We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 25 Februari 2014

MASIH MEREKAYASA LITERASI




Class Review 3
Harus bisa menghilangkan rasa malas.  Kalau hanya diam, bagaimana mungkin kita bisa sukses.  Suksesnya seorang mahasiswa adalah ketika ia berhasil menghilangkan rasa malas untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam setiap tugas.  Ya, hal itu sedang dirasakan oleh kami para mahasiswa.  Kita jangan hanya menjadi penerima saja, tetapi berilah sesuatu yang berbeda untuk diri kita dan orang lain.  Anggap saja kita adalah sebuah komputer yang siap beroperasi karena ada input.  Biarkan saja beroperasi dan menghasilkan output yang sesuai.  Sama hal nya dengan otak manusia, apabila diberi input yang positif, maka akan berproses dan menghasilkan.  Hasil dari proses tersebut akan kita rasakan diakhir masa perkuliahan.
Adakala nya merasa bahwa kita ini adalah robot, bahkan seperti pekerja rodi yang bekerja keras tanpa kenal lelah.  Dipaksa untuk melakukan sesuatu atau pekerjaan secara terus menerus.  Perumpamaan nya mungkin akan banyak sekali.  Jika pabrik bisa memproduksi barang-barang untuk dijual ke masyarakat, kita bisa memproduksi kata-kata yang dirangkai dalam sebuah karya tulis dan dipersembahkan untuk masyaraka, hal tersebut salah satu cara membudayakan literasi.
Orang literat sudah pasti mencintai kegiatan literasi.  Disini kita berperan menjadi orang yang literat.  Mencoba membuat suatu hal yang dapat merubah suatu kebiasaan buruk terutama malas mengerjakan tugas.  Kata mencoba adalah salah satu proses untuk membuka kunci kesuksesan kita.  Diberi tugas untuk mereview class, membuat appetizer, chapter review, bahkan membuat critical review, bukan menjadi sesuatu yang baru.  Oleh karena itu jangan pernah menyerah selagi masih bisa mencoba untuk menyelesaikan.
Malam ini gencatan senjata dimulai, bukan lagi perang biasa.  Tetapi ini luar biasa !!!  Bagaimana tidak, kali ini kita memulai untuk berfikir kritis dalam membaca dan menulis.  Kegiatan tersebut tidak sembarangan dan memang membutuhkan tenaga ekstra lebih dari sebelumnya.  Seperti yang telah disampaikan oleh mister pada perkuliahan tanggal 19 Februari 2014, bahwa endurance sangat dibutuhkan untuk membangun literacy engineering.
Endurance adalah faktor penunjang utama dan paling dominan.  Tanpa ada kekuatan, tak akan mampu berfikir dan menulis.  Kegiatan kita ini bukanlah kegiatan yang kuno, melainkan kegiatan yang akan menggugah diri untuk benar-benar menjadi orang yang literat.  Ini adalah kegiatan pembudayaan, bukan penghapusan.  Jadi kalau bukan kita sendiri yang membudayakan, siapa lagi ?  Dalam kegiatan sehari-hari juga kita bisa menjadi seorang literat.  Contoh kecilnya adalah menulis bon belanja harian, dan contoh lain adalah aktifitas seorang tenaga pendidik.  Selain mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga menjadi pendobrak literasoi bangsa. 
Kita ini tidak hanya sebagai mahasiswa saja, tetapi sebagai multilangual writer.  Dalam multilangfual writer terdapat dua aspek yakni memahami bahasa indonesia dan bahasa inggris.  Kita harus mengerti, apalagi menjadi seorang penulis tidak lepas dari bahan bacaan. Posisi kita ini seperti sebuah mobil, bagaimana dan akan didesain menjadi mobil apa.  Apakah mobil matic atau automatic.  Semuanya bisa kita sesuaikan dengan keinginan.  Begitupula dengan menulis, kita harus tau bagaimana mendesainnya  maka akan memproduksi sesuatu yang baru.
Kembali kita ulas pada pembahasan sebelumnya mengenai rekayasa literasi.  Dosen writing bertanya pada mahasiswa apa yang di maksud dengan rekayasa literasi dan apa yang direkayasa nya.  Kita belum faham benar tentang rekayasa literasi, karena yang ada dalam fikiran kita rekayasa adalah manipulasi.  Jadi apa maksud nya dengan rekayasa literasi ?
Pengertian dari rekayasaa literasi itu sendiri adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Jadi yang direkayasa itu adalah sistem pengajarannya.
Rekayasa sederhana minimalnya adalah :
1.      Read
2.      Responed
3.      Write (re-write)
Ini erat sekali dengan cara mengajar.  Jika mengajar kita juga harus mampu mengetahui jenis teks, bagaimana cara menganalisis, dan sebagainya.  Seperti yang kita ketahui pengajaran reading, writing memiliki empat dimensi yakni linguistik (teks), kognitif (mind), perkembangan (growth), dan sosiokultural (group).
Penerapan dalam mata kuliah writing akademik ini adalah bagaimana kita membuat appetizer yang sesuai dengan elemen-elemen dibawah ini.
1.      Cohesion  : Hubungan antara kalimat dan paragrafnya saling mendukung atau justru tidak nyambung.
2.      Clarity      : Makna apa yang akan dikomunikasikan dan harus dengan jelas.
3.     Logical Order : Mengacu pada informasi yang logis.  Dalam akademik writing penulis akan membuat karya tulis dengan pola umum ke khusus.
4.      Consistency   : Mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
5.      Unity             : Kesatuan informasi yang berhubungan dengan topik dalam paragraf tertentu.
Jadi kesimpulannya adalah menjadi orang literat tidak hanya sekedar membaca-tulis, tapi juga terdidik dan mengenal sastra (Kern 2003).  Literat juga harus peka terhadap lingkungan budaya sekitar, dan mampu merekayasa literacy nya sehingga akan membangun bangsa yang cerdas.  Mampu mengkritik dan mampu menambah kualitas masyarakat.  Seperti pola yang disebutkan dalam bacaan rekayasa literasi yakni praktek kultural yang berkaitan dengan sosial politik.  Oleh karena itu Prof. Alwasilah meringkas ayat-ayat yang tertera didalam nya antara mampu memahami, melibati, menggunakan, menganalisis dan mentransformasi.
Untuk mengkritik sebuah wacana, kita harus mampu memenuhi pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1)      What type of audience is the author targeting her article ?
2)      What are the central claims in his / her argument ?
3)      What evidence does he / she use to back up the points she is making ?
4)      Does the author make any claims that are not backed up by evidence ?
5)      Do you think that the evidence is sufficient, for an article in an academic text book ?
6)      Does the author use any emotive words or statements ? (if so, highlight any that you identify)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic