We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Februari 2014

Class Review: 2


(Bukan) Lagi Serangan Fajar
Waktu terus berlari dan aku tak bisa menghentikannya. Saat sang fajar mulai menampakan diri dengan segala keistimewaannya, aku tak lagi bisa berkutik hanya untuk menorehkan segores tinta diatas kertas buku kartu matiku. Seakan fajar sedang menertwakan aku yang tak kunjung berhasil menyelesaikan tugas sebelum ia terbit. Ide mulai terbang tak tentu arah. Seperti nafasku yang mulai tak berbenah.
Aku tak mau lagi bertemu dengan sang fajar saat aku torehkan tinta diatas buku ini. Aku tak mau lagi seseorang menganggapku berkonspirasi dengan jin dan kawan-kawannya. Maka mulai saat ini aku putuskan untuk mengganti strategi ku yang lalu dan menggantinya dengan yang baru.

        Aku harus mengenali diriku untuk dapat menjalankan strategi yang bru. Akupun harus mengukur energiku agar aku tak memakai strategi lamaku.
Seperti halnya dalam academic writing. Saya harus mengenali sifat-sifatnya untuk menerapkannya. Empat sifat writing for academic purpose yang Mr. lala bumela, M.Pd sampaiakn pada pertemuan kedua tanggal 11 februari 2014 adalah:
1.    Formal
Seperti yang dikatakan oleh Cheryl groth dalam bukunya bahwa yang dimaksud formality dalam academic writing ialah ‘particular style in writing of which non-standard, colloquial, or slangy language should be avoided’ jadi dalam menulis academic writing harus menggunakan bahasa formal dalam penyampaiannya.
2.    Critical
Critical yang dimaksud disini ialah tulisan-tulisan kita dalam writing academic harus berdasarkan pemikiran yang kritis. Seperti yang dikatakan oleh bapak Chaedar dalam rekayasa literasi, kualitas tulisan tergantung pada ‘gizi’ bacaan yang disantapnya. Semakin baik ‘gizi’ yang disantap maka akan semakin baik tulisan yang dihasilkan. Gizi yang baik diperoleh dari proses seleksi membaca yang ketat.
Proses untuk mendapatkan gizi diperoleh lewat aktifitas membaca. Sementara proses pemilihan yaitu lewat pemikiran yang kritis. Sebab orang yang kritis tidak akan lantas begitu saja menerima apa yang dia baca. Pemikirannya yang kritis akan sangat ketat menyeleksi gizi yang akan ia gunakan sebagai fondasi tulisannya.
Proses berpikir kritis harus perlu dilatih sebab berpikir kritis ialah berpikir dimana kita harus memandang tidak hanya pada satu sisi saja. Namun memamndang pada setiap sisi yang berbeda.
3.    Struktur
Writing academic mempunyai struktur yang sangat ketat. Struktur yang sangat ketat disini artinya tulisannya tersusun secara sistematis. Sistematis disinsi ialah cara untuk menguraikan sesuatu dalam hubungan yang teratur serta logis sehingga mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat. Pengetahuan yang terangkai secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat pengetahuan yang ketiga. Begitu juga dengan mata kuliah academic writing ini.
4.    Rigid
Sifat keempat yang dimiliki academic writing itu bersifat rigid. Sifat ini biasanya tidak disukai beberapa orang. Tapi sifat ini tidak bisa terhindar dari academic writing. Hal itu karena tulisan yang kita buat kaku sebab bersifat formal dan tersusun secara sistematis. Sehingga pembaca mungkin akan sangat bosan membaca teks seperti ini.
Namun justru inilah tantangan kita sebagai calon multilingual writer. Tantangan untuk mencairkan teks agar tidak terlalu kaku namun tetap pada kaidah yang berlaku. kehidupan sebuah tulisan tercipta oleh pembaca. Seberapa baik dan menarik tulisan tersebut sehingga menarik para pembaca untuk membuatnya lebih bermanfaat. Penulis hanya menguraikan atau menyampaikan apa yang ingin ia sampaiakan lewat tulisannya. Karena makna diciptakan oleh pembaca. Bukan penulis.
Bahkan seseorang dikatakan penulis apabila dia sedang menulis atau memproduksi sebuah tulisan. Sedangkan ketika dia tidak sedang menulis atau memproduksi sebuah tulisan dia tidak lagi menjadi seorang penulis. Seperti yang dikatakan oleh barthes dalam bukunya lehtonen bahwa kematian penulis juga berarti sebuah keliahiran seorang pembaca.
            Menurut Mr. Lala menulis sejatinya ialah:
o  A way of knowing something.
 Something yang dimaksud  disini ialah bisa berupa informasi, pengetahuan maupun pengalaman. Dari ketiga hal tersebut pengalaman adalah hal yang paling diingat.
o  A way of representating.
Menulis juga sebenarnya merepresentasikan pengalam diri kita. Representasi pengalaman yang kita tuangkan lewat tulisan mengandung ‘voice’ tulisan kita atau dengan kata lain dapat menggambarkan penulis itu sendiri lewat bahasa yang dituturkannya.
o  The way of producing something
Hal ini bahkan sudah pernah dijelaskan satu tahun yang lalu bahwa lewat embaca kita mendapatkan sesuatu (pengetahuan maupun informasi) sedangkan lewat menulis kita memproduksi sesuatu.
Dari uraian diatas dapat kita tarik benang merah mengenai teks, penulis, serta pembaca. Namun hubungan ketiga unsure tersebut sudah pernah dijelaskan pada class review sebelumnya. Oleh karena ituu sekarang akan lebih menjelaskan mengenai yang lebih kompleks menurut Lehtonen yaitu, bahwasanya terdapat keterkaitan antar konteks, teks, penulis, pembaca, serta makna. Pada intinya, kelima unsure tersebut saling berkaitan antara satu sama lain.
Pembuatan atau produksi sebuah teks dilatar belakangi sebuah konteks, sehingga teks terwujud dari konteks. Teks diproduksi oleh penulis, dimana tidak mungkin ada penulis jika dia tidak memproduksi teks dan tidak mungkin ada teks jika penulis tidak memproduksinya. Teks tidak akan hidup tanpa adanya pembaca. Sebab hidup atau tidaknya sebuah teks tergantung pada ada atau tidaknya pembaca. Dalam teks tentu saja terdapat makna, makna dalam teks dibangun oleh pembaca. Jadi, seorang penulis akan yang berhasil jika dan hanya jika dia mampu menyampaikan makna dalam teks tersebut kepada pembaca.
 Jadi, kesimpulan dari class review kedua ini ialah bahwa sifat academic writing ada empat, yait: formal, kritis, sistematis serta rigid. Semua sifat itu sebenarnya didalamnya berkaitan dengan teks, penulis, dan pembaca. Selain itu, terdapat benang merah antara konteks, teks, penulis, pembaca, serta meaning. Pada intinya konteks melatar belakangi teks, sehingga teks terwujud darikonteks. Teks diciptakan oleh pembaca dan adanya pembaca karena dia memproduksi teks. Teks akan hidup apabila ada seorang pembaca dan pembacalah yang nantinya akan menentukan makna dari teks tersebut. Penulis dikatakan berhasil apabila makna yang ia sampaiakan dapat dimengerti oleh pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic