ClassReview 3
Pada tanggal 19 Februari 2014, kita
masih belum beranjak dari dunia literasi. Menurut Mr. Lala , pengajaran
pendidikan literasi itu melalui dua hal:
1. Reading
(Membaca)
2. Writing
(Menulis)
Mengapa
kita menulis?
Menulis, kata ini mungkin sudah
tidak asing lagi untuk didengar karena setiap orang pasti bisa menulis. Baik
itu menulis surat, buku deary, dan membuat sebuah catatan. Menulis mempunyai
arti sebagai pemberi pesan, dimana pesan yang disampaikan didapat dari
pengalaman pribadi, membaca, menyimak atau tentang perasaan yang sedang
dirasakan sekarang. Menulis sangat berkaitan erat dengan membaca. Membaca dan
menulis memberi banyak sekali manfaat
untuk kehidupan manusia, salah satunya dapat meningkatkan literasi.
Menurut
Baynhan (1995), literasi merupakan integrasi keterampilan menyimak, berbicara,
menulis, membaca, dan berpikir kritis. Kita tahu bahwa menyimak, berbicara,
menulis dan membaca merupakan aspek dasar dalam bahasa Indonesia. Tidak akan
ada pembaca yang literat jika tidak ada teks atau buku bacaan yang dibaca.
Dalam buku yang ditulis oleh Mr. Mikko Lehtonen dari Londen, United Kingdom
dengan judul “ The Cultural Analysis of Text’s pada tahun 2000”. Teks terbagi
dalam dua bentuk :
1. Teks
sebagai Bahasa Tubuh
Teks
mampu menginterpertasikan sebuah bahasa tubuh ke dalam sebuah tulisan, jika
dilihat dari sudut pandang yang lain, maka teks juga bersifat physical maka
teks juga bersifat semiotik.
2. Teks
dalam bentuk Semiotik
Dalam
kecanggihan teknologi ini, teks bisa mengandung makna bahwa teks bisa menjadi
penggabungan antara menulis, berbicara, gambaran, musik dan lain-lain. Semiotik
sebagai karakter teks itu karena melihat tiga fitur yang terkandung di
dalamnya, hubungan formal satu sama lain dan yang terakhir adalah bentuknya
secara utuh makna yang ingin disampaikan oleh sebuah teks.
Kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia kita masih mengkhawatirkan, jika dibandingkan
dengan negara-negara maju, siswa SMA di Amerika, Belanda, dan Prancis
diwajibkan membaca 30 buku sastra. Demikian pula di negara-negara Asia, seperti
di Jepang para siswa diwajibkan membaca 15 buku sastra. Untuk meningkatkan
kemampuan membaca para siswa di negara kita, maka dalam Standar Isi ditetapkan
target jumlah bacaan sastra dan nonsastra yang harus dibaca. Namun, di dalam
kenyataan hal ini masih diabaikan.
Padahal
kesuksesan pendidikan sangat bergantung pada kemampuan membaca dan menulis. Di
Indonesia minat membaca sangat rendah dan secara tidak langsung akan berakibat
pada daya saing mereka di dunia internasional. Salah satu faktor penyebab
kurangnya minat membaca adalah ketidak sukaan membeli buku. Mereka lebih senang
membeli makanan, pakaian, aksesoris dan sebagainya dari pada membeli buku.
Padahal buku merupakan jenjela ilmu pengetahuan yang bisa membuka dunia. Supaya
negara kita bisa sejajar dan dapat bersaing dengan negara lain, kita harus
mentransformasikan gemar membaca dan menulis ke dunia pendidikan. Sistem pendidikan perlu direformasi agar
mampu mengembangkan kemampuan literasi anak sejak dini. Pengajaran di sekolah
harus lebih diarahkan lagi pada pengembangan kreativitas dan daya berpikir
kritis siswa dan siswi. Mulai dari sekolah dasar, anak-anak harus dibiasakan
dengan tugas membaca dan membuat sebuah laporan bacaan. Seperti yang dilakukan
di negara Amerika. Hal ini akan meningkatkan daya nalar dan kritis anak-anak
yang merupakan awal lahirnya generasi yang literat. Bila dilakukan dengan
benar, daya kritis bisa berdampak positif terhadap kemajuan masyarakat.
Kesimpulan:
Pembelajaran
literasi akan mengondisikan siswa-siswi untuk menjadi seorang literat. Salah
satunya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah diarahkan untuk
membangun literasi, terutama dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas peserta didik menggunakan bahan ajar dalam kehidupan. Seperti,
pengajaran pendidikan literasi yaitu membaca dan menulis. Keduanya merupakan
aspek dasar dalam bahasa Indonesia. Sehingga pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam terwujudnya pembelajaran
literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic