We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 20 Februari 2014

JATI DIRI



 Pada tanggal 11 February 2014, writing empat season two pun di mulai semakin panas.  Tidak berbeda dengan cuaca pada saat itu, yang sangat panas dan tidak ada komersial break.  PAndangan mata menjadi kabur, fikiran pun menjadi tidak fokus.  Seperti biasa, pak Lala mengawali pembelajarannya dengan mengkroscek daftar hadir yang telah di persiapkan pada kertas yang sebelumnya.  Jika, yang di panggil namanya say “Yes” sebagai tanda kehadiran.  Keadaan seburuk apa pun, kami harus bisa menetralisirnya.
Beliau pun membuka alat perang yaitu berupa laptop, yang sudah terpasang di infokus.  Power point beliau kali ini yaitu mengenai jati diri, tetapi di slide nya bertuliskan “ knowing who really you are”.  Sebelum ke power point, beliau sedikit membahas tentang appetizer pertemuan sebelumnya.  Pendapat beliau mengenai tiga teks tersebut yaitu bagus, bahkan sangat luar biasa. 
Beliau menginstruksikan untuk membuat dua buah lingkaran, lalu beliau akan berkeliling dengan memberikan tiga buah pertanyaan dan mengkroscek log book kami.  Saya adalah orang yang ke sekian, namun saya berdebar – debar dan mempersiapkan argumen terlebih dahulu.  Tiga pertanyaan beliau mengenai teks tersebut yaitu :
1)      Apa yang salah dengan pendidikan yang ada di Indonesia?
2)      Apa penyebab tertinggalnya Indonesia di bidang pendidikan?
3)      Literasi?
Jawaban yang telah saya rancang yaitu sebagai berikut:
Kurangnya kualitas dalam menulis di negara Indonesia, oleh karena itu harus lebih di perketat lagi dalam hal menulis.  Bangsa Indonesia, sangat jauh berbeda dengan bangsa Malaysia.  Alasannya, Bangsa Malaysia sudah berhasil mencetak juranlis dari kalangan mahasiswa.  Jurnal yang telah di terbitkannya pun sangat banyak.  Beda halnya dengan bangsa Indonesia, yang belum mencetak pribadi mahasiswa sebagai jurnalis.  Padahal, bangsa Indonesia telah mengenyam jenjang pendidikan selama 12 tahun di tambah dengan perguruan tinggi selama empat tahun.  Mahasiswanya bangsa Indonesia yaitu terlalu manut kepada guru, tidak berani dalam hal mengungkapkan pendapat, tidak mau berusaha dalam hal pendidikan. Guru, hanya memberikan tugas pada Lks saja dengan format penilaian yang asal-asalan”subjektif’.
Sekitar 2,6 juta mahasiswa telah di cuci otaknya dengan pernyataan bahwa Bahasa Indonesia tidak layak untuk di gunakan dalam bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.  Seharusnya, sebagai mahasiswa itu harus lebih cermat dalam hal mencerna kabar teersebut.  Literasi, yaitu pemahaman mengenai teks bacaan.  Motif ini, mengikuti eksplorasi yang pertama cara memahami EAP.  Metode yang di gunakan adalah menggambarkan akademik teks dan konteks.  Penduduk di Indonesia jarang sekali yang membaca jurnal, yang mereka baca yaiitu hanya koran dan majalah.  Penyebabnya, mereka itu kurang berkonsentrasi di saat membaca teks.
Itulah jawaban yang telah saya rancang, namun keinginan dan kenyataan terkadang tak selalu berjalan dengan mulus.  Setelah selesai berkeliling seperti demikian, lalu beliau pun mendekati laptopnya dan menerangkan isi dari slidenya.  Hal pertama yang beliau sampaikan dari slide power point yaitu, mengenai siapa diri kami yang sesungguhnya.  Karakteristik dari diri kami yaitu:
ü  Hanya seorang mahasiswa yang mendaftar di Universitas sebagai mahasiswa di kelasnya itu sebagai penulis tanpa tujuan?
ü  Hanya seorang mahasiswa yang  menyelesaikan tugasnya dengan asal-asalan?
ü  Hanya sebagai mahasiswa yang mengikuti aturan agar mendapatkan nilai yang tepat sasaran?
ü  Hanya sebagai mahsiswa yang menulis tanpa jiwa?
ü  Hanya sebagai mahasiswa yang bertujuan untuk menyelesaikan seluruh kontrak kerjanya saja?
Entahlah, semua jawaban itu ada dalam diri kami masing-masing.
            Ke dua, mengenai diri kami dalam perspektif beliau yaitu kami adalah seorang penulis yang memiliki multilanguage.  Fungsinya, yaitu sebagai pembaca kritis.  Baik itu di dalam Bahasa Indonesia, maupun dalam Bahasa Inggris.  Semua langkah yang demikian akan mengubah jati diri mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis.  Kedepannya itu, kami akan mengubah dunia. 


            Ke tiga, mengenai menulis.  Dalam hal ini, Hyland berpendapat bahwa menulis adalah praktek yang di dasarkan pada harapan.  Ha itu berupa, peluang pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca harapkan yang di dasarkan pada teks – teks sebelumnya yang telah di baca dari jenis bacaan yang sama. 
            Ke empat, mengenai keseimbangan diantara ke duanya.  Dalam hal ini, Hoey(2001) berpendapat bahwa ibaratnya para pembaca dan penulis itu untuk penari yang menari dengan langkahnya masing-masing.  Rakitan dari teks dengan semua antisipasi yang akan terjadi, di lakukan dengan membuat koneksi ke teks yang sebelumnya itu adalah cita rasa hasil dari teks yang telah di curahkan.  Beliau pun memiliki pendapat yang sama dengan saya, bahwa membaca dan menulis itu adalah suatu hal yang berkesinambungan satu sama lainnya saling melengkapi.
            Ke lima, mengenai pendapat dari Lehtonen (2004;74).  Di dalamnya membahas Bahasa Saussure, yaitu suatu sistem yang di definisikan sendiri maknanya.  Barthes, melihat peran orang-orang yang berlatih aktivitas linguistik sebagai pusat pembentukan makna.  Barthes juga, mengungkapkan mengenai seorang penulis yang biasa-biasa saja.  Tetapi, beliau juga berpendapat bahwa seorang penulis itu harus mempunyai roh dalam tulisannya.  Telah di jelaskan dalam class review yang sebelumnya, yaitu semua penulis akan mati, hanya karyanya saja yang masih hidup kekal abadi.  Maka, tulislah atau buat lah suatu karya yang dapat membahagiakanmu di akhirat kelak.(Ali Bin Abi Thalib). 
            Terakhir, yaitu mengenai kelanjutan argumen dari Lehtonen. Menurut pendapat dari Lehtonen, yaitu suatu teks itu saling berhubungan satu sama lain dan keduanya tidak dapat di pisahkan.  Dalam kegiatan membaca itu terdapat memilih apa yang harus di baca, mengorganisir dan menghubungkan keduanya itu bersama-sama, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks. 
            Pa Lala, memberikan isntruksi apa yang harus di lakukan untuk minggu depan yaitu membuat class review bagian kedua dan membuat chapter review yang pertama.  Jumlah halaman dari class review harus bertambah banyak yang isinya itu harus lebih berbobot.  Isinya, harus formal, critical, meiliki struktur fokus, dan systematicity.  Secara keseluruhan, bahasa di dalamnya harus rigid/kaku.  Harus lebih profesional dalam membuat cita rasa suatu makanan, sama halnya dengan writing academic.  Harus mencairkan ide, agar lebih mantap lagi.  Kami tidak boleh merasa puas apa yang telah di raih dan harus selalu bertanya pada yang lainya dan kami juga tidak boleh memiliki perasaan egois yaitu tidakmau membantu kepada yang lainnya yang belum faham mengenai materi tersebut. Itu adalah, ciri dari “you will not take something for granded.”  Jago di dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, itulah kami hasil didikan dari beliau.  Namun, untuk mencapai hal demikian saya rasa tidak mudah.  Jangan merasa lelah di pertemuan kedua ini, karena ini belum ada apa-apanya.  Pintar itu adalah jago debate, menulis puisi itulah yang dibutuhkan dalam English Department. 
            Luar biasanya Malaysia dan Singapore itu bukan karena kepadatan penduduk tetapi mereka itu mempunyai pemahaman literasi yang tinggi.  Ciri-ciri yang mempunyai pemahaman litersi yang tinggi, yaitu tidak akan membuang sampah sembarangan, tidak menerobos lampu merah dan tidak akan melakukan korupsi. Semua itulah yang akan membuat bangsanya aman, seharusnya negara Indonesia itu yang mayoritasnya islam harus memiliki hal demikian karena telah tercantum dalam al-qur’an.  Sedangkan yang terjadi di Indonesia yaitu memiliki pendapatan yang rendah, diperkirakan tahun 2015 SDA’nya banyak, tenaga kerjanya hanya lulusan SD daya saing rendah level kerja yang rendah.  Sedangkan Negara Korea Utara itu telah mampu menciptakan nuklir, untuk melindungi negaranya dari serangan musuh.  Hal yang demikian dan lompatan ekonomi itu terletak di literasi.
            Contoh yang lainya yang memiliki literasi yang tinggi, yaitu ada di Amerika.  saat menyambut kedatangan Mr. Lala semua mahasiswa menyambutnya dengan baik, dengan cara mengambil  kursi dengan aman dan nyaman. Melakukan hal yang demikian, hanya dalam waktu lima menit.  Dengan waktu segitu saja sudah rapih, dan tidak mengeluarkan suara ribut sedikit pun.  Membudayakan dalam hal mengantri, ikhlas dalam hal di periksa sewaktu di bandara saat ada pemeriksaan yang lama.  Jika, mereka mempunyai literasi tingkat tinggi maka dari hal yang sepele pun mereka akan terasa nyaman dan aman dalam hal melakukannya.
Guru  bahasa itu sangat di butuhkan dalam jumlah yang banyak, karena semakin banyak bahasa maka akan semakin pintar dan bahkan akan menembus gerbang portal yang di tuju.  Sekarang itu adalah academic writing, harus mempunyai critical thinking. Didalam menulis harus mempunyai tiga cara, yaitu a way of knowing something, representing something dan reproducing something.  Maka akan membentuk molekul seperti:

TEKS ADA TIGA YAITU :
·         KNOWING    : Dimulai Dari Raasa ingin Tahu
·         REPRESENTING: Mencoba Nya Lalu Mempresentasikannya
·         REPRODUCING: Lalu Mengolahnya
 Ketiga hal tersebut, dapat di describe kan melalui kegiatan yang ada di kelas.  Seperti halnya academic writing 4, yang awalnya muncul dari rasa penasaran(ke ingin tahuan), lalu dia mempresentasikan nya ketika di beri pertanyaan, sebelum di presentasikan di kelas, dia harus memproduksi sebuah kata- kata di dalam log booknya.
Karena, yang akan bertahan lama di otak yaitu experience.  Pengalaman, dalam menulis itulah yang akan berpengaruh dalam hidup.  Dimulai dari knowing, apa yang ingin Anda ketahui untuk pertama kalinya maka Anda akan terus beruha untuk mencari tentang hal itu.  Lalu, kemudian Anda akan mencoba untuk merepresentasikannya dan kemudian memproduksinya.  Jadi, kami harus mencari sumber yang lainnya.  Posisi seorang reader itu tidak hanya saat sedang membaca saja, melainkan lebih kompleks dari seorang reader daripada seorang writer dan cheff.  Karena, cheff itu tugasnya hanya di dapur saja ketika diasedang memproduksi sebuah makanan.  Ketika, dia keluar dari dapur maka dia bukan cheff lagi namanya.
Satu kunci dari isu yang beredar yaitu melingkupi cara kita untuk memahami dan mempraktekkan dari EAP, adalah kespesifikkan atau perbedaan-perbedaan yang di sebut akademik Inggris untuk tujuan umum(EGAP) dan akademik Inggris untuk tujuan spesifik.  Mengikuti pendekatan EGAP, guru mencoba melakukan sesuatu untuk mengisolasi  keterampilan bentuk bahasa, aktivitas pemikiran dan belajar menjadi lazim untuk disiplin secara keseluruhan.
Menurut Dudley-Evans dan St John (1998:4), di mohon untuk instansi mengikuti aktivitas diantaranyauntuk mendengarkan dosen, berpartisipasi dalam supervisi, seminar dan tutorial.  Membaca buku bacaan, artikel dan bahan bacaan yang lainnya.  Writing essay, latihan menjawab disetasi dan laporan.  Oleh karena itu, yang spesifik menggantikan guru EAP untuk mengambil pendirian dalam pandangan bahasa dan belajar untuk latihan seperti kursus.  Tenaga kita untuk bertanya “apakah keterampilan di sana?, apakah ciri – ciri dari bahasa dapat di alihkan menjadi perbedaan disiplin atau apakah kita harus fokus dalam teks keterampilan dan apakah yang menjadi ciri-ciri kebutuhan dalam belajar pada disiplin yang nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic