengubah teks. A.Chaedar Alwasilah meringkas lima ayat diatas menjadi : memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi.
Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif konstan. Pendidikan yang berkualitas tinggi pasti menghasilkan literasi yang tinggi pula dan juga sebaliknya. Membaca, menulis, berhitung, dan bernalar adalah modal hidup. Orang yang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Masyarakat yang regular tidak berliterat, regular tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa.
Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berfikir kritis.
*      Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru, dengan fitur : komitmen profesional, komitmen etis, strategis analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang study, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1995 dikutip dari Alwasilah 2012).
*      Rekayasa literasi adalah upaya yang sengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
*      Empat dimensi rekayasa literasi : linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan.
Rekayasa literasi adalah merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa literasi sangatlah penting untung dimiliki, apalagi pada zaman edan ini. Banyak hal yang tidak bisa diselsaikan dengan membaca dan menulis, karena pada zaman ini seseorang tidak hanya harus pintar membaca dan menulis, tetapi juga harus pintar menghitung dan bernalar. Dikutip dari Alwasilah 2012.

“Pada abad ke-21, standar kelas dunia akan menuntut bahwa setiap orang sangat melek huruf, sangat berhitung, baik informasi, maupun mampu belajar terus menerus, dan percaya diri dan mampu memainkan peran mereka sebagai warga negara masyarakat yang dempkratis.”
—Michael Barber--


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic