Class review 2
Pada tanggal 11 Februari 2014 adalah pertemuan kedua di mata kuliah
writing and composition 4. Menurut saya inti dari pembahasan Mr. Lala minggu ini
yaitu menjelaskan tentang academic writing dan manfaat literasi bagi sebuah
bangsa.
Saat di kelas Mr. Lala memulai pembelajaran dengan pengabsenan,
kemudian Mr. Lala menampilkan powerpoint dan menanyakan apa tujuan kita
mengikuti mata kuliah writing ini, menjawab pertanyaan itu saya sendiri memilih
pertanyaan terakhir yaitu “Only a student who tries to complete the whole
learning contracts” saya memilih pertanyaan tersebut karena selama ini saya
hanya mengikuti perkuliahan dengan tujuan melengkapi kontrak belajar.
Beranjak dari itu Mr. Lala menerangkan tentang apa saja yang akan ada
pada writing & composition 4 dan di writing 4 ini akan membahas tiga bagian
yaitu academic writing, critical thinking dan writing.
Pertama, academic writing Mr. Lala menjelaskan bahwa dalam academic
writing kita harus menggunakan bahasa yang kaku atau beku(rigid) kemudian
menggunakan bahasa yang formal, kemudian dalam academic writing membutuhkan
critical, structure, focused dan systematicity.
Kedua, Critical thinking menurut Mr. Lala berarti tidak mudah
percaya dengan sesuatu (you will not take something for guaranted) Jadi ketika
dalam penulisan di academic writing kita tidak boleh mudah percaya dengan
sesuatu atau kita tidak boleh memasukan sesuatu yang menurut kita itu belum
tentu kebenarannya.
Ketiga, Mr. Lala menjelaskan bahwa dalam writing terbagi menjadi 3
bagian yaitu: Pertama, a way of knowing something yang berarti menulis adalah
jalan untuk mengetahui sesuatu. Kedua, a way of repesenting something yang
artinya jalan untuk mewakili sesuatu. Ketiga, a way of reproducing something
yang artinya jalan untuk membuat sesuatu. Kemudian Mr. Lala pun menjelaskan
bahwa dari ketiga “something” memiliki arti yang berbeda yaitu information,
knowledge dan experience.
Kemudian Mr. Lala mengatakan dalam menulis sesuatu yang susah untuk dilupakan
yaitu pengalaman (experience) ketika kita menulis baik itu pengalaman buruk
kita maupun pengalaman baik kita. Jadi tujuan dilakukannya menulis yaitu memberikan
pengalaman bagi kita dalam menggali ilmu pengetahuan.
Setelah itu Mr. Lala membagi mahasiswa yang ada di dalam kelas
menjadi dua kelompok untuk memeriksa class review dan appetizer yang diberikan
minggu lalu dan Mr. Lala pun menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
academic writing. Mr. Lala menanyakan apa fungsi menulis bagi sebuah bangsa.
Kemudian Mr. Lala mengatakan mengapa negara malaysia dan negara
yang lainnya dapat maju dengan cepat, itu dikarenakan tingginya tingkat
kesadaran literasi pada masyarakatnya, sehingga dapat menjadikan sebuah negara
yang maju lebih dari negara yang lain. Mr. Lala juga mengatakan bahwa orang
yang tau literasi tidak akan membuang sampah sembarangan, taat pada hukum,
tidak akan mengambil hak orang lain dan orang yang paham dengan literasi tidak
akan melanggar aturan yang ada.
Setelah itu Mr. Lala membahas materi yang ada pada powerpoint, Mr.
Lala mengatakan bahwa kami sebagai mahasiswa harus bisa menjadi penulis multilingual,
yang dapat menulis secara efektif dalam L1 dan L2 efektif, yang berfungsi
sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2, yang mengubah diri dari seorang
mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis, yang dapat membuat informasi
pilihan dalam hidup, yang bisa mengubah dunia.
Kemudian Mr. Lala membahas perkataan Hyland yang berkata “menulis
adalah praktek didasarkan pada harapan: peluang pembaca menafsirkan maksud
penulis meningkat jika penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa
yang pembaca mungkin mengharapkan didasarkan pada teks-teks sebelumnya ia telah
membaca dari jenis yang sama”. Mr. Lala menjelaskan bahwa penulis disebut
penulis ketika dia sedang menulis begitu juga seorang koki disebut koki ketika
dia sedang memasak ketika dia keluar dari dapur tersebut maka dia tidak disebut
dengan koki. Jadi kita sebagai mahasiswa harus memanfaatkan saat menulis karena
saat kita menulis berarti kita sedang menjadi penulis yang akan menciptakan
sebuah tulisan yang luar biasa, sedangkan seorang pembaca tidak memiliki
batasan waktu selama dia masih mengingat sesuatu yang sama ketika ia membaca
sesuatu berarti dia masih disebut sebagai pembaca, kemudian Mr. Lala mengatakan
tulisan yang kita buat akan menjadi kuburan yang tak berarti, dan tulisan itu
akan berarti ketika ada pembaca yang membacanya, hanya pembaca yang dapat
memberikan roh dari tulisan kita, maka dari itu pembaca bisa disebut qualified
reader.
Kemudian menurut Hoey (2001), seperti dikutip dalam Hyland (2004),
mengibaratkan para pembaca dan penulis sebagai seorang penari yang mengikuti
langkah-langkah masing-masing, setiap rasa perakitan dari teks dengan
mengantisipasi apa yang lain kemungkinan akan dilakukan dengan membuat koneksi
sebelum ke teks. Dan Mr. Lala menyebut penulis dan pembaca dapat membuat
koneksi seni.
Kemudian Mr. Lala membahas bahasa Saussure adalah suatu sistem yang
didefinisikan maknanya itu sendiri, Barthes melihat peran orang-orang yang
berlatih aktivitas linguistik sebagai juga menjadi pusat dalam pembentukan
makna. Penulis bukan seorang penulis sebelumnya untuk tindakan menulis, tetapi
mengambil bentuk sebagai salah satu saat menulis. Barthes memang menyatakan
kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Kesimpulan:
Seorang penulis disebut sebagai seorang penulis ketika ia sedang menulis,
sedangkan ketika ia tidak menulis dia tidak disebut sebagai penulis. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa seorang penulis disebut penulis ketika sedang melakukan
proses menulis, sedangkan seorang pembaca tidak terkait waktu selama ia sedang
membaca atau tidak dia masih disebut sebagai seorang pembaca. Dan kemajuan
sebuah bangsa disebabkan oleh tingginya kesadara literasi dikalangan
masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic