We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 25 Februari 2014



Prajurit Literasi
Class Review 3

Jalan lurus yang begitu halus telah dilalui. Jalan yang berliku-liku pun telah terlewati. Namun jalan di  depan sana merupakan tanjakan yang kian mengerucut, terlihat berkelok-kelok bak ular naga yang sedang terbang tinggi ke arah sang mentari. Ini menggambarkan betapa panjangnya perjalanan yang telah dilewati ternyata belum sampai jua pada tujuan. Hanya sesaat merasakan nikmatnya istirahat sejenak di bawah rindang pohon dengan meneguk beberapa tetes air. Kini haruslah bersiap melanjutkan perjalanan yang panjang dengan tenaga yang tersisa. Apakah mampu? Dibutuhkan suatu endurance yang tinggi untuk tetap dapat melanjutkan perjalan hingga mencapai tujuan. Keyakinan yang tinggi merupakan kunci utama suatu keberhasilan. Maka yakinlah agar dapat memperoleh suatu kemenangan yang abadi. Ini mengibaratkan bahwa betapa beratnya menulis. Sampai dimana kita harus dikatakan “ahli” menulis. Bahkan ketika seorang Profesor pun yang notabene ahli bahasa pasti mengalami kesulitan dalam menulis. Wajar bila menulis ini amat sukar bagi seorang prajurit literasi seperti kami.
Semua perbekalan yang dimiliki telah ludes habis dilahap oleh otak yang lapar seiring berjalannya waktu. Persediaan airpun telah kering seiring berubahnya iklim panas yang memburu kalbu. Wahai penguasa jagat, datangkan untuk kami makanan-makanan rohani dan suplemen-suplemen tambahan duniawi melalui buku-buku maupun informasi gaib dari mbah “Gembel” yang begitu cepat bagaikan kilat yang menyambar bumi. Perjalanan masa lalu yang begitu indah, haruslah diingat kembali sebagai suatu pembelajaran. Teringat saat Jenderal Elbi menceritakan mengenai rekannya yakni Richard Walker bahwasanya ia membawa misi literasi beserta dengan kode rahasianya yakni “PACUCO”. Sungguh kode sandi operasi yang sangat di kenang oleh para prajurit literasi kala itu.
Jenderal Richard menjelaskankan bahwasanya terdapat lima syarat agar menjadi prajurit literasi yang baik, yakni Purpose, Audience, Clarity, Unity and Coherence (PACUCO). Dimana Purpose sebagai tujuan dasar prajurit literasi dalam bertindak. Dalam hal ini literasi berperan sebagai pemberi informasi, pembujuk dan penghibur masyarakat sipil (pembaca). Literasi yang berperan sebagai pemberi informasi, seharusnya penyampaian informasi ini dilakukan dengan benar, akurat dan terpercaya. Literasi yang berperan sebagai media pembujuk, haruslah membujuk ke arah yang positif, jangan sampai membujuk ke arah yang negatif dan cenderung merusak. Kita yang masih hidup saat ini tengah dibombardir oleh kuatnya bom-bom dan peluru-peluru media persuasif iklan televisi, radio, internet, koran, dan majalah yang cenderung memaksa kita untuk tunduk kepada mereka.
Syarat yang kedua adalah Audience, yakni siapa yang akan kita perangi? Siapa yang harus kita patuhi? Siapa yang akan kita berikan informasi? Siapa yang akan kita bujuk dan siapa yang akan kita hibur? Audience ini harus benar-benar tepat sasaran agar maksud yang kita inginkan dapat terlaksana dengan baik dan maksimal. Kita harus mampu membedakan antar penggunaan bahasa formal dan informal dalam konteks literasi kita. Apabila sang jenderal memerintahkan kita untuk berperang dalam zona Academic Writing maka yang digunakan adalah ragam bahasa formal. Sebaliknya apabila sang jenderal memerintahkan kita berperang dalam zona Experience maka yang digunakan adalah ragam bahasa informal.
            Syarat yang ketiga adalah Clarity, yakni kejelasan dalam penggunaan kata-kata yang deskriptif untuk membuat detail yang lebih spesifik dalam setiap komando paragrafnya. Dalam prakteknya dibutuhkan kemampuan tiap prajurit literasi untuk mengidentifikasikan sinonim kata sandi tertentu yang memiliki arti yang sama atau mirip dengan kata sandi aslinya. Sehingga diperlukan kesadaran yang tinggi akan pengembangan pentingnya referensi sinonim kata bagi tiap-tiap prajurit literasi.
            Syarat yang keempat adalah Unity, yakni kesatuan dan keutuhan komando yang diperintahkan dalam setiap paragrafnya dimana kalimat pendukung harus selalu berhubungan erat dengan kalimat topiknya. Ini merupakan tugas prajurit literasi untuk memastikan keterkaitan yang kompak antara topik dan pendukungnya.
Syarat yang kelima adalah Coherence, yakni konsep urutan yang logis antara komando paragraf yang satu dengan komando paragraf yang lainnya dalam sebuah text pertempuran. Caranya adalah dengan menghubungkan ide pokok dalam sebuah komando paragraf yang satu dengan ide pokok pada komando paragraf yang lain sehingga menghasilkan urutan komando yang jelas.
 Itulah yang dijabarkan Jendral Richard satu tahun silam mengenai syarat menjadi prajurit literasi yang baik. Namun satu tahun telah berlalu sehingga Jenderal Elbi lebih memfokuskan pada pertempuran di zona Academic Writing. Jenderal Elbi mengubah kode “PACUCO” menjadi “CCLCUVaFo” yakni Cohesion, Clarity, Logical Order, Consistency, Unity, Variety dan Formality. Kode ini sedikit berbeda hanya terdapat sedikit penambahan pada Cohesion yang dulu merupakan Coherence yakni kesinambungan komando kalimat satu dengan yang lainnya dan paragraph dengan paragraf yang lainnya. Kemudian Logical order yang merupakan perpindahan penjelasan komando dari umum menuju yang lebih spesifik.  Lalu Consistency adalah kewajiban prajurit literasi untuk bisa konsisten dalam penulisan pada penyeranganya, khususnya gaya penulisan penyerangan yang tetap dan tidak berubah-ubah. Kemudian Variety yakni penerapan berbagai macam strategi penyerangan yang berbeda. Dan yang terakhir adalah Formality,  yakni prajurit literasi harus menggunakan ragam bahasa formal dalam menjalankan misinya.
  Ini merupakan perubahan sistem komando yang sangat terorganisir dikarenakan lawan yang akan dihadapi begitu tangguh pada zona pertempuran Academic Writing. Prajurit literasi harus selalu waspada akan setiap kemungkinan yang menimpa. Untuk itu prajurit literasi harus mempersiapkan kondisi fisik dan mental sepenuhnya untuk bertempur pada zona pertempuran yang hebat ini. Good luck literacy soldier! Keep spirit!!!

2 komentar:

a space for comment and critic