We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Februari 2014



Chapter review
Pentingnya Literasi bagi Pendidikan
            Begitu mirisnya pendidikan bahasa di Negara kita, rapor merahpun telah terjadi dinegeri kita, anak didik kita telah gagal dalam mendapatkan prestasi membaca.  Dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa Negara lain.  Artinya, pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga Negara literat yang siap bersaing dengan sejawatnya dari Negara lain.  Hal yang seperti ini lah yang dibenahi dalam negeri kita.  Kita sebagai warga Indonesia harus membenahi bagaimana tingkat literasi negeri ini menjadi tinggi bahkan bisa bersaing ke Negara lain. 
            Saya menyadari bahwa betapa pentingnya literasi, terutama literasi pada pendidikan bahasa yaitu literasi baca-tulis ini berhubungan erat dengan pendekatan teks.  Siswa Indonesia diwajibkan untuk memahami sebuah teks dan bisa memberi kesimpulan tentang apa yang dibahas dalam teks tersebut.  Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat literasi seseorang.  Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka sekamin tinggi pula tingkat literasinya.  Bagaimana Indonesia bisa memiliki tingkat literasi yang tinngi?.  Indonesia harus bisa menciptakan penulis yang handal dan pembaca yang kritis.  Dengan begitu, Indonesia akan mudah bersaing ke Negara-negara lain. 
            Literasi bagi pendidikan bahasa juga sangatlah penting, karena sekarang banyak mahasiswa bahasa yang tidak bisa memahami teks dan tidak bisa memahami teks.  Hal seperti inilah yang harus ditanggulangi.  Mahasiswa bahasa harus bisa memahami teks dan juga harus bisa membuat buku, dan hal yang paling kecilnya yaitu sebuah esai.  Karena Indonesia sudah banyak tertinggal oleh Negara lain.  Dengan begitu, Indonesia harus berusah keras bagaimana untung menyaingi Negara-negara lain.  Indonesia harus menciptakan penulis yang handal dan bisa menerbitkan buku.  Tidak kalah penting yaitu Indonesia harus meningkatkan pembaca yang kritis yang bisa menyimpulkan sebuah teks dan bisa mempresentasikan isi dari teks tersebut.  Dengan adanya penulis yang handal dan pembaca yang kritis, Indonesia bisa dengan mudahnya menglahkan Negara lain. 
             Pondasi yang pertama adalah bahasa.  Dengan kita menguasai bahasa, pasti kita juga bisa memahami teks.  Bebeberapa pengelompokkan periodisasi penggunaan metode dan pendekatan (approach), khususnya terhadap pengajaran bahasa asing yaitu sebagai berikut:
v  Pendekatan structural dengan grammar translation methods: Pendekatan ini menjelaskan tentang pengguanaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa.  Tata bahasa tradisional dengan focus pada bentuk, melatih siswa mengidentifikasi jenis kata, unit-unit sintaksis (kata, frase, klausa), dan cara menggabungkannya.
v  Pendekatan audiolingual atau dengar-ucap (1940-1960): yang meletakkan fokusnya pada latihan dialog-dialog pendek untuk dikuasai oleh siswa.  Dikemudian hari siswa akan beranalog pada dialog-dialog itu saat berkomunikasi secara spontan. 
v  Pendekatan kognitif dan transformative sebagai implikasi teori-teori syntactic structure (Chomsky, 1957): materi yang akan diajarkan kepada siswa berorientasi ke sintaksis.
v  Pendekatan communicative competence: yang tokoh-tokohnya antara lain Hymes (1976) dan Widdowson (1978): Pendekatan ini menjelaskan tentang tujuan pengajaran bahasa adalah menjadikan siswa untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa target, mulai dari komunikasi terbatas sampai dengan komunikasi spontan dan alami.
v  Pendekatan literasi atau pedekatan genre-based sebagai implikasi dari studi wacana: sesuain dengan kurikulum 2004 di Indonesia, tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu menghasilkan wacana yang sesuai dengan tuntutan konteks komunikasi.  Yang sangat menonjol dalam pendekatan ini adalah pengenalan berbagai genre wacana lisan maupun tulisan untuk dikuasai oleh siswa.
Pembelajaran dilakukan melalui 4 tahapan yaitu:
1.      Mambangun pengetahuan
2.      Menyusun model-model
3.      Menyusun teks bersama-sama
4.      Menciptakan teks sendiri
Literasi disini menjelaskan tentang kemampuan membaca da menulis.  Dikalangan guru bahasa saat ini yang menjadi persoalan adalah genre, wacana, literasi, teks, dan konteks.  Pada masa silam membaca dan menulis dianggap “cukup” sebagai pendidikan dasar (pendidikan umum) untuk membekali kemampuan manusia menghadapi tantangan zamannya.  Tetapi sekarang zaman yang berbeda dan mengatakan bahwa pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis.  Padahal literasi adalah praktik cultural yang berkaitan dengan persoalan social yang politik.  Literasi mencakup 5 verba yaitu memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks.  Itulah hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis.
Perubahan makna literasi yang sudah pasti mengakibatkan perubahan pengajaran:
·        * Kemampuan individu untuk membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Inggris dan menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat kemahiran yang penting untuk pekerjaan dan masyarakatuntuk mencapai tujuan seseorang, mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang.
·      *  Lembaga sosial menulis: Dengan ekstensi lembaga social komunikasi dengan cara apapun selain berbicara pada teks ini membahas tentang skills.
·         Pada akhir standar kelas 2abad, dunia akan menuntut bahasa setiap orang sangat melek huruf, angka, informasi, mampu belajar terus-menerus, dan percaya diri dan mampu memainkan peran mereka sebagai warga masyarakat demokratis.
·  * Multiliteraties sebagai cara untuk focus pada realitas meningkatkan keragaman local dan keterhubungan global.
·       *  Sejauh mana orang-orang dan masyarakat dapat mengambil bagian lancar, efektif, dan kritis dalam berbagai teks dan wacana.
Makna dan rujukan terus berevolusi, dan maknanya semakin meluas dan kompleks literasinya berkaitan dengan bahasa dan literasi mempunyai 7 dimensi yaitu:
·                 *Dimensi geograis (local, nasional, regioanal, dan internasional).
·           *Deminsi bidang (pendidikan, komunikasi, administrasi, dan hiburan,militer, dan sebagainya):      pendidikan yang berkualitas tinggi menghasilakan literasi yang berkualitas tinggi pula.
·         *Dimensi keterampilan (membaca, menulis, menghitung, dan berbicara): literasi seseorang tampak dalam kegiatan, membaca, menulis, menghitung, dan berbicara.  Karena dalam mengapresiasikan kata/tulisan, angka dan cara berbicara kita, literasi akan muncul dengan sendirinya.  Setiap sarjana pasti mampu membaca, tapi tidak semua sarjana mampu menulis. Karena lebih cenderung susah dalam mengapresiasikan tulisannya dan bahkan susah untuk mendapatkan ide-idenya.  Atau bahkan tidak mengerti cara/struktur dalam menulis.
·      *Dimensi fungsi (memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, mengembangkan potensi diri).
·       *  Dimensi media (teks, cetak, visual, digital): untuk menjadi literat pada zaman sekarang, orang tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks alfabetis, melainkan juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks cetak, visual, dan digital.
·      * Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa): seseorang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi.  Kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang berkualitas tinggi.  Literasi seperti halnya kemmpuan berkomunikasi bersifat relative.
·    * Dimensi bahasa (etnis, local, nasional, regional, internasional): hal ini beranalogi dimensi monolingual, bilingual, dan multingual.
         Pendidikan bahasa berbasis literasi seyogianya dilaksanakan dengan mengikuti 7 prinsip yaitu:
1.      *Literasi adalah kecakapan hidup (life skills) yang memungkinkan menusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
2.     *Literasi mencakup kemampuan reseotif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun secara lisan.  Ditingkat tinggi, mahasiswa mampu pereproduksi ilmu pengetahuan berupa karya ilmiah, fiksi, dan sebagainya.  Dengan kata lain, mahasiswa secara bertahap melakukan konstruksi dan rekonstruksi, karena bahasa bersifat konstruktif dan generative.
3.     * Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.  Berbaca-tulis adalah kegiatan mengetahui hubungan antar kata dan antar unit bahasa dalam wacana, serta antara teks dan dunia tanpa batas.  Pendidikan bahasa juga melatih siswa berpikir kritis.  Mengajarkan bahasa seyogianya melatih siswa menggunakan bahasa dengan nalar.  Dalam belajar bahasa ada 4R yakni: reading, writing, arithmetic, dan reasoning.
4.   * Literasi adalah refleksi pwnguasaan dan apresiasi budaya.  Pendidikan bahasa seyogianya menggunakan pengetahuan budaya.
5.     * Literasi adalah kegiatan refleksi diri.  Refleksi adalah konstruk atau pemahaman yang terus berkembang dan semakin canggih (developmental construct).
6.           * Literasi adalah hasil kolaborasi antara pembaca dan penulis.  Penulis (tidak) menuliskan sesuatu berdasarkan pemahamnya ihwal calon pembaca.  Pembaca pun harus mengarahkan segala pengetahuan dan pengalamnnya untuk memahami tulisan tersebut.
7.       * Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.  Penulis memaknai (menginterpretasikan) alam semesta dan penglaman subjektifnya lewat kata-kata, dan pembaca memaknai interpretasi penulis.

Prestasi Membaca Siwa di Indonesia
            Skor prestasi membaca di Indonesia adalah 407 (untuk semua siswa), 417 perempuan dan 398 laki-laki dalam mengikuti penelitian dunia PIRLS (Progress in Internationa Reading Literacy Study) Indonesia menempati urutan ke-5 dari bawah.  Indonesia hanya tercatat 2% yang prestasi membacanya masuk kedalam kategori sangat tinggi, 19%kategori menengah, 55% kategori rendah.  Artinya, 45% siswa Indonesia tidak dapat mencapai 408.  Peserta yang masuk ke dalam kategori mambaca lancar, mayoritas orang tuanya lulusan perguruan tinggi.
            Dalam laporan PIRLS tidak ditemukan skor penulis, sehingga kita tidak mengetahui bukti korelasi antara skor prestasi membaca dan menulis.  Namun, dapat diprediksikan bahwa presentasi menulis sangat bergantung pada kemampuan mambaca.  Tanpa kegiatan membaca (banyak) orang sulit menjadi penulis.  Jauh lebih banyak ilmuan dari pada penulis.  Bila setiap dosen menjalankan kewajibannya menulis sebuah buku dalam setiap 3 tahun, setiap tahun akan terbit sekitar 77.000 buku, belum termasuk buku-buku yang ditulis oleh kalangan non dosen.  Dengan cara ini, Indonesia akan mampu menyamai india.  Temuan PIRLS ihwal Indonesia adalah potret besar literasi Indonesia dalam skala internasional.  Penguasaan tentang literasi dan pedagogi pengajaran literasi mesti dikuasai oleh guru.  Penelitian Setiadi (2010), misalnya menemukan kenyataan sebagai berikut:
·         Dalam pembelajaran membaca dan menulis, para guru sangat mengandalkan kurikulum nasional dan buku paket untuk materi ajar dan metode mengajarnya.
·         Pemodelan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak lazim dilakukan oleh para guru.
·         Walaupun kualifikasi akademik para guru sekolah memadai, mereka tidak mendapatkan pelatian yang memadai dalam kegiatan mengelola kelas.
Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan langkah-langkah profesionalnya yang terlihat dalam 6 hal yaitu:
·         Komitmen professional                
·         Komitmen etis
·         Strategi analitis dan reflektif
·         Efikasi diri
·         Pengetahuan bidang studi
·         Keterampilan literasi da numerasi
(Cole dan Chan, 1994 dikutip oleh Setiadi, 2010).  Dengan kata lain, membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang professional, dan guru yang professional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang professional juga.
            Dari pembahasan initampak bahwa orang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya.  Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan menusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan  dan pembudayaan.  Pendidikan formal adalah situs pertama untuk membangun literasi pada umumnya disokong oleh pemerintah dengan menggunakan dana public, dan dengan demikian mudah diintervensi oleh berbagai kebijakan, inovasi, dan program uji coba pemerintah.  Karena itu, wajar jika proses dan hasil pembelajaran bahasa di sekolah sering dijadikan rujukan dalam upaya mengukur tingkat literasi.  Perbaikan literasi senantiasa mencakup 4 dimensi:
1.      Linguistic atau focus teks
2.      Kognitif atau focus minda
3.      Sosiokultural atau focus kelompok
4.      Perkembangan atau focus pertumbuhan (Kucer, 2005:293-4).
Membaca dan Menulis = Linguistic (Text) + kognitif (mind) + perkembangan (grouth) + sosiokultural (group)

§  Dimensi pengetahuan kebahasaan (focus pada teks)
§  Dimensi pengetahuan kognitif (focus pada minda)
§  Pengetahuan perkembangan (focus pada pertumbuhan)
§  Pengetahuan sosiokultural (focus pada kelompok)
§  Kegiatan literasi: bahasa, kognitif, social dan perkembangan.  Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingakt literasi seseorang.  Seorang literat itu tidak sekedar berbaca-tulis, tetapi juga terdidik dan mengenal sastra.

Kurikulum dalam pembelajaran bahasa asing
            Kurikulum pembelajaran bahasa Asing pada tingkat dasar cenderung bersifat text-centric, bukan reader centric, dan writer centric, dan cenderung terfokus pada ketepatan dalam bentuk tata bahasa, ejaan dan tulisan berupa esai singkat.  Kalu begini kurulumnya, bagaimana Indonesia bisa maju dan bisa menyaingi Negara-lain.?  Sedangkan Negara kita sudah tertinggal jauh dari Negara lain.  Kurikulum yang seperti inilah yang harus dirubah.  Kurikulum sekarang lebih terpatok pada LKS (Lembar Kerja Siswa), seolah-olah pemikiran siswanya pun harus mengikuti materi yang ada pada LKS. Literasi Negara kita tidak akan maju kalau pemikiran dalam hal kurikulumnya pun masih dipertanyakan.  Kurikulum yang benar yaitu kurikulum yang membuat pemikiran siswa menjadi luas, cerdas, dan selalu menanggapi segala situasi apapun.  Pemikiran siswa pun akan menjadi kritis.  Guru harus mengajari siswanya dengan cara membiasakan siswa menulis esai dan membaca buku.  Dengan begitu siswa pun akan terbiasa membaca dan menulis.  Inilah yang menopang Negara kita menjadi Negara yang maju dan tidak dilecehkan oleh Negara lain.  Tujuan pengajaran adalah penguasaan komunikasi lisan, bahasa lisan yang efektif tetap harus memenuhi asumsi-asumsi cultural yang terberi (given) dalam bahasa yang dipelajari.
Perubahan paradigma pengajaran literasi dapat dimaknai sebagai berikut:
Paradigm adalah cara pandang dan pemaknaan terhadap objek pandang.  Demikian juga dengan focus pada ekspresi diri, guru akan mendorong siswa menulis sesuai dengan hobi dan keperluannya secara bebas.  Metode dan teknik pengajaran literasi selama ini kurang mencerdaskan siwanya, oleh karena itu banyak seorang doctor maupun professor tidak bisa menulis karya tulis.  Namun, masalah seperti ini jangan menyalahkan guru bahasa karena pendidikan literasi memilik sejumlah dimensi antara lain dimensi soaial politik.  Teknik mengajar yang tampak diandalkan oleh guru dikelas adalah “hilir” sebagai akibat dari “hulu yaitu paradigma.  Perubahan paradigma adalah hijrah intelektual, hijrah bernalar karena tantangan zaman.                                                                                                             
 Jadi, tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki tingkat literasi yang tinggi.  Literasi itu bukan hanya pendidikan melainkan berbudaya.  Orang yang literat adalah orang yang mampu memprediksikan bahwa kemampuan dirinya sudah mencapai tingkat mana dan dia pun memiliki target yang hendak dia capai.  Sedangkan yang harus direkayasa adalah cara pengajaran literasi.  Artinya, literasi dalam pendidikan bahasa harus diubah caranya yaitu mengajarkan siswanya untuk membiasakan diri dalam menulis dan membaca.  Bukan hanya itu pendidikan bahasa juga harus memahami numerasi atau aritmatika.  Membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang professional, dan guru yang professional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang professional juga.                                                                                  
Class Review 2
Citra Rasa Penulis
Suasana yang begitu menegangkan kembali menghampiriku.  Letih, lelah, lunglai selalu ada dalam benakku, apalagi rasa malas yang membuat semua niat saya jadi berantakan.  Embun pagi yang diatas daun, udara yang sejuk dan belum ada polusi udara yang mengganggu pernafasanku, itu semualah yang mampu menghilankan rasa malasku.  Duduk di teras rumah, persiapkan makanan dan minuman, dan yang paling utama adalah persiapkan pikiran saya untuk berpikir sejernih mungkin agar mendapatkan ide yang brilliant.  Disaat itulah saya mulai menulis class review yang kedua yang isinya itu akan semakin mendalami academic writing.  Mr Lala mengatakan,dalam menulis academic writing diibaratkan sebagai chef kita memasak masakan disebuah restaurant dan masakan tersebut harus mempunyai siri khas, terutama dalam hal rasa dan kualitasnya.  Begitu pula dengan cara kita dalam menulis, cara kita menuangkan ide pada buku kita pun akan berbeda rasanya dengan yang lain.  Dalam menulis kata demi kata, structure, dan bahasanya pun akan berbeda-beda.  Kita diwajibkan untuk memiliki cirri khas yang luar biasa dalam menulis.  Marilah kita membahas tentang “Academic Writing”.
Acaademic writing didasarkan pada analisis-proses mogok ide-untuk meningkatkan pemahaman seseorang.  Menggunakan penalaran deduktif, suara semiformal, dan pandangan orang ketiga.
·         *Use of deductive reasoning (penggunaan penalaran deduktif): menyatakan tesis (gagasan utama) awal dan kemudian mengikuti dengan contoh-contoh pendukung dan rincian membuat ide-ide yang rumit lebih mudah untuk memahami.
·         *Semiformal voice (suara semiformal): ini berarti tidak ada ucapan gaul, informal, ataupun bahasa sehari-hari (ekspresi umum dari pidato biasa), kontraksi kata benda dan kata kerja, dan lain-lain.
·         *Third person point of view (sudut pandang orang ketiga): pandangan orang ketiga (misalnya dia, itu dan mereka serta bentuk akusatif dan posesif mereka) harus digunakan.  Tidak ada sudut pandang orang pertama (misalnya saya, anda, kita) dalam menulia akademik.
                                           Karakteristik Penulisan Akademik:
v  *Planning (perencanaan): Ada sejumlah perencanaan sebelum kita mulai menulis di kertas, maka itu akan menjadi analitis dan terorganisir.
 
u  *Otline (garis): Garis yang tepat adalah suatu keharusan untuk menulis akademik.  Garis tidak hanya akan membantu merumuskan pikiran kita, tapi kadang-kadang akan membuat kita menyadari hubungan tertentu antara topic.  Ini akan membantu kita menentukan informasi terkait untuk dimasukkan dalam teks.
v  *Tone (nada): nada yang digunakan dalam academic writing adalah nada formal.  Kita tidak menggunakan kata singkatan, kata slang, dan kata yang klase.
v      *Language (bahasa): bahasa yang kita tulis harus jelas dan kata-katanya harus dipilih sedemikian rupa untuk presisi mereka.  Thesaurus adalah alat yang baik untuk membantu kita memilih hanya kata yang tepat untuk menjelaskan masalah-masalah.
v    *Point of view (sudut pandang) : Dalam menulis akademik harus menggunakan sudut pandang orang ketiga, sebagai focus dalam menulis akademik dan untuk mendidik pada fakta-fakta tidak mendukung pendapat.
v   *Approach (pendekatan): menggunakan pendekatan penalaran deduktif.  Penalaran deduktif (deductive reasoning) adalah bagian besar dari menulis akademik sebagai pembaca kita harus mengikuti jalan yang membawa kita menuju kesimpulan.

Struktur Penulisan Akademik
# Introduction: pengenalan (membuka paragraph) pada dasarnya memenuhi tujuan:
Keuntungan perhatian pembaca: mengidentifikasi focus atau tesis yang dikembangkan dibagian utama (body) esai.
Ada beberapa cara untuk menarik perhatian pembaca dengan subjek:
§  Buka dengan serangkaian pertanyaan tentang topic,
§  Menyajikan fakta-fakta mengejutkan atau tidak biasa atau tokoh,
§  Mendefinisikan, istilah yang terkait subjek penting,
§  Mengutip orang terkenal atau karya sastra.
 # Body paragraph (paragraph perkembangan) adalah jantung dari sebuah esai.
§  Mereka harus jelas dan logis mendukung tesis,
§  Mereka harus diatur dengan sebaik-baiknya.  Misalnya kronologis, urutan kepentingan dan lain-lain.

Note:
Paragraph harus mengalir lancar dari satu kata ke kata berikutnya.  Misalnya kalimat pertama disenap paragraph baru berfungsi sebagai penghubung yang efektif untuk paragraph sebelumnya.  Selain itu, ide-ide pendukung kecil dihubungkan bersama dalam paragraph dengan cara yang halus.
# Conclusion (kesimpulan) adalah ringkasan paragraph.  Ini harus mencapai brikut ini:
§  Ingatkan pembaca teks kertas itu dengan mengutip
§  Ikat bersama-sama semua poin penting dalam esai dengan cara ringkasan dan menarik kesimpulan akhir untuk pembaca.
CRITICAL THINKING= THINK + READ + WRITE

Orang yang disebut kritik:
o   Orang tersebut sering bertanya,
o   Tidak perbah merasa puas ,
o   Selalu ingin tahu,
o   Selalu berargumen jika membaca tulisan.
Writng akan lebih susah karena ekspresi kita lebih tinggi tapi dalam kebiasaannya lebih mudah.
1.      A way of knowing something
Dalam menulis, kita harus mempunyai cara/trik bagaimana kita bisa mengetahui sesuatu.  Contohnyajika dalam menulis kita tidak mengeti baik itu bahasanya ataupun temanya, kita jangan diam saja dan menyerahh, apalagi kita sampai mengatakan “saya sudah tidak bisa”.   Tetapi, kita berusaha dan mencari tahu caranya agar bisa memahami isi teks tersebut.  Sebagai contoh realnya yaitu diibaratkan seperti bagaimana caranya bensin pada motor bisa habis?
2.      A way of refreshing something
Ide brilliant kita harus mewakili tema/topic yang ada pada tulisan yang kita tulis. Contohnya satu kelas mempunyai seragam kelas yang sama dan tidak ada yang menyamakan.  Itulah salah satu contoh dari mewakili tema/topic.  Begitu pula dengan tulisan kita, harus mempunyai cirri khas tersendiri agar pembacapun bisa memahami bahwa tulisan kita berbeda dengan yang lain dan itu tandanya tidak plagiat karya orang lain.  Cara kita menulis, cara kita memasukkan ide/argume, semuanya dipresentasikan.  Voice kita ituadalah cara kita mengepresikan sesuatu.
3.      A way reproducing something
Yang dimaksud something disini sifatnya ada 3 macam yiatu:
o   Information
o   Knowledge
o   Experience
Sekarang, dalam menulis kita sifatnya experience.  Writng itu bagian dari profesionalisme kita.  Kita termasuk orang yang paling beruntung, jika kita diajarkan oleh orang tua kita betapa pentingnya pengalam.  Karena berawal dari pengalaman, kita bisa bangkit, berawal dari ketempurukan kita bisa bangkit dan melakukan sesuatu hal yang melebihi dari yang dulu.  Begitu pula dengan cara menulis kita, saat kita pertama kali menulis, pasti kita akan kesusahan.  Dari kesusahan itulah kita bisa mampu untuk menulis.  Pintar itu tidak cukup kalau kita belum bisa mengubah/memperkaya pengalaman.
You are..
Dalam perspektif Mr Lala, kita adalah a write multilingual, yang menulis secara efektif dalam L1 dan L2 efektif, yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2, yang merubah diri dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis. Yang dapat membuat informasi pilihan dalam hidup dan yang bisa mengubah dunia.

 Tulisan saya begitu rumit?
(hyland 2004:4)
Hyland mengatakan, “menulis adalah didasarkan pada harapan: peluang pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan didasarkan pada teks-teks sebelumnya ia telah membaca jenis yang sama”.
Stephen Bailey
v  Menceritakan tentang proses menulis (writing academic) judul yang dimengerti oleh pembaca,
v  Meliputi keterampilan menulis kunci seperti referensi dan paraphrase,
v  Berisi 23 unit akurasi dalam menulis.
Academic writing (menulis akademik) dibagi menjadi 4 bagian.  Bagian 1 dan 2 fokusnya adalah pada keterampilan menulis kunci, sedangkan bagian 3 dan 4 menawarkan revisi dan referensi.  Bagian 2 dan 3 disusun menurut abjad untuk memudahkan akses.
Ø  Part 1 The Writing Process: membimbing siswa dari tahap intial memahami judul esai, melalui pembuatan catatan dan paraphrase kepada organisasi esai dan akhirnya bukti-membaca.
Ø  Part 2 Elements of Writing: berkaitan dengan keterampilan yang diperlukan untuk sebagian besar jenis tugas, seperti membuat perbandingan, memberikan contoh dan menjelaskan.
Ø  Part 3 Accuracy in Writing: memberikan praktek perbaikan didaerah- daerah bahwa siswa sering menemukan kalimat “membingungkan” seperti menggunakan artikel ataupun preposition.
Ø  Part 4 Writing Models: menawarkan contoh jenis menulis bahwa siswa umumnya membutuhkan surat dan laporan survey serta esai.
Ada juga baguan menulis untuk memeriksa kemajuan:
Emapat bagian dibagi menjadi 61 unit pendek yang mengajarkan keterampilan menulis dan merevisi kesulitan umum.  Setiap unit berisi latihan dan kunci jawaban pemahaman diberikan diakhir.  System cross-referencing ini membantu siswa menghubungkan unit terkait bersama-sama.

Pada part 1 the writing process, memeriksa masing-masing tahap ada pada gilirannya.  Jika siswa yang bersangkutan hanya dengan persiapan ujian menulis, mereka bisa kehilangan membaca dan mencatat pengambilan tahap.  Tetapi mereka memiliki cukup waktu mereka harus bekarja melalui setiap unit.  Sebaiknya dalam urutan yang diberikan, karena setiap tahap dibangun diatas sebelumnya.

Writer and Reader = Dancer?
Hoey (2001), seperti dikutip dalam Hylan (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis seperti penari mengikuti langkah-langkah masing-masing.  Setiap rasa perakitan dari teks denganmengantisipasi apa yang lain kemungkinan akan dilakukan dengan membuat koneksi ke teks sebelumnya.  Dengan kata lain, bagi saya penulis-pembaca membuat sambungan yang disebut seni.
Lehtonen (2000:74) on Barthes
Dimana bahasa Saussure adalah suatu system yang didefinisikan itu sendiri maknanya, Barthes melihat orang-orang yang berkatih aktivitas linguistic sebagai juga menjadi pusat dalam pembentukan makna.  Penulis nukan seorang penulis sebelumnya untuk tindakan menulis, tetapi mengambil bentuk sebagai salah satu saat menulis.  Barthes memang menyatakan kematian penulis sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Lehtonen Further argues
            Pembaca naik ke inti dari pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat dimana memilih makna.  Teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain, tetapi sebernya menghasilkan satu sama lain.  Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka bersama-sama untuk membentuk makna, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks.
And the story goes on and on
            Lihat kembali ke Lehtonen (2000), dan menentukan hubungan yang jelas antara texts, contexts, reader, writer, and meaning.
Dalam menulis, kita diibaratkan sebagai chef tetapi  kita adalah bukan chef yang biasa tetapi kita adalah chef yang bisa memasak segalanya dan memiliki bumbu yang ciri khas.  Begitu pula dengan kita dalam menulis, kita harus mempunyai cirri khas.  Kita juga buka penulis biasa, tetapi kita akan mencoba membuat masakan dan dilandasi dengan cirri khas.
Literacy + Language teaching=semakin tinggi tingkat literasinya maka akan melibatkan GDP
Contohnya orang-orang yang mempunyai literacy yang tinggi, maka dia tidak akan membuang sampah sembarangan karena memiliki attitude.
Mr Lala berkata, “Negara Indonesia itu sudah teringgal tapi tidak merasa tertinggal, justru kita itu sedang di kapitalis.  Bahasa adalah gerbang mortal menuju kesuksesan”.
            Mayoritas tenaga kerja kita lulusan SD, bagaimana Negara kita bisa bersaing? Berate literasinya rendah.  Literasi terkait dengan lompatan ekonomi, teknologi.  Conti=ohnya di Australia mengadakan seminar tapi mereka membawa kursi sendiri-sendiri dalam waktu 5 menit dan mereka tidak rebut ataupun ada suara.  Sedangkan di Indonesia, diperintahkan untuk mengambil kursi seperti itu, pasti kitaribut dan berisik banyak suara.  Contoh yang seperti itulah yang mencerminkan bahwa Negara kita literasinya rendah.  Kembali lagi ke menulis, sebagai seorang penulis harus berepot-repot kerja.  Mr Lala mengatakan., penulis yang hebat, kalian bisa memprediksi apa  yang saya baca.  Academi writing berbeda dengan Koran dan yang membacanya pun hanya satu orang/saya(schemata).  Tulisan kita akan menjadi kuburan, tetapi yang menghidupkan roh didlam tulisan tersebut adalah pembaca.  Makna akan terbentuk ketika pembaca datang.  Mario Teguh mengatakan,”jika kalian ingi sukses dan bercita-cita sebagai profesor, maka perjalannya pun harus seperti professor”.
            Lebih komplek sebagai:
Qualified + Reader
Mikko Lehtonen
            Buku ini, saya analisis hubungan antara texts, context, and reader didalam makna informasi.  Terlepas dari ketergantungan timbale balik mereka, teks, conteks, dan pembaca tidak identik dank arena itu tidak dapat dipelajari dengan cara yang sama.  Karenanya, ketika datang ke teks, saya mencoba untuk mengembangkan puisi, yang bertujuan untuk menganalisis berbagai jenis makna potensi bahwa teks-teks mengungkapkan.  Dimana konteks yang bersangkutan, saya mengembangkan hermeneutika yang akan membantu dalma menganalisis mana dari potensi makna dibuka oleh teks dapat direalisasikan dalam pembacaan yang sebenarnya.  Ketika datang ke pembaca, saya menguraikan alat yang dimungkinkan untuk digunakan menjawab pertanyaan.  Buka hanya “apa jenis makna yang ada dan mengapa orang-orang ini menghasilkan mereka dari teks tertentu dalam hal ini tempat bersejarah dan waktu tertentu?”  tetapi juga “apa jenis efek teks yang mengenai subjektivitas, identitas, dan pemberdayaan atau ketidakberdayaan para pembaca?”.
Jadi, texts, contexts, dan pemabaca saling berkolaburasi untuk mengahasilkan makna.  Terbentuknya teks karena adanya pembaca.  Pembaca temasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka bersama-sama untuk membentuk makna. Yang terlebih dulu muncul adalah pembaca, kemudian pembaca mendapatkan ide tau wawasan yang luas dari pengetahuan yang dibaca.  Dengan begitu lah pembaca bisa menulis sebuah tulisan dari hasil experience.  Penulis harus menulis sebuah karya tulisnya dengan citra rasa yang kuat dan memiliki cirri khas yang khusus.  Dengan begitu, pembacapun bisa mengatahui tulisan kita mempunyai ciri khas. 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic