We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 26 Februari 2014

LITERASI DAN REKAYASA LITERASI



 Class Review 3

Inilah saat dimana saya harus memulai kembali menulis dengan tinta hitam yang terayun-ayun di tangan. Jantung ini berdegup kencang ketika tangan ini mulai menulis. Rasa takut itu kini hadir dalam ayunan tangan ini. Takut kata-kata ini tak dapat aku teruskan. Takut akan tak bisa untuk menulis lagi. Tapi aku harus bertahan. Bertahan demi perjuanganku untuk meraih masa depan. Aku percaya semua akan indah pada waktunya.  Seperti pada pertemuan sebelumnya, kami dibuat dag dig dug oleh Mr. Lala karena mata kuliah “Writing and Composition 4” pada pertemuan kedua diundur menjadi hari rabu karena Mr. Lala berhalangan hadir untuk mengikuti rapat. Kami dibuat tegang oleh Mr. Lala. Bertanya-tanya akan ada tugas apa lagi yang menanti kami di minggu berikutnya. Ya, rasa penasaran itu selalu muncul.
Mata kuliah “Writing and Composition 4” kini telah memasuki pertemuan ketiga.  Pertemuan ketiga mata kuliah “Writing and Composition 4” dimulai pada hari Rabu, tanggal 19 Februari 2014, pukul 10.50 di ruang 41 Gedung PBI, yang mana seperti biasanya dibimbing oleh Mr. Lala Bumela, M. Pd. Pada pertemuan sebelumnya kami tugaskan untuk membuat chapter review sebanyak 10 halaman.  Pada pertemuan kali ini, kami ditugaskan untuk membuat critical review sebanyak 2500 kata. Sungguh sangat luar biasa sekali. Mata kuliah “Writing and Comopsition 4” merupakan mata kuliah yang sangat luar biasa, karena menggunakan sistem “Academic Writing”. Terdapat dua point penting dalam mata kuliah ini, yaitu:
1.      Endurance
Dalam mata kuliah writing 4 ini, daya tahan tubuh kita harus kuat.  Ini akan terlihat pada sebulan kedepan dalam pelajaran writing 4.  Kekuatan pikiran dan fisik adalah kunci utamanya.  Mengapa demikian? Karena dalam pelajaran mata kuliah writing 4 ini, kita akan lebih banyak menulis dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya.  Selain itu, kekuatan pikiran adalah modal untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas writing 4. Selain dituntut untuk menulis, kami juga dituntun untuk berpikir bahkan berpikir kritis.  Seperti tugas critical review yang mana kami harus mengkritik tulisan A. Chaedar Alwasilah.
2.      Tekhnik
Tekhnik pengajaran dan pembelajaran writing 4 merupakan tekhnik yang sangat luar biasa. Menggunakan sistem “academic writing”.  Tehnik kita dalam menulis dan cara kita mereproduksi tulisan kita merupakan sesuatu yang penting.
Menulis bukanlah sesuatu yang kuno.  Ini terbukti bahwa ada seorang mahasiswa yang mengikuti tes di salah satu Universitas di India.  Gedung universitas tersebut biasanya saja.  Bahkan lebih bagus gendung IAIN ungkapnya.  Namun, sistem pembelajaran di sana sangat luar biasa sekali.  Ketika ujian berlangsung, seorang dosen memberikan soal ujian dalam bentuk essay namun berlembar-lembar jawaban yang harus diisi. 
Tulisan A. Chaedar Alwasilah merupakan tulisan yang sangat luar biasa.  Bahkan bahasa yang beliau tulis dalam tulisannya, sungguh luar biasa.  Orang satu-satunya yang tulisannya diakui oleh negara lain adalaha tulisan A. Chaedar Alwasilah.  Bahkan tulisan beliau sangat sulit untuk di sanggah, karean tulisan beliau menggunakan argumen yang tepat dan benar.  Oleh karena itu, sangat beruntung sekali orang-orang yang dikenalkan dengan tulisan A. Chaedar Alwasilah.  Orang satu-satunya yang membaca tulisan A. Chaedar Alwasilah hanya mahasiswa IAIN.  Prinsipnya, semoga universitas IAIN dapat menjadi “Centre of Exellence”.  Orang-orang yang ingin belajar nulis datang ke IAIN dan orang-orang yang ingin benar-benar belajar menulis datang ke IAIN. Sehingga IAIN akan mampu menjadi “Centre of Excellence”.
Bagi Mr. Lala, kami adalah “Multilingual Writer” yang belajar L1 dan L2.  Kami dilatih untuk jago dalam bahasa L1 dan L2.  L1 merupakan bahasa Indonesia dan L2 merupakan bahasa Inggris.  Akan lebih baik lagi jika kami mampu menulis dalam bahasa L3 seperti contohnya bahasa sunda, jawa dan sebagainya.  Orang yang mampu menulis dalam bahasa sunda bahkan menggunakan sistem “Akademik Bahasa Sunda” merupakan hal yang sangat luar biasa sekali. Seperti sebuah situs Cupunarik yang menulis tentang sunda akademik.
Penulis yang baik adalah penulis yang tahu cara menulis dan tahu cara mereproduksinya.  Mahasiswa itu bagaikan torch.  Urusan api gede atau kecil itu adalah urusan kita.  Bagaimana kita menulis dan mereproduksi tulisan kita. Apakah ingin menjadi penulis yang hebat? Atau hanya menjadi penulis yang biasa saja? Itu semua terghatung kepada kita.  Tergantung bagaimana kita mengelola tulisan kita. 
Kini masuk pada pembahasan tentang “Rekayasa Literasi”.  Rekayasa literasi ini merupakan tulisan A. Chaedar Alwasilah yang harus kita buat menjadi chapter review.
Pengajaran literasi terdiri dari tiga point penting, yaitu:
1)      Read
Orang yang literat adalah orang yang mahir malam baca-tulis.  Membaca merupakan gudangnya ilmu.  Orang yang membaca akan mendapatkan banyak pengetahuan, dengan begitu pengetahuan mereka akan lebih luas. 
2)      Respond
Setelah kita membaca dan memahami bacaan yang kita baca, kita akan dituntun untuk meresponnya.  Merespon tenatng tulisan penulis, kelebihan dan kelemahan tulisan penulis, serta mengkritisinya.
3)      Write (re-write)
Setelah kita membaca dan merespon tulisan penulis.  Kita coba menuangkan pemahamana kita lewat tulisan terhadap tulisan penulis.  Dengan begitu, kita akan mengetahui sejauh mana kita memahami dan mereproduksi tulisan tersebut. 
Kini masuk kepada pembahasan tentang power point yang berjudul Exploring “Nothing But Literacy Engineering”.  Pada abad ke-21, standar kelas dunia akan menuntut bahwa setiap orang sangat melek huruf, sangat berhitung, baik informasi, mampu belajar terus-menerus, dan percaya diri dan mampu memainkan peran mereka sebagai warga masyarakat yang demokratis.  Sangat luar biasa sekali, maka dari itu pengajaran baca-tulis harus diterapkan sejak dini agar mampu menjadi masyarakat yang literat. 
An Appetizer on Academic Writing Elements
·         Cohesion adalah gerakan halus atau aliran antara kalimat dan paragraf.
·         Clarity adalah makna dari apa yang kita berniat untuk berkomunikasi sangat jelas.
·         Logical Order adalah mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
·         Consistency adalah konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
·         Unity yaitu secara sederhana, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
·         Conciseness (keringkasan) adalah ekonomi dalam penggunaan kata-kata. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perlu dan tidak perlu pengulangan (redundancy, atau "kayu mati.") Pengecualian dari informasi yang tidak perlu mempromosikan persatuan dan kesatuan.
·         Completeness (kelengkapan) adalah informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis memiliki untuk memberikan informasi penting mengenai suatu topik tertentu. Misalnya, dalam definisi cacar air, pembaca akan mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak yang ditandai dengan ruam.
·         Variety (ragam) : Variety membantu pembaca dengan menambahkan beberapa "bumbu" untuk teks.
·         Formality (formalitas) : Akademik menulis adalah formal dalam nada. Ini berarti bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan. Selain itu, penggunaan kata ganti seperti "I" dan kontraksi dihindari.
Pengertian literasi menurut Ken hyland (2006)
Ø  Literasi adalah sesuatu yang kita lakukan.
Ø  Hamilton (1998), seperti dikutip dalam Hyland (2006: 21), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak di interaksi antara manusia.
Ø  Hyland berpendapat lebih jauh: "melek akademik menekankan bahwa cara kita menggunakan bahasa, disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh lembaga sosial dan hubungan kekuasaan.
Ø  Keberhasilan akademis berarti repersenting diri dengan cara dihargai oleh disiplin kita, mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang dissourse akademik mewujudkan.
Berikut ini terdapat beberapa point penting dalam “Rekayasa Literasi”.
·         Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik
·         Definisi baru literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari
·         Model literasi ala Freebody and Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text; using texts functionally; critically analysing and transforming texts.
·         Prof. Alwasilah meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi.
·         Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif konstan.
·         Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies) dengan dimensinya yang luas.
·         Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.
·         Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup
·         Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi
·         Masyrakat yang tidak literat tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa
·         Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
·         Ujung tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
·         Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
·         Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan
·         Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut
·         Kern (2003): literacy refers to “general learnedness and familiarity with literature”.
·         Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA.
Begitu pentingnya sebuah “Rekayasa Literasi”, karena yang direkayasa adalah pelajaran reading dan writingnya.  Akan lebih baik jika Indonesia perlu perubahan paradigma pengajaran literasi di tingkat sekolah.  Agar Indonesia mampu menjadi masyarakat yang literat. Tidak hanya mampu baca-tulis tapi juga terdidik dan mengenal sastra.
Setelah kami melewati perteuman kedua mata kuliah ini, kini saatnya kami untuk menghadapi pertemuan ketiga.  Di pertemuan kedua, kami ditugaskan untuk membuat chapter review sebanyak 10 halaman dari tulisan A. Chaedar Alwasilah.  Dalam pertemuan ketiga, kami ditugaskan untuk membuat “Critical Review” sebanyak 2500 kata.  Sungguh sangat luar biasa sekali. 
Apa itu critical review?
Critical review adalah summarization dan evaluasi ide-ide dan informasi dalam
artikel.  Ini mengungkapkan titik penulis ( kita ) pada sudut pandang dalam terang apa yang sudah kita tahu tentang masalah dan apa yang diperoleh dari teks-teks terkait.  Critical review berarti berpikir dengan hati-hati dan jelas dan mempertimbangkan baik kekuatan dan kelemahan dalam materi laporan. Terdapat dua keterampilan untuk mempekerjakan ketika diminta untuk menulis review :
·         Mencari informasi merupakan memindai literatur efisien untuk menjadi baik-informasi pada subjek.

·         Meninjau efektif adalah mempertanyakan informasi dalam teks dan menyajikan
evaluasi , atau penilaian, itu .
Meninjau efisien , atau mengevaluasi , membutuhkan kesadaran intinya ( ide sentral ) yang tujuan dan penonton dimaksudkan teks. Teks ini melihat dari berbagai
perspektif ( dari sumber terkait ) dan dievaluasi dalam kaitannya dengan teori, pendekatan dan kerangka tugas yang diharapkan.  Evaluasi ini melibatkan menganalisis konten dan konsep teks, memisahkan mereka menjadi komponen utama mereka,dan kemudian memahami bagaimana ini saling berhubungan, terhubung dan mempengaruhi satu sama lain. Beberapa pertanyaan yang diajukan ketika mulai menulis critical review:
- Apa wilayah utama ditinjau diskusi?
- Dari mana data penulis dan bukti berasal?
- Apa isu-isu utama yang diangkat oleh penulis?
- Apa interpretasi besar yang dibuat oleh penulis dalam hal masalah yang diangkat?
- Apakah teks skor? adil? bias?
- Seberapa baik semua ini berhubungan dengan literatur lain tentang topik? Pengalaman kita sendiri?
- Bagaimana kita bisa merangkum semua poin di atas?
Langkah-langkah dalam menulis “Critical Review” :
Ø  Isi Critical Review
Critical review umumnya terdiri dari 1-4 halaman panjang dan memiliki struktur yang mirip dengan salah satu yang diberikan di sini.
Ø  Introduction (Pendahuluan)  
Mulai dengan membuka kalimat yang menyatakan penulis, judul dan memberikan penjelasan singkat topik teks. Tujuan dari teks dan ringkasan temuan utama atau key argumen disajikan. Pada akhir pendahuluan, pernyataan singkat tentang evaluasi teks yang diberikan.
Ø  Summary (Ringkasan)
Memberikan ringkasan dari poin utama dari artikel dan beberapa contoh.  Sebuah singkat penjelasan tentang tujuan penulis dan organisasi teks juga dapat ditambahkan.  Bagian ini dari critical review harus tidak lebih dari sepertiga dari keseluruhan.
Ø  Main Body (Critique)
Membahas dan mengevaluasi kekuatan, kelemahan dan fitur penting dari teks itu.  Diskusi harus didasarkan pada kriteria tertentu dan termasuk sumber-sumber lain untuk mendukungnya ( dengan referensi ). 
Ø  Conclusion (Kesimpulan)
Menyimpulkan review dengan penyajian kembali pendapat keseluruhan teks . Hal ini juga dapat termasuk rekomendasi, dan beberapa penjelasan lebih lanjut tentang penghakiman untuk menunjukkan bahwa itu adil dan wajar. 
Critical Evaluation
v  Apa jenis pembaca yang menargetkan penulis di artikelnya?
v  Apa klaim sentral dalam / argumennya nya?
v  Bukti apa yang dia / dia gunakan untuk membuat cadangan poin dia membuat?
v  Apakah penulis membuat klaim yang tidak didukung oleh bukti-bukti?
v  Apakah Anda berpikir bahwa bukti-bukti yang cukup, untuk sebuah artikel dalam sebuah buku teks akademik?
v  Apakah penulis menggunakan kata-kata emotif atau pernyataan? (Jika demikian, sorot apapun yang Anda mengidentifikasi)
Sangat tidak mudah untuk menulis critical review.  Dalam critical review harus disertai dengan contoh dan bukti.  Selain itu, harus memperhatikan langkah-langkah di atas.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa betapa penting dan bermanfaatnya sebuah pengajaran”Academic Writing”.  Betapa penting dan bermanfaatnya sebuah “Literasi”.  Betapa penting dan bermanfaatnya sebuah “Rekayasa Literasi”.  Selain itu, “Critical Review” adalah modal untuk kita menjadi pembaca kritis dan penulis kritis.  Butuh kesabaran yang penuh untuk menyelesaikan tugas critical review sebanyak 2500 kata.  Itu adalah tantangan.  Tantangan dalam belajar.  Tergantung kita, bagimana kita menanggapinya, bagaimana kita menulis, dan bagimana kita mereproduksi tulisan kita.  Mahasiswa itu bagaikan torch.  Urusan api gede atau kecil itu adalah urusan kita.  Bagaimana kita menulis dan mereproduksi tulisan kita. Apakah ingin menjadi penulis yang hebat? Atau hanya menjadi penulis yang biasa saja? Itu semua terghatung kepada kita.  Tergantung bagaimana kita mengelola tulisan kita.  Maka dari itu, belajar dan terus belajar karena pembekalan “Academic writing” merupakan sesuatu yang akan membuat kita menjadi luar biasa.  Apa yang kita lakukan tidak ada yang percuma.  Betapa pentingnya sebuah pembekalan “Academic Writing”.




.




 .












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic