Class Review 2
Inilah
saat dimana tinta hitam ini merangkai kata demi kata pada kertas kosong. Kertas
kosong yang putih harus diisi dengan rangkaian kata untuk mendapatkan tulisan
sebanyak kurang lebih 5 halaman. Tinta
hitam ini terayun-ayun dalam genggaman tangan.
Berusaha merangkai kata demi kata pada setiap halaman buku. Sangat tidak mudah merangkai kata demi kata
menjadi 5 halaman lebih. Inilah yang
kami lakukan setiap seminggu sekali.
Merangkai kata demi kata pada buku catatan class review. Kertas yang tadinya putih dan polos kini
harus terisi oleh rangkaian kata yang akan menjadi modal PASSPORT untuk mengikuti mata kuliah “Writing and Composition 4”
pada pertemuan ketiga.
Mata
kuliah “Writing and Composition 4” kini telah memasuki pertemuan kedua. Pertemuan kedua mata kuliah “Writing and
Composition 4” dimulai pada hari Selasa, tanggal 11 Februari 2014, pukul 10.50
di ruang 44 Gedung PBI, yang mana seperti biasanya dibimbing oleh Mr. Lala
Bumela, M. Pd. Mata kuliah ini dimulai
dengan pembahasan pada pertemuan sebelumnya.
Terdapat tiga point penting yang Mr. Lala sampaikan kepada kami di
pertemuan pertama mata kuliah “Writing and Composition 4”, yaitu :
1. Academic
Writing
Sistem “Academic Writing” itu bersifat rigid, formal,
critical, structure-focused, dan systematicity (kaku). “Academic Writing” bisa disebut formal karena
penulisan dan pembahasan yang kita sampaikan menggunakan bahasa yang
formal.
Ada pembahasan lain yang sangat menarik yang
disampaikan oleh Mr. Lala, yaitu mahasiswa semester 4 sangat luar biasa sekali,
karena kami diajar oleh Mr. Lala selama tiga semester berturut-turut. Itu adalah sesuatu yang sangat luar
biasa. Pada mata kuliah writing kali
ini, kami menulis untuk satu dosen yaitu Mr. Lala Bumela, M.Pd. Dapat diibaratkan seperti seorang chef yang
makanannya dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Misalnya Restaurant mahal yang mana hanya
orang-orang kaya yang terdapat di dalamnya.
Tapi, di mata kuliah writing 4 ini kami memasak hanya untuk satu orang,
maksudnya memask disini adalah menulis.
Itu adalah perumpamaan yang Mr. Lala sampaikan kepada kami. Contoh lainnya, wartawan atau mahasiswa IAIN
jurusan bahasa Inggris semester 4? Mr. Lala mengatakan bahwasanya mahasiswa
IAIN semester 4 yang diajar oleh Mr. Lala itu lebih unggul ketimbang seorang
wartawan. Kenapa bisa terjadi demikian?
Karena mahasiswa IAIN semester 4 jurusan bahasa Inggris dalam menghadapi mata
kuliah “Writing and Compositon 4” harus lebih berpikir kritis tentang apa yang
mereka tulis dan yang lebih penting, menulis merupakan proses mengajarkan
kesabaran. Itulah yang harus dimiliki
oleh mahasiswa semester 4 jurusan bahasa Inggris IAIN Cirebon.
2. Critical
Thinking
Think-read-write.
Orang yang berpikir kritis itu akan selalu bertanya (always asking),
never getting satisfied dan akan sangat selektif, karena ketika kita berpikir,
maka kita harus menjadi pembaca kritis.
Ada
tiga point penting dalam menulis, yaitu :
·
A way of knowing something
Mereka
yang mendapatakan nilai A dalam mata kuliah “Writing and Composition 4” adalah
mereka yang benar-benar tahu mengapa mereka harus menulis dan mereka yang
benar-benar tahu apa yang mereka tulis.
·
A way of representing something
Cara
kita menulis, bahasa yang kita gunakan dalam menulis, itu adalah voice. Voice disini adalah cara kita untuk
merepresentingkan sesuatu.
·
A way of reproducing something
Something disini
terdiri dari tiga point, yaitu informasi, knowledge, experience. Dari ketiga point tersebut, yang paling
penting adalah experience, karena experience sangat penting dalam mempengaruhi
tulisan. Contohnya, kita pernah menulis,
kita pernah membaca, kita suka menulis, kita suka membaca. Pengalaman menulis
dan membaca itulah yang akan mempengaruhi kita dalam menulis. Contoh lainnya, ketika saya dan teman-teman
belajar “Writing and Compositon 2” dan “English Phonlogy” oleh Mr. Lala. Apa yang menarik dari hal tersebut? Yang
menarik adalah ketika pengalaman kami mengerjakan tugas-tugas beliau dan
pengalaman kami ketika menghadapi kesulitan mengerjakan tugas beliau. Writing juga merupakan bagian dari
propesional kita sebagai mahasiswa IAIN Cirebon jurusan bahasa Inggris semester
4. Sangat beruntung jika kita dibesarkan
dengan buku dan betapa pentingnnya sebuah pengalaman itu. Kepintaran bukanlah sebuah pengalaman tapi
kepintaran adalah bagaimana kita merubah molekul-molekul kepintaran menjadi
sebuah pengalaman berharga.
Kata-kata
mutiara yang sangat indah yang Mr. Lala ucapkan kepada kami. Kata-kata tersebut membuat saya terhanyut
dalam angan-angan yang membuat saya merasa lebih baik. Berikut kutipan
kata-kata Mr. Lala “kalian tidak usah mengubah dunia yang kacau tapi setidaknya
kalian mampu mengubah dunia untuk dilihat oleh orang tua kalian. Betapa indah makna yang terkandung dari
kata-kata tersebut. Kata-kata itu
membuat saya tersadar bahwasannya kita tidak usah memikirkan sesuatu yang sulit
untuk dicapai tetapi buatlah dirimu menjadi hebat agar orang tuamu bangga terhadapmu. Itulah kata-kata indah yang saya dapatakan
dari Mr. Lala pada pertemuan kedua mata kuliah “Writing and Comopsition 4”.
Berikut
masuk pada pembahasan tentang Literacy+Language Teaching. Orang-orang yang memiliki literasi yang
tinggi tidak akan membuang sampah sembarangan, merokok (ketika ada peringatan
dan tulisan “No Smoking” di suatu tempat) dan menerobos lampu merah. Contoh yang terjadi di Australia, ketika
seseorang yang lulusan dari Indonesia yang kuliah di Australia akan pulang ke
kampung halamannya dan melakukan sambutan terakhir untuk orang tersebut, dan
apa yang terjadi? Semua mahasiswa disana mengangkat kursinya masing-masing
untuk masuk ke dalam gedung tersebut tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dan
dengan begitu rapihnya mereka berbaris satu sama lain, dan dalam waktu 5 samapi
10 menit mereka duduk di bangku masing-masing.
Setelah acara penyambutan tersebut berakhir, semua mahasiswa mengambil
bangkunya untuk ditaruh di tempat sebelumnya dan dengan rapinya mereka keluar
satu per satu tanpa mengeluarkan surara apapun.
Inilah yang berbeda antara Indonesia dan negara-negara lain. Bahkan hal yang paling kecil pun Indonesia
sulit untuk mematuhinya. Diluar sana,
peraturan dibuat untuk di patuhi tapi di Indonesia, peraturan dibuat untuk dilanggar. Betapa lemahnya literasi dan language
teaching di negara Indonesia ini.
Negara
yang literasinya tinggi, cenderung akan sukses. Contohnya di negara Korea
Selatan, merek LG, Samsung, Hyundai, itu adalah buatan korea semua. Sampai terkenal keseluruh dunia. Negara Korea Utara canggih nuklirnya, bahkan
mereka berani jika harus berperang dengan Amerika, karena mereka memiliki
senjata yang sangat luar biasa. Senjata
nuklir terbaik di dunia. Menurut Mario
Teguh sukses besar adalah perjalanan besar setiap hari. Jika kita ingin sukses di umur 25 tahun maka
kita harus menyiapkan diri selaman 25 tahun.
Jika kita ingin sukses di usia 50 tahun maka kita harus menyiapkan diri
selama 50 tahun. Sukses meruapakn
perjalanan yang berkualitas.
Kini masuk kepada
pembahasan selanjutnya, yaitu keterkaitan antara text, writer and reader. Text-Write-Read. Mr. Lala menulis text untuk kami baca, dan kami
sebagai pembaca akan berpikir tentang isi dan maksud dari text tersebut. Sebenarnya, lebih komplek menjadi seorang
pembaca, karena ketika seorang pembaca mengkritik tulisan penulis, itu artinya
dia berpikir kritis ketika membaca. Sedangkan
seorang penulis, mereka tidak akan disebut sebagai penulis ketika tulisan
mereka tak ada yang membaca karena penulis yang hebat mucul dari “Qualified
Reader”. Kalau kita tidak bisa berevolusi
menjadi pembaca yang hebat, maka kita tidak akan bisa menjadi penulis yang
hebat. Seorang chef akan dikatakn chef
ketika dia memasak begitupun dengan seorang penulis, kami bisa disebut sebagai penulis ketika kami
menulis. Tetapi, ketika kami selesai menulis kami bukannlah seorang penulis
lagi. Ketika tulisan yang kita buat
hanya disimpan didalam buku dan tidak ada yang membacanya, tulisan kita itu diibaratkan
sebagai kuburan, dan roh dari kuburan itu adalah pembaca. Maka dari itu, tulisan seoranag penulis akan
terlihat ada rohnya ketika orang lain membacanya.
Kini
memasuki pembahasan power point yang telah Mr. Lala jelaskan pada pertemuan
kedua. Power point tersebut berjudul
“Knowing Who We Really Are”.
Siapakah
kita di kelas Mr. Lala?
Hanya
seorang siswa mendaftar di kelas menulis tanpa tujuan?
Hanya
seorang siswa mencoba untuk menyelesaikan setiap tugas tunggal tanpa
wholeheartedness apapun?
Hanya
seorang mahasiswa yang menulis hanya untuk mendaptakan nilai yang tepat?
Hanya
seorang mahasiswa yang menulis tanpa jiwa?
Hanya seorang mahasiswa yang mencoba untuk
menyelesaikan seluruh kontrak belajar?
Apakah
kita termasuk dalam salah satu di pertanyaan tersebut? atau semua pertanyaan
tersebut kita termasuk di dalamnya? Entahlah, yang jelas pada mata kuliah “Writing
and Comopsition 4” ini, saya akan berusaha sekeras mungkin untuk menghadapi rintangan-rintangan
dalam mengerjakan tugas writing. Saya
ingin mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa saya mampu. Saya ingin orang tua saya bangga terhadap
saya. Mengecewakan kedua orang tua sama
saja dengan menyakiti hati mereka. Saya
hanya ingin melakukan yang terbaik untuk diri saya sendiri dan orang tua. Tidak ada keterpaksaan belaka, karena ini
adalah kewajiban saya sebagai mahasiswa.
Dalam perspektif Mr. Lala, kami
adalah A MULTILINGUAL WRITER, yang menulis secara efektif dalam L1 dan L2
efektif, yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik dalam L1 dan L2, yang
mengubah diri sendiri dari mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis, yang
dapat membuat informasi pilihan dalam hidup, yang bisa mengubah dunia. Hal ini mungki terlalu banyak tapi itulah
tantangan yang harus kita hadapi sebagai mahasiswa bahasa yang menjadi
mahasiswa menulis.
Hyland
mengatakan dalam tulisannya bahwa menulis adalah praktek yang didasarkan
pada harapan: peluang pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis
mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin harapkan
didasarkan pada teks-teks sebelumnya yang ia telah baca dari jenis yang
sama". Jadi, ada keterkaitan erat
antara teks, penulis dan pembaca.
Writer and reader = dancers?
Hoey
(2001), seperti dikutip dalam Hyland
(2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis
adalah penari yang mengikuti langkah masing-masing,
setiap rasa perakitan
dari teks dengan
mengantisipasi apa yang lain kemungkinan
akan dilakukan dengan membuat
koneksi ke teks
sebelumnya. Penulis dan
pembaca itu seperti penari. Dengan kata
lain, bagi Mr. Lala penulis-pembaca
membuat sambungan yang disebut seni. Ketika seorang
dosen meminta siswanya untuk melangkah kedepan maka siswanya harus melangkah
kedepen. Begitupun dengan menulis,
ketika seorang dosen meminta kita untuk membaca teks bacaan yang beliau berikan
maka kita akan mengikutinya dan ketika kita diminta untuk menulis maka kita pun
akan mengikutinya.
Lehtonen (2000: 74) on Barthes
Dimana
bahasa Saussure adalah
suatu sistem itu sendiri yang didefinisikan maknanya. Barthes melihat peran orang-orang
yang berlatih aktivitas linguistik sebagai juga menjadi pusat dalam pembentukan makna. Penulis bukan seorang penulis sebelumnya
untuk tindakan menulis, tetapi
mengambil bentuk sebagai salah
satu saat menulis. Barthes memang menyatakan kematian penulis,
sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Lehtonen further argues (Lehtonen lebih
jauh berpendapat)
Pembaca
naik ke inti dari
pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat
di mana makna dimiliki. Teks dan pembaca tidak
pernah ada secara independen satu
sama lain, tetapi sebenarnya menghasilkan
satu sama lain. Membaca termasuk memilih apa
yang harus dibaca, mengorganisir dan
menghubungkan mereka bersama-sama dalam rangka arti toform,
serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks.
Itulah keterkaitan antara teks, penulis, pembaca dan makna.
Dalam
bukunya yang berjudul “ The Cultural Analysis of teks”, Mikko Lethonan membahas
tentang banyak hal. Ada beberap point
penting yang saya kutip dari tulisan beliau, yaitu:
1)
The world of
texts
a.
Text as
physical beings
Seperti sering terjadi,
yang berkaitan dengan dua sisi, hal ini berguna untuk mempelajari teks dari
kedua sudut pada saat ini, baik sebagai bahan fisik maupun semiotik. Selain itu, fakta bahwa kualitas fisik dan
semiotik saling terkait dalam teks berpendapat untuk melakukannya. Teks yang pasti adalah physical beings,
tetapi mereka ada dalam bentuk tersebut untuk menjadi makhluk semiotik. Sebaliknya, teks dapat menjadi semiotic
beings hanya ketika mereka memiliki beberapa bentuk fisik.
2)
The world of
context
a)
Contexts as a
co-texts
Gagasan yang telah
diuraikan tentang konteks kategoris, berangkat dari model tradisional mengenai
hubungan anatar teks dan konteks.
Konteks tidak akan ada sebelum penulis atau teks, baik apakah itu ada di
luar mereka. Sesuai dengan arti
harfiahnya, ‘co-text’ adalah teks-teks yang sesama teks yang selalu ada
bersama-sama dengan teks-teks yang mereka konteks. Teks merupakan bahan baku dari makna, yang
mengaktifkan dan juga mereproduksi sumber daya pembaca kontekstual. Selain itu, konteks yang hadir adalah konteks
menulis dan membaca.
3)
The world as a
reader
Pembaca sebagai makhluk sosial dan semiotik
Membaca dapat berbagai macam kegiatan. Seorang pembaca dapat muse pada hubungan teks
dengan insiden dalam kehidupan penulisnya atau mencari kostelasi kata-kata
tertentu didalamnya. Masing-masing dari
cara-cara membaca menghasilkan arti yang berbeda.
Dalam
bukunya yang berjudul “Second Language Writing”, Ken Hyland membahas tentang
banyak hal. Ada beberap point penting
yang saya kutip dari tulisan beliau, yaitu:
§ Membimbing
konsep dalam pengajaran menulis L2
Sejumlah teori mendukung upaya guru untuk memahami
tulisan L2 dan pembelajaran telah dikembangkan sejak EFL/ESL menulis pertama
kali muncul sebagai daerah khas beasiswa pada 1980-an. Dalam kebanyakan kasus, masing-masing telah
antusias diambil, diterjemahkan kedalam metodologi yang tepat, dan menempatkan
untuk bekerja di ruang kelas. Namun
masing-masing juga dilihat sebagai sepotong dalam teka-teki, perspektif
tambahan untuk menerangi apa yang peserta didik perlu belajar dan apa yang
perlu guru berikan dalam intruksi menulis efektif. Teori sebagai pilihan kurikulum,
masing-masing mengatur L2 menulis mengajar memiliki fokus yang berbeda, yaitu
struktur bahasa, fungsi teks, tema atau topik, ekspresi kreatif, proses
menyusun, kadar, dan genre serta konteks penulisan.
§ Fokus
pada struktur bahasa
Salah satu cara untuk melihat menulis adalah
melihatnya sebagai tanda pada halaman atau layar, sebuah susunan koheren kata-kata,
klausa, dan kalimat terstruktur sesuai ke sistem aturan.
Penekanan
pada struktur bahasa sebagai dasar untuk menulis adalah pengajaran yang
biasanya meliputi empat tahap, yaitu:
Ø Sosialisasi
merupakan peserta didik yang diajarkan tata bahasa dan kosa kata tertentu,
biasanya melalui teks.
Ø Controlled
menulis merupakan pembelajaran manipulasi pola tetap, yang mana sering dari
tabel substansi.
Ø Dipandu
menulis yaitu peserta didik meniru teks model
Ø Menulis
bebas merupakan proses pembelajaran menggunakan pola yang mereka kembangkan
untuk menulis esai, surat, dan sebagainya.
§ Potensi
perbedaan penulisan L1 dan L2
Pengetahuan dan pengalaman diperlukan untuk menulis
berhasil dalam bahasa Inggris. Menurut
Canale dan Swain (1980) dalam penulisan membutuhkan setidaknya: kompetensi
gramatikal dan pengetahuan tentang bahasa, kosakata dan sistem bahasa, wacan
kompetensi dan pengetahuan genre dan pola retoris yang menciptakan mereka,
kompetensi sosiolinguistik dan kemampuan untuk menggunakan berbagai komunikatif
strategi.
4) Schemata
budaya dan menulis
Salah satu cara dimana skema budaya yang berbeda
dapat mempengaruhi penulisan L2 adalah melalui konsep belajar dan menulis yang
telah disediakan. Hal ini tidak selalu
jelas bahwa cara kita memahami istilah-istilah seperti pembelajaran dan
pengajaran dapat bervariasi lintas budaya, dan tidak guru maupun siswa dapat
menyadari bahwa mereka berdiri diatas tanah yang berbeda.
§ Kesimpulan
Dapat
disimpulkan, bahwa materi diatas menjelaskan tentang literasi (baca-tulis)
serta pentingnya memahami dan menguasai L1 dan L2. Maka dari itu, pengajaran baca-tulis sangat
bermanfaat bagi siswa dan perlunya untuk ditanamkan budaya baca-tulis dalam diri
kita sejak sedini mungkin. Modal utama
penguasaan L1 dan L2 adalah pembiasaan diri dalam baca-tulis sehingga akan
menghasilkan pembaca kritis dan penulis yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic