Rindu
matahari
Hari
ini matahari hanya sekelibat menampakkan dirinya. Sesekali awan menutupi
matahari dan rintik hujan perlahan jatuh dari angkasa sana, tetapi matahari
sepertinya rindu kepada kita makhluk bumi. Sederas apapun hujan dan setebal
apapun awan, matahari tetap berjuang keras untuk menyapa kita walau hanya
sekejap.
Hari baru telah dimulai, saat pena
harus selalu siap menancap dan menggores kertas putih kosong dengan tintanya.
Mata kuliah writing 4 sudah menemui pertemuan yang ketiga. Tiga mungkin masih
menjadi angka kecil dan seharusnya tantangan dalam menjalaninya pun masih
ringan, tetapi tidak dengan writing 4 ini. Di pertemuan ketiga mata kuliah ini
kami mahasiswa bahasa Inggris harus segera tancap gas untuk menulis. Menulis
apa? Academic writing, dimulai dari critical review.
Minggu lalu Mr. Lala berbicara
tentang “endurance” atau stamina. Beliau mengingatkan kepada kita bahwa stamina
tubuh kita itu harus dijaga dengan baik, karena writing 4 ini akan sangat
menguras habis tenaga kita. Benar saja, baru dua pertemuan saya lewati, tetapi
tubuh ini sudah menunjukkan reaksi yang cukup keras. Daya tahan tubuh menurun
drastis disaat permainan di academic writing belum dimulai seutuhnya. Sekrang,
tugas tambahan bagi saya dan bagi kita semua adalah untuk menjaga daya tahan
tubuh kita semua agar bisa tahan banting dalam menghadapi situasi sesulit
apapun.
Beralih kepada pembahasan
berikutnya. Bahasa. Bahasa merupakan modal utama kita, manusia sebagai makhluk
sosial. Makhluk sosial merupaka makhluk yang butuh berkomunikasi dengan makhluk
lainnya. Komunikasi ini dapat diwujudkan dengan penggunaan bahasa. Lalu, berapa
bahasa yang kita kuasai dan yang dapat kita terapkan dalam komunikasi? Apakah
satu atau dua atau tiga atau banyak bahasa? Satu bahasa dinamakan dengan monolingual.
Bila ditambah lagi dengan satu bahasa lain, berarti kita merupakan bilingual.
Apabila bahasa yang kita kuasai itu banyak itu dinamakan multilingual.
Berkomunikasi dengaan bahasa bisa
diwujudkan dalam berbagai cara, salah satunya adalah menulis. Tentang
penguasaan bahasa, akan berpengaruh pula terhadap skill menulisnya. Bila
seseorang merupakan multilingual person berarti dia juga akan menjadi
multilingual writer.
Seperti yang kita semua ingat bahwa
Mr. Lala telah menugaskan kita untuk mereview tulisan Prof. Chaedar dari
bukunya yang berjudul rekayasa literasi.
Di sana tertulis bagaimana buruknya literasi bangsa Indonesia kita yang tercinta
ini. Bahkan di dalam buku Prof.
Chaedar juga tertulis bukti-bukti penelitian yang menunjukkan betapa buruknya potret
literasi negeri ini. Hal yang paling disorot dalam kasus ini adalah untuk
memperbaiki proses belajar bahasa di Indonesia. Belajar bahsa yang lebih
ditekankan adalah di area membaca dan menulis. Rekayasa literasi dapat
diibaratkan dengan rekayasa genetik, ada perbaikan yang diupayakan untuk
literasinya itu.
Lalu apa hal yang paling tepat untuk
memperbaiki literasi bangsa tercinta ini? “Membangun
literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang professional, dan guru
yang professional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang
professional juga” (Chaedar, 2012). Semua aspek dalam pendidikan
turut berperan penting dalam pembentukan karakter literasi yang tinggi pada
setiap siswa. Lembaga pendidikan yang baik harus memiliki modal yang cukup
untuk mewujudkannya. Modal disini bukan hanya berupa materi, tetapi juga modal
tenaga pendidiknya supaya berkarakter literat juga.
Disadari atau tidak dan dipercaya
atau tidak bangsa yang literasinya tinggi akan menghasilkan masyarakat atau
orang-orang yang taat hukum, disiplin, dan tau aturan. Sehingga besar
kemungkinan nantinya bangsa Indonesia akan jauh dari kasus-kasus korupsi,
sebuah bentuk kejahatan masa kini. Singapura merupakan salah satu contoh negara
yang memiliki masyarakat yang literasinya tinggi. Mereka terus maju dengan
segala persaingan yang ada sekarang ini dan mereka masih bisa bertahan.
Literasi berhubungan dengan politik, ekonomi, dan teknologi. Tiga unsur ini
merupakan unsur penentu suatu negara bisa maju atau tidak.
Literasi tentu
berhubungan langsung denga teks. Dalam buku “The Culture Analysis of Text” yang ditulis oleh Lehtonen,
“Text itu sebagai semiotic”. Semiotic adalah ilmu yang mempelajari tentang
tanda. Lalu apakah teks itu termasuk tanda? Teks bisa dilihat dari dua sudut yaitu
fisik dan semiotic. Teks bisa terwujud dalam berbagai bentuk, tidak hanya
berbentuk tulisan tetapi juga dapat berbentuk gambar, music atau bisa disebut
simbol.
Sepertinya persiapan fisik benar-benar
dibutuhkan untuk bisa melanjutkan mengikuti mata kuliah writing 4 ini. Dengan
segala kerumitan academic writing yang dapat membuat otak berpikir lebih keras
dari biasanya, persiapan fisik merupakan modal awal kita untuk dapat menaklukkkan academic writing.
Hal penting lainnya adalah kita harus selalu berusaha keras untuk menjadi
manusia yang berliterasi tinggi supaya bisa membuat suatu perubahan pada negeri
ini, dimulai dari area yang terkecil yaitu diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic