Class
Review 3
Pada tanggal 19 Februari 2014 adalah pertemuan ketiga pada mata
kuliah writing & composition 4. Pada minggu ini Mr. Lala menjelaskan
tentang rekayasa literasi atau literacy engineering.
Pada pertemuan kali ini Mr. Lala tidak terlalu banyak menjelaskan
materi, Mr. Lala hanya menjelaskan tentang rekayasa literasi saja. Mr. Lala
mengatakan bahwa dalam rekayasa literasi dibutuhkan “endurence” yang berarti
daya tahan tubuh mahasiswa untuk menuju pembelajaran yang berisikan tentang
teori-teori. Mr. Lala juga mengatakan bahwa selama satu bulan ini adalah fase
untuk meningkatkan endurence mahasiswa dalam hal menulis.
Mr. Lala juga mengatakan bahwa mahasiswa memiliki kemampuan
mulitiligual writer yang artinya seseorang yang mampu menulis dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris dan menguasai L1 dan L2.
Mr. Lala mengatakan bahwa mahasiswa yang diajar oleh Mr. Lala itu
tidak seperti orang yang membawa ember dan kemudian diisi air oleh Mr. Lala.
Tetapi orang yang belajar dengan Mr. Lala itu seperti diibaratkan dengan, siswa
membawa torch atau obor kemudian Mr. Lala memberikan api kecil untuk membantu
menerangi siswa tersebut sampai akhir pembelajaran, tetapi api tersebut bisa
menjadi besar yang mampu menerangi jalan bagi siswa tersebut dengan cara
melihat keseriusan mahasiswa dalam pembelajaran. Perkataan Mr. Lala serupa atau
diambil dari perkataan William Butter Yeats yang mengatakan “Education
is not the filling of a pail, but the lighting of a fire”
Kemudian Mr. Lala membagi 2 kelompok untuk memeriksa class review
dan chapter review, Mr. Lala bertanya apa arti dari rekayasa literasi? Hampir
semua mahasiswa yang ada di kelas tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Saya
sendiri pun tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, tetai setelah saya pulang
ke rumah saya mencari tahu pengertian rekayasa literasi dan saya menemukan
pengertian rekayasa literasi menurut A. Chaedar Alwasilah yang
menjelaskan bahwa “rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis
untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat peguasaan bahasa secara
optimal dan orang yang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya.”
Mr. Lala juga mengatakan bahwa rekayasa literasi adalah literasi
yang merekayasa pengajaran didalam
materi yang akan diajarkan oleh guru. Conthnya seperti pada mata kuliah reading
dan writing. Mr. Lala mengatakan bahwa ketika Mr. Lala menyuruh mahasiswa
membaca berarti mahasiswa dituntut harus
bisa membaca, merespon, dan menulis kembali materi apa yang mahasiswa dapat
dari teks tersebut. Mr. Lala juga menjelaskan bagian dari teks sebagai berikut:
Teks dibagi memiliki 2 jenis : [1] Lit, bersifat estetik, teks jenis ini
berbentuk sastra. [2] Factual, bersifat efferent, teks jenis ini berbentuk teks
bacaan dalam buku pelajaran atau non sastra.
Mr lala mengatakan bahwa bacaan atau teks yang diberikan pada
mahasiswa bersifat efferent atau factual, dan dalam writing harus mencakup
empat bagian yaitu
Dalam keempat dimensi ini menyangkut perbaikan rekayasa literasi
yang berisikan tentang membaca dan menulis dan seperti yang telah disebutkan
oleh Kucer, 2005: 293-4 rekayasa literasi menyangkut empat dimensi yaitu
: Linguistik, Kognitif, Sosiokultural dan Perkembangan.
Kemudian Mr. Lala menjelaskan materi yang ada pada slide
powerpoint. Michael Barber mengatakan “ in teh 21st century,
world class standards will demand that everyone is highly literate, highly
numerate, well informed, capable of learning constantly, and confident and able
to play their part as citizen of democratic society” menurut saya maksud dari
kalimat di atas adalah siswa yang berada pada abad 21 ini harus mampu mencapai
standar klas dunia yang mewajibkan semua orang harus bisa baca tulis,
berhitung, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu berjalan terus
menerus, percaya diri, dan mampu berperan sebagai masyarakat demokrat.
Dalam materi yang ada di dalam powerpoint terdapat elemen dalam
menulis akademik seperti :
v Cohension : gerakan halus atau aliran antara kalimat dan paragraf
v Clarity (kejelasan) : makna dari apa yang anda maksud untuk
berkomunikasi sangat jelas.
v Logical order (urutan logis) : mengacu pada urutan logis dari
informasi dalam penulisan akademik, penulisan cenderung bergerak dari umum ke
khusus.
v Consistency : konsistensi mengacu pada keragaman gaya penulisan
v Unity : sebenarnya, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi
yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf
tertentu.
v Conciseness (keringkasan) : keringkasan adalah ekonomi dalam penggunaan kata-kata. Tulisan
yang bagus yaitu tulisan yang dengan cepat sampai titik dan menghilangkan kata
yang tidak perlu dan tidak perlu pengulangan. Pengecualian dari informasi yang
tidak perlu mempromosikan persatuan dan kesatuan.
v Completeness (kelengkapan) : sementara informasi yang
berulang-ulang atau tidak perlu darus dihilangkan, penulis harus memberikan
informasi penting mengenai suatu topik tertentu.
v Variety (ragam) : variety membantu pembaca dengan menambahkan
beberapa “bumbu” untuk teks.
v Formalitas (formality) : akademik writing adalah tulisan bersifat
formal dalam nada. Ini berarti bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa
yang digunakan, selain itu penggunaan kata ganti seperti “saya” dan kontraksi
dihindari.
Literasi menurut Ken Hyland (2006) adalah sesuatu yang kita
lakukan. Hamilton(1998) seperti dikutip dalam ken hyland (2006:21) melihat
keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak diinteraksi antar manusia. Pendapat
hyland lebih lanjut, melek akademik menekankan bahwa cara kita menggunakan
bahasa, disebut sebagai praktek keaksaraan berpola oleh lembaga sosial dan
hubungan kekuasaan. Keberhasilan akademis berarti melambangkan diri anda dengan
cara dihargai oleh disiplin anda, mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan
identitas kamu yang mewujudkan wacana akademik.
Literasi adalah praktik kultur yang berkaitan artikel baru dan
persoalan sosial politik. Definisi baru literasi menjamur sesuai dengan
tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak
terelakan. Model literasi menurut freebody and luke (2003) : memecahkan kode
teks, berpartisipasi dalam makna teks, menggunakan teks fungsional, kritis
menganalisis dan mengubah teks. Prof. Alwasilah meringkas lima ayat diatas
menjadi : memahami, melibati, menggunakan, menganalisis dan mentransformasi.
Kesimpulan :
Rekayasa literasi berarti perubahan pengajaran dalam pembelajarn
untuk meningkatkan kemampuan berbudaya
lewat pembelajaran bahasa secara optimal karena manusia literat adalah manusia
yang terdidik dan berbudaya. Peningkatan Literasi Dalam Pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara menerapkan dimensi menulis dan membaca dalam
pembelajaran, agar siswa mampu menjadi orang yang terdidik sekaligus berbudaya
literat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic