We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 26 Februari 2014

Bukan Sekedar Literasi



Third Class Review

Pertemuan pada minggu ketiga diundur menjadi hari Rabu tanggal 19 Februari 2014 yang dimana jadwal seharusnya dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Februari 2014, namun pertemuan tersebut diundur dikarenakan pada saat dimana jadwal sebenarnya dilaksanakan, Mr.  Lala Bumela berhalangan untuk hadir dan memberikan materi dalam kelas karena mengikuti rapat pada jadwal yang sama. Akan tetapi, pembelajaran yang telah dilaksanakan pada minggu lalu tetap berjalan.
Dalam pertemuan kali ini, pembahasan dalam kelas ialah mengenai “literasi”. Literasi dikenal sebagai kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan literasi yang dimiliki oleh orang Indonesia tergolong masih rendah terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh PIRLS (Progress in Internasional Reading Literacy Study) pada tahun 2012 silam menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi ke – 117 dari 205 negara peserta. Rendahnya kemampuan literasi ini memang banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor, seperti contohnya lingkungan masyarakatnya yang menjunjung tinggi budaya berbicara, pendidikan seseorang, dan bisa juga karena rasa malas untuk membaca dan menulis. Untuk mengatasi rendahnya literasi di Indonesia salah satunya upaya yang bisa dilakukan agar supaya mampu mengembangkan pengetahuan tentang literasi ini adalah dengan cara mengenalkan dan membiasakan untuk selalu berlatih budaya baca – tulis agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari – hari kepada anak – anak. Dengan budaya literasi yang dimiliki oleh guru ataupun siswanya diharapkan mampu membawa Negara kita menjadi Negara maju agar tidak terjadi kebodohan dalam pendidikan dan literasi. Pada sebuah blog yang saya baca, yaitu yang di post – kan oleh Purnomo dituliskan bahwa literasi ini bukanlah sekedar literasi yang mampu membaca dan menulis. Akan tetapi, literasi mesti dipahami sebagai kemampuan dari peserta didik untuk berkomunikasi dan berdialog dengan si penulis ketika sedang membaca. Selain itu, literasi mestinya dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk menuangkan segala idenya didalam bentuk tulisan. Literasi juga harus dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk menciptakan hal baru. Jadi, literasi bukan sekedar kemampuan baca – tulis saja, akan tetapi pada akhirnya kemampuan itu sendirilah yang dapat mengembangkan pikiran seseorang.
Literasi yang bisa mengembangkan pola piker seseorang akan sangat ditentukan oleh “Endurance” (daya tahan tubuh kita) yang dimiliki seseorang, contohnya intensitas membacanya, kualitas seseorang saat membaca atau hasilnya, serta produktivitasnya dalam menulis. Diibaratkan seperti pemain sepak bola, seorang pelatih tidak akan mencari pemain yang kuat diarena lapangan selama 90 menit, namun lah pemain yang mampu bertahan selama 120 menit, setidaknya itulah yang akan terjadi jika seorang pelatih tersebut adalah Mr.  Lala Bumela.
Dalam Mata Kuliah Writing 4, hanya orang – orang  yang mempunyai “Endurance” atau daya tahan tubuh yang kuatlah yang akan tersisa atau disisakan untuk mendapatkan nilai A- atau A pada Mata Kuliah ini. Hal yang sulit dan sangat tidak sederhana untuk bisa memahami konteks sebuah bacaan hingga pada level seolah – olah sedang melakukan komunikasi dengan si penulis itu sendiri. Pada saat kita sedang membaca sebuah topic, maka tingkat pemahaman kita akan berbeda – beda antara membaca hanya dengan satu kali baca pada saat itu saja dan membaca beberapa bacaan dengan berulang – ulang. Pemahaman tersebut akan berubah pada saat kita hendak menuangkan kembali ide bacaan dengan berbagai tingkat imajinatif seseorang kedalam bentuk tulisan. Letak permasalahannya adalah sulitnya membangun budaya literasi yang masih begitu rendah.
Rendahnya budaya literasi sering dituduhkan pada saat kita mendapatkan pendidikan dasar dan sekolah menengah yang dianggap kurang memberikan kesempatan kepada para peserta didiknya, untuk sekedar mengapresiasikan karya sastra (Purnomo). Padahal berawal dari kebiasaan membaca sebuah karya sastra ataupun juga diajarkan untuk mengarang sejak mereka masih kecil menjadikan keberhasilan untuk membangun nalar seseorang. Hal tersebut pula lah yang kini Mr.  Lala Bumela coba terapkan dalam pembelajaran pada kami. Dan diharapkan dengan begitu Perguruan Tinggi IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat menjadi “Centre of Excellence”. Dengan begitu Perguruan Tinggi IAIN S Syekh Nurjati Cirebon akan terkenal dengan segala kebaikan dalam pendidikannya. “Literasi merupakan jantung dari kemampuan peserta didik untuk berhasil dalam dunia pendidikan ataupun setelahnya”(Satria Dharma). Tanpa adanya kemampuan berliterasi yang dimiliki oleh peserta didik maka, mereka akan kesulitan dalam menghadapi perkembangan zaman sekarang ini. Pada dasarnya, kemampuan berliterasi adalah syarat utama bagi kalangan muda dalam menghadapi perkembangan. Mr.  Lala Bumela menyatakan bahwa hanya mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon saja yang membaca artikel “Rekayasa Literasi” karya A. chaedar Alwasilah karena perguruan tinggi yang berada di Cirebon tidak membaca artikel tersebut, dengan begitu maka akan terciptanya kemampuan literasi dikalangan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Mr.  Lala Bumela benar – benar ingin mematangkan kami untuk menjadikan seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan literasi tinggi, lewat tugas – tugasnya yang diberikannya dengan cara menjadikan kami sebagai multilingual writer. Dengan begitu, Mr.  Lala Bumela berharap kami dapat menulis dalam dua bahasa yang berbeda, L1 bahasa Indonesia namun bacaan yang kami baca berupa L2 yaitu bahasa Inggris. Jadi dengan begitu kami bisa memahami L2 melalui bacaan – bacaan yang dijadikan tugas. Contoh kecil dalam mempraktekkan budaya literasi yaitu dengan mencatat segala yang kita beli pada hari ini dan besok – besoknya, seperti yang terdapat dalam kelas kami, riana yang selalu mencatat sesuatu yang ia beli, hal tersebut adalah salah satu contoh kecil dari praktek literasi.
Pada saat kita menullis, kita wajib untuk mengetahui cara mempresentasikan tulisan kita sehingga membuat tulisan kita menjadi menarik. Pada semester sekarang ini, kamu melatih banyak menulis agar tulisan yang diciptakan kami bisa mendapatkan cita rasa yang sesuai dengan harapan. Selain itu, dengan kita berlatih menulis maka kita menumbuhkan budaya literasi. Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru, karena dalam dunia pendidikan, guru yang memperkenalkan lebih jauh lagi tentang membaca dan menulis dan guru juga lah yang melestarikan budaya literasi yang kemudian diturunkan atau diajarkan pada peserta didiknya.
Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. dalam hal tersebut, upaya yang dilakukan disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya melalui penguasaan bahasa secara optimal adalah pengertian dari rekayasa literasi.’
Adapun 4 dimensi dari rekaya literasi, yaitu:
1.      Linguistik,
2.      Kognitif,
3.      Sosio cultural, dan
4.      Perkembangan
Dalam hal ini yang direkaya adalah pengajaran membaca dan menulis dalam 4 dimensi diatas. Pada saat Mr.  Lala Bumela memberikan sebuah teks maka kita akan membacanya (reading), merespon, menulis (write and re – write), maka dari itu kita juga harus mengetahui cara kita mendekati teks.
Kesimpulan     :
Literasi mestinya dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk menuangkan segala idenya kedalam bentuk tulisan. Literasi yang bisa mengembangkan pola piker seseorang akan sangat ditentukan oleh “Endurance” (daya tahan tubuh kita) yang dimiliki seseorang, contohnya intensitas membacanya, kualitas seseorang saat membaca atau hasilnya, serta produktivitasnya dalam menulis. Kemampuan berliterasi adalah syarat utama bagi kalangan muda untuk menghadapi perkembangan zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic