Tak terasa sudah saatnya untuk
membuka lembaran baru di hidup saya. Satu bulan lamanya berlibur dari penat
kegiatan perkuliahan dan dapat bermimpi di setiap tidur. Akhirnya saya harus
segera terbangun dari tidur yang dibungai mimpi indah. Setelah terbangun dari
semua ketenangan, kini tiba saatnya
menjejaki kebisingan perkuliahan kembali.
Hujan selalu mengiringi waktu
berlibur saya dan sampai saat ini pun hujan masih mengikuti saya, sekaligus
menemani langkah saya untuk melanjutkan aktivitas. Hati ini selalu berharap
setiap ada hujan,
matahari akan segera bersinar dan saat itu pula ada harapan akan terbias cahaya
indah pelangi di kanvas tertinggi.
Selasa, 4 Februari 2014. Hari dan
tanggal pertama kali saya dan teman teman saya memulai babak baru di dunia
perkuliahan, tepatnya pada perkuliahan di semester ke empat. Di semester empat
ini saya masih diperkenankan untuk menulis di dalam buku keramat, yang tidak lain adalah
menulis di sebuah log book sebagai passport. Tidak asing saat mendengar kata
log book dan passport, karena pada dua semester belakangan ini saya
berturut-turut menulis di dalam log book itu. Ada yang berbeda untuk jumlah minimal tulisan yang harus saya tulis, bila
pada semester tiga saya hanya harus menulis minimal dalam empat halaman tetapi
saat ini minimal tulisan yang harus di produksi harus lima halaman.
Dengan adanya log book, dapat di pastikan bahwa
dosen saya saat ini salah satunya adalah Mr. Lala Bumela, M.Pd. Di semester ini
beliau menangani mata kuliah writing 4. Beliau menjelaskan kepada kami bahwa
mata kuliah writing di semester 4 ini bukan lagi bernama writing and
composition, tetapi writing for academic purposes.
Academic writing sangat berbeda
dengan mata kuliah writing pada semester satu dan dua. Academic writing
merupakan tulisan yang harus ditulis untuk tugas akhir kita sebagai mahasiswa. Academic
writing lebih bersifat kaku, memiliki batasan-batasan dan harus didasari
berbagai referensi dan fakta. Bentuk dari academic writing memiliki banyak
sebutan, mulai dari essay, paper, argumentative paper/essay, analysis
paper/essay, informative essay, sampai position paper. Dari semua sebutan
tersebut, pada dasarnya memiliki tujuan dan prinsip yang sama.
Academic
writing telah menjadi suatu alat penyiksa bagi sebagian mahasiswa. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan mahasiswa itu sendiri yang menjadikannya alat
penyiksa, mereka menyiksa dirinya sendiri dengan menunda pekerjaan menulisnya
sampai detik-detik terakhir untuk menulis. Pada faktanya, academic paper atau
academic writing sungguh bukan diciptakan sebagai alat penyiksa. Academic
writing merupakan keharusan untuk semua mahasiswa untuk mengembangkan sesuatu
yang menarik bagi mahasiswa sesuai dengan apa yang sedang mereka pelajari. Para
mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih topik yang akan dibahas,
mengekspresikan dan mengembangkan topik yang telah dipilih lalu pada akhirnya
dapat menentukan sasaran pembaca dari paper yang telah dibuat.
Ada
langkah-langkah yang dapat mempermudah para mahasiswa untuk menulis essaynya
atau papernya. Dimulai dengan menanyakan pertanyaan yang bagus dan berbobot,
lalu menemukan dan menganalisis jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya telah
diajukan, dan pada akhirnya memilih jawaban terbaik yang selanjutkan akan
dibahas pada paper yang akan ditulis.
Disadari
atau tidak, paper yang kita tulis itu merupakan salah satu jalan untuk membagi
pemikiran kita dan menemukan lalu menguatkan jawaban kita sendiri dengan logika
dan bukti serta fakta-faktanya. Academic writing bukan bertujuan untuk
membuktikan bahwa kita mengetahui segala hal tentang topik yang dipilih,
melainkan untuk memperlihatkan bahwa kita mengerti dan dapat berfikir secara
kritis tentang topik yang dipilih dan ini merupakan alasan kita dapat
memperoleh penilaian yang tinggi.
Academic
writing memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya academic writing dapat
membuat kita lebih berkemampuan untuk meneliti, mengevaluasi suatu informasi,
menyusun, berpendapat, merespon pendapat lain, menganalisis, dan
mengekspresikan diri lebih jauk di area writing.
Dari
penjelasan sekilas tentang academic writing, sepertinya mata kuliah ini akan
lebih menantang daripada matakuliah writing sebelumnya. Tuntutan untuk lebih
menelisik fakta sangatlah dibutuhkan dan tentu saja berfikir lebih kritis
merupakan modal utamanya.
Bukan hanya tentang academic writing yang berputar di
fikiran saya, tetapi juga ada beberapa kutipan yang disampaikan oleh Mr. Lala
yaitu “learning how to write in a second
language is one of the most challenging aspects of second language learning” (Hyland 2003). Saya dan teman-teman sekarang sedang belajar di jurusan
bahasa inggris, tentunya hal yang paling menantang sebagai mahasiswa bahasa
inggris adalah menulis dengan menggunakan bahasa inggris itu sendiri yang
notabene bukan berlaku sebagai bahasa utama kita.
Menulis bukan merupakan sebuah perkara mudah yang dapat
di lakukan oleh semua orang. Untuk mendapatkan hasil tulisan yang bagus di
wajibkan atau secara tidak langsung butuh banyak latihan menulis. Menulis tak
ada bedanya dengan membuat sebuah kerajinan tangan, perlu di lakukan latihan
yang terus menerus agar memperoleh hasil maksimal.
Jadi, sekali lagi menulis merupakan hal penting yang
memiliki segudang manfaat bila dilakukan. Masalahnya, untuk menjadi sseorang
penulis sangat membutuhkan kerja keras yang amat dalam. Terkadang, menulis
dapat membuat penulis bisa kehilangan malamnya, tangan berubah kaku, dan bahkan
persediaan kopi pun kadang sangat dibutuhkan untuk seorang penulis. Memang
manulis itu butuh perjuangan yang sangat keras, tetapi menulis juga yang
membuat kita berevolusi menjadi
mahasiswa yang lebih baik dan tentu saja warga negara yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic