Class Review
PERTEMUAN KEDUA
MENGENALI LEBIH DALAM SIAPA SAYA
Siapa saya? Sejujurnya saya tidak begitu mengenal siapa diri saya. Tapi jika ada seseorang yang bertanya
demikian kepada saya, tentu saya akan menjawabnya semampu saya. Yang akan saya katakan adalah, saya adalah
seorang anak perempuan biasa, yang sedang berusaha mencari jati dirinya sendiri. Jika boleh jujur saya lebih menyukai jalan
hidup yang mengalir apa adanya.
Sementara dalam kelas ini (PBI_C) saya hanyalah seseorang yang berusaha
untuk mencoba ikuti kemampuan rata-rata teman di kelas yang kebanyakan lebih
muda.
Saya lahir dari keluarga yang sederhana, dan dalam keseharian kami selalu
menggunakan Bahasa Jawa. Namun seiring
berjalannya waktu saya telah mengenal beberapa lainnya yang ada di Indonesia,
bahkan di dunia. Kebanyakan dari
bahasa-bahasa tersebut saya hanya tahu, tidak bisa mengucapkannya. Beberapa bahasa yang saya tahu diantaranya
adalah: Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Mandarin (China).
Sebagai seorang calon guru Bahasa Inggris, sebelum saya mempraktekan ilmu
yang saya dapat, tentu saya harus benar-benar menguasai materi yang saya
ajarkan nanti. Seorang guru bahasa tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan tapi juga harus bisa
memberikan contoh agar lebih dipahami oleh anak didiknya. Oleh karena ituseorang guru juga dituntut
untuk bisa menulis. Untuk dapat
memberikan contoh-contoh saat mengajar tentu kita harus sudah membiasakan diri
saat kita masih menjadi siswa atau mahasiswa.
Dalam perkuliahan khususnya Bahasa Inggris terdapat sebuah mata kuliah
yang bertujuan untuk mempersiapkan para lulusannya menjadi seorang yang pandai
menulis. Mata kuliah tersebut adalah Writng Academic (menulis akademik).
Hyland (2004: 4), “ menulis aadalh sebuah latihan berdasarkan dugaa
Mata kuliah Writng Academic bersifat rigid (kaku, beku), formal (resmi),
kritikal, struktur (fokus kepada salah satu bahasan), dan sistematis (tidak
dapat dirubah). Bersifat rigid atau kaku
adalah karena menulis akademis adalah sesuatu yang harus demikian adanya, kita
tidak boleh sembarangan untuk mengubah sesuatu yang sudah ada. Bersifat formal atau resmi dikarenakan tidak
semua orang menerima dan memahami bahasa yang informal atau tidak resmi. Bersiafat kritis adalah, meskipunsebelumnya
dikatakan bersifat rigid dan formal namun juga harus diberi kritikan untuk
membuat para mahasiawa lebih berkembang lagi.
Struktur adalah fokus yang akan dibahas, pelajari dan tekuni. Sistematik adalah apa yang ada dalam tulisan
harus sesuai dengan aturan yang ada, inilah yang membedakan antara tulisan
akademik dan tulisan non-akademik, seperti cerita pendek, novel dan puisi.
Dalam proses menulis tidak akan terlepas dari sebuah lingkaran yang
terdiri dari tiga hal, yaitu: berfikir, membaca dan menulis. Ketiganya saling berhubungan satu sama lain. Menulis
merupakan sebuah proses mengungkapkan ide dan perasaan. Sementara membaca merupakan cara untuk
mengetahui dan memahami sesuatu.
Sedangkan proses berfikir adalah sebuah proses penggodokan ide sebelum
akhirnya ditulis dalam sebuah buku. Menulis
akademik maka kita harus siap untuk mendapatkan kritik dari para dosen yang
menguji. Para penguji tentunya haruslah
orang yang kritis. Orang yang kritis
adalah orang yang tidak pernah puas dengan sesuatu, selalu bertanya dan selalu
berusaha untuk menemukan jawaban yang sesungguhnya.
Menulis selain merupakan proses mengekspresikan ide juga mempunyai tujuan
untuk mengetahui dan memahami sesuatu.
Tujuan menulis yang kedua adalah merepresentasikan sesuatu yang ada dibenak. Tujuan yang ketiga adalah memproduksi apa
yang di otak kita menjadi sebuah tulisan.
Seperti yang telah saya sebutkan di atas bahwa terdapat perbedaan antara
menulis akademik dan menulis non-akademik.
Kita dapat mengumpamakannya seperti, dua penjual mie ayam. Salah satu dari mereka hanya berjualan di
pinggir jalan sedangkan yang satunya adalah dagang di gerai. Perbedaan dari keduanya adalah, yang pertama
adalah, harga yang harus dibayar oleh pembeli, yang tentunya penjual mie di
pinggir jalan harganya lebih murah dibandingkan dengan harga mie ayam yang ada
di gerai. Perbedaan yang kedua adalah,
orang yang makan atau pembeli, dimana kebanyakan para pembelidari penjual mie
ayam yang di pinggir jalan adalah masyarakat menengah kebawah, sedangkan para
pembeli yang datang ke mie ayam yang ada di gerai rata-rata adalah masyarakat menengah ke atas. Perbedaan yang terakhir adalah soal
cita-rasa.
Perumpamaan lainnya adalah, jika tulisan kita diibaratkan sebuah kuburan
atau orang yang sudah mati maka pembacanya diibaratkan sebagai roh yang dapat
menghidupkan orang mati tersebut.
Seorang pembuat kue baru akan disebut pembuat kue jika sedang membuat
kue. Sama halnya dengan seorang penulis.
Sekarang saya akan membahas hubungan antara teks, konteks, pembaca,
penulis dan maksud dari tulisan si penulis.
Teks dan konteks adalah satu kesatuan yang tidak mungkin dapat berdiri
sendiri, dan dalam kenyataannya saling melengkapi satu sama lain. Yang termasuk dalam kegiatan membaca adalah
memilih apa yang akan kita baca, mengorganisir atau menyatukan, dan
menghubungkan satu lain dan menghubungkannya satu sama lain untuk memberi
sebuah arti sebaik yang pembaca ketahui tentang teks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic