Class Review 3
Inilah
saat dimana saya harus memulai kembali menulis dengan tinta hitam yang
terayun-ayun di tangan. Jantung ini berdegup kencang ketika tangan ini mulai
menulis. Rasa takut itu kini hadir dalam ayunan tangan ini. Takut kata-kata ini
tak dapat aku teruskan. Takut akan tak bisa untuk menulis lagi. Tapi aku harus bertahan. Bertahan demi perjuanganku
untuk meraih masa depan. Aku percaya semua akan indah pada waktunya. Seperti pada pertemuan
sebelumnya, kami dibuat dag dig dug oleh Mr. Lala karena mata kuliah “Writing
and Composition 4” pada pertemuan kedua diundur menjadi hari rabu karena Mr.
Lala berhalangan hadir untuk mengikuti rapat. Kami dibuat tegang oleh Mr. Lala.
Bertanya-tanya akan ada tugas apa lagi yang menanti kami di minggu berikutnya.
Ya, rasa penasaran itu selalu muncul.
Mata
kuliah “Writing and Composition 4” kini telah memasuki pertemuan ketiga. Pertemuan ketiga mata kuliah “Writing and
Composition 4” dimulai pada hari Rabu, tanggal 19 Februari 2014, pukul 10.50 di
ruang 41 Gedung PBI, yang mana seperti biasanya dibimbing oleh Mr. Lala Bumela,
M. Pd. Pada pertemuan sebelumnya kami tugaskan untuk membuat chapter review
sebanyak 10 halaman. Pada pertemuan kali
ini, kami ditugaskan untuk membuat critical review sebanyak 2500 kata. Sungguh
sangat luar biasa sekali. Mata kuliah “Writing and Comopsition 4” merupakan
mata kuliah yang sangat luar biasa, karena menggunakan sistem “Academic
Writing”. Terdapat dua point penting dalam mata kuliah ini, yaitu:
1. Endurance
Dalam mata kuliah writing 4 ini, daya
tahan tubuh kita harus kuat. Ini akan
terlihat pada sebulan kedepan dalam pelajaran writing 4. Kekuatan pikiran dan fisik adalah kunci
utamanya. Mengapa demikian? Karena dalam
pelajaran mata kuliah writing 4 ini, kita akan lebih banyak menulis dibandingkan
dengan semester-semester sebelumnya. Selain
itu, kekuatan pikiran adalah modal untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
writing 4. Selain dituntut untuk menulis, kami juga dituntun untuk berpikir
bahkan berpikir kritis. Seperti tugas
critical review yang mana kami harus mengkritik tulisan A. Chaedar Alwasilah.
2. Tekhnik
Tekhnik pengajaran dan pembelajaran
writing 4 merupakan tekhnik yang sangat luar biasa. Menggunakan sistem
“academic writing”. Tehnik kita dalam
menulis dan cara kita mereproduksi tulisan kita merupakan sesuatu yang penting.
Menulis
bukanlah sesuatu yang kuno. Ini terbukti
bahwa ada seorang mahasiswa yang mengikuti tes di salah satu Universitas di
India. Gedung universitas tersebut
biasanya saja. Bahkan lebih bagus
gendung IAIN ungkapnya. Namun, sistem
pembelajaran di sana sangat luar biasa sekali.
Ketika ujian berlangsung, seorang dosen memberikan soal ujian dalam
bentuk essay namun berlembar-lembar jawaban yang harus diisi.
Tulisan
A. Chaedar Alwasilah merupakan tulisan yang sangat luar biasa. Bahkan bahasa yang beliau tulis dalam tulisannya,
sungguh luar biasa. Orang satu-satunya
yang tulisannya diakui oleh negara lain adalaha tulisan A. Chaedar
Alwasilah. Bahkan tulisan beliau sangat
sulit untuk di sanggah, karean tulisan beliau menggunakan argumen yang tepat
dan benar. Oleh karena itu, sangat
beruntung sekali orang-orang yang dikenalkan dengan tulisan A. Chaedar
Alwasilah. Orang satu-satunya yang
membaca tulisan A. Chaedar Alwasilah hanya mahasiswa IAIN. Prinsipnya, semoga universitas IAIN dapat
menjadi “Centre of Exellence”.
Orang-orang yang ingin belajar nulis datang ke IAIN dan orang-orang yang
ingin benar-benar belajar menulis datang ke IAIN. Sehingga IAIN akan mampu
menjadi “Centre of Excellence”.
Bagi
Mr. Lala, kami adalah “Multilingual Writer” yang belajar L1 dan L2. Kami dilatih untuk jago dalam bahasa L1 dan
L2. L1 merupakan bahasa Indonesia dan L2
merupakan bahasa Inggris. Akan lebih
baik lagi jika kami mampu menulis dalam bahasa L3 seperti contohnya bahasa sunda,
jawa dan sebagainya. Orang yang mampu
menulis dalam bahasa sunda bahkan menggunakan sistem “Akademik Bahasa Sunda” merupakan
hal yang sangat luar biasa sekali. Seperti sebuah situs Cupunarik yang menulis
tentang sunda akademik.
Penulis
yang baik adalah penulis yang tahu cara menulis dan tahu cara
mereproduksinya. Mahasiswa itu bagaikan
torch. Urusan api gede atau kecil itu
adalah urusan kita. Bagaimana kita
menulis dan mereproduksi tulisan kita. Apakah ingin menjadi penulis yang hebat?
Atau hanya menjadi penulis yang biasa saja? Itu semua terghatung kepada kita. Tergantung bagaimana kita mengelola tulisan
kita.
Kini masuk pada
pembahasan tentang “Rekayasa Literasi”.
Rekayasa literasi ini merupakan tulisan A. Chaedar Alwasilah yang harus
kita buat menjadi chapter review.
Pengajaran
literasi terdiri dari tiga point penting, yaitu:
1) Read
Orang yang literat adalah orang yang
mahir malam baca-tulis. Membaca
merupakan gudangnya ilmu. Orang yang
membaca akan mendapatkan banyak pengetahuan, dengan begitu pengetahuan mereka
akan lebih luas.
2) Respond
Setelah kita membaca dan memahami bacaan
yang kita baca, kita akan dituntun untuk meresponnya. Merespon tenatng tulisan penulis, kelebihan
dan kelemahan tulisan penulis, serta mengkritisinya.
3) Write
(re-write)
Setelah kita membaca dan merespon
tulisan penulis. Kita coba menuangkan
pemahamana kita lewat tulisan terhadap tulisan penulis. Dengan begitu, kita akan mengetahui sejauh
mana kita memahami dan mereproduksi tulisan tersebut.
Kini
masuk kepada pembahasan tentang power point yang berjudul Exploring “Nothing
But Literacy Engineering”. Pada abad ke-21, standar kelas dunia akan menuntut bahwa setiap orang sangat melek huruf, sangat
berhitung, baik informasi, mampu belajar terus-menerus, dan percaya diri dan mampu memainkan peran
mereka sebagai warga masyarakat yang demokratis. Sangat luar biasa sekali, maka dari itu
pengajaran baca-tulis harus diterapkan sejak dini agar mampu menjadi masyarakat
yang literat.
An
Appetizer on Academic Writing Elements
·
Cohesion adalah gerakan
halus atau aliran antara kalimat dan paragraf.
·
Clarity adalah makna
dari apa yang kita berniat untuk
berkomunikasi sangat jelas.
·
Logical Order adalah mengacu pada urutan logis
dari informasi. Dalam penulisan
akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
·
Consistency adalah konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
·
Unity
yaitu secara sederhana, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
·
Conciseness
(keringkasan) adalah ekonomi
dalam penggunaan kata-kata. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perlu dan tidak perlu pengulangan (redundancy, atau "kayu
mati.") Pengecualian dari informasi yang tidak perlu mempromosikan
persatuan dan kesatuan.
·
Completeness (kelengkapan)
adalah informasi berulang-ulang atau
tidak perlu harus dihilangkan, penulis
memiliki untuk memberikan informasi
penting mengenai suatu topik tertentu.
Misalnya, dalam definisi cacar air, pembaca akan
mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak
yang ditandai dengan ruam.
·
Variety (ragam)
: Variety membantu pembaca dengan menambahkan beberapa "bumbu" untuk teks.
·
Formality
(formalitas) : Akademik menulis
adalah formal dalam nada. Ini berarti bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan. Selain itu, penggunaan kata ganti seperti
"I" dan kontraksi dihindari.
Pengertian
literasi menurut Ken hyland (2006)
Ø Literasi
adalah sesuatu yang kita lakukan.
Ø Hamilton
(1998), seperti dikutip dalam Hyland (2006: 21), melihat keaksaraan sebagai
kegiatan yang terletak di interaksi antara manusia.
Ø Hyland
berpendapat lebih jauh: "melek akademik menekankan bahwa cara kita
menggunakan bahasa, disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh lembaga sosial
dan hubungan kekuasaan.
Ø Keberhasilan
akademis berarti repersenting diri dengan cara dihargai oleh disiplin kita,
mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang dissourse akademik
mewujudkan.
Berikut
ini terdapat beberapa point penting dalam “Rekayasa Literasi”.
·
Literasi adalah praktik
kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik
·
Definisi baru literasi
terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai
perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari
·
Model literasi ala
Freebody and Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the
meanings of text; using texts functionally; critically analysing and
transforming texts.
·
Prof. Alwasilah
meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati, menggunakan,
menganalisis, mentransformasi.
·
Rujukan literasi terus
berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif konstan.
·
Studi literasi tumpang
tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies) dengan
dimensinya yang luas.
·
Pendidikan yang
berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dna
juga sebaliknya.
·
Reading, writing,
arithmetic, and reasoning = modal hidup
·
Orang multiliterat
mampu berinteraksi dalam berbagai situasi
·
Masyrakat yang tidak
literat tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media
masa
·
Pengajaran bahasa harus
mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
·
Ujung tombak pendidikan
literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi
analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan
keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah
2012)
·
Rekayasa literasi
adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan
berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju
ke pendidikan dan pembudayaan.
·
Empat dimensi rekayasa
literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan
·
Rekayasa literasi =
merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut
·
Kern (2003): literacy
refers to “general learnedness and familiarity with literature”.
·
Orang literat tidak
sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA.
Begitu pentingnya sebuah “Rekayasa Literasi”,
karena yang direkayasa adalah pelajaran reading dan writingnya. Akan lebih baik jika Indonesia perlu
perubahan paradigma pengajaran literasi di tingkat sekolah. Agar Indonesia mampu menjadi masyarakat yang
literat. Tidak hanya mampu baca-tulis tapi juga terdidik dan mengenal sastra.
Setelah kami melewati perteuman
kedua mata kuliah ini, kini saatnya kami untuk menghadapi pertemuan
ketiga. Di pertemuan kedua, kami
ditugaskan untuk membuat chapter review sebanyak 10 halaman dari tulisan A.
Chaedar Alwasilah. Dalam pertemuan
ketiga, kami ditugaskan untuk membuat “Critical Review” sebanyak 2500
kata. Sungguh sangat luar biasa
sekali.
Apa itu critical review?
Critical
review adalah summarization dan evaluasi ide-ide dan informasi dalam
artikel. Ini mengungkapkan titik penulis ( kita ) pada sudut pandang dalam terang apa yang sudah kita tahu tentang masalah dan apa yang diperoleh dari teks-teks terkait. Critical review berarti berpikir dengan hati-hati dan jelas dan mempertimbangkan baik kekuatan dan kelemahan dalam materi laporan. Terdapat dua keterampilan untuk mempekerjakan ketika diminta untuk menulis review :
artikel. Ini mengungkapkan titik penulis ( kita ) pada sudut pandang dalam terang apa yang sudah kita tahu tentang masalah dan apa yang diperoleh dari teks-teks terkait. Critical review berarti berpikir dengan hati-hati dan jelas dan mempertimbangkan baik kekuatan dan kelemahan dalam materi laporan. Terdapat dua keterampilan untuk mempekerjakan ketika diminta untuk menulis review :
·
Mencari informasi
merupakan memindai literatur efisien untuk menjadi baik-informasi pada subjek.
·
Meninjau efektif adalah
mempertanyakan informasi dalam teks dan menyajikan
evaluasi , atau penilaian, itu .
evaluasi , atau penilaian, itu .
Meninjau
efisien , atau mengevaluasi , membutuhkan kesadaran intinya ( ide sentral ) yang
tujuan dan penonton dimaksudkan teks. Teks ini melihat dari berbagai
perspektif ( dari sumber terkait ) dan dievaluasi dalam kaitannya dengan teori, pendekatan dan kerangka tugas yang diharapkan. Evaluasi ini melibatkan menganalisis konten dan konsep teks, memisahkan mereka menjadi komponen utama mereka,dan kemudian memahami bagaimana ini saling berhubungan, terhubung dan mempengaruhi satu sama lain. Beberapa pertanyaan yang diajukan ketika mulai menulis critical review:
perspektif ( dari sumber terkait ) dan dievaluasi dalam kaitannya dengan teori, pendekatan dan kerangka tugas yang diharapkan. Evaluasi ini melibatkan menganalisis konten dan konsep teks, memisahkan mereka menjadi komponen utama mereka,dan kemudian memahami bagaimana ini saling berhubungan, terhubung dan mempengaruhi satu sama lain. Beberapa pertanyaan yang diajukan ketika mulai menulis critical review:
-
Apa wilayah utama ditinjau diskusi?
-
Dari mana data penulis dan bukti berasal?
-
Apa isu-isu utama yang diangkat oleh penulis?
-
Apa interpretasi besar yang dibuat oleh penulis dalam hal masalah yang diangkat?
-
Apakah teks skor? adil? bias?
-
Seberapa baik semua ini berhubungan dengan literatur lain tentang topik?
Pengalaman kita sendiri?
-
Bagaimana kita bisa merangkum semua poin di atas?
Langkah-langkah
dalam menulis “Critical Review” :
Ø Isi
Critical Review
Critical review umumnya terdiri dari 1-4
halaman panjang dan memiliki struktur yang mirip dengan salah satu yang
diberikan di sini.
Ø Introduction
(Pendahuluan)
Mulai dengan membuka kalimat yang
menyatakan penulis, judul dan memberikan penjelasan singkat topik teks. Tujuan
dari teks dan ringkasan temuan utama atau key argumen disajikan. Pada akhir
pendahuluan, pernyataan singkat tentang evaluasi teks yang diberikan.
Ø Summary
(Ringkasan)
Memberikan ringkasan dari poin utama
dari artikel dan beberapa contoh. Sebuah
singkat penjelasan tentang tujuan penulis dan organisasi teks juga dapat ditambahkan. Bagian ini dari critical review harus tidak
lebih dari sepertiga dari keseluruhan.
Ø Main
Body (Critique)
Membahas dan mengevaluasi kekuatan,
kelemahan dan fitur penting dari teks itu.
Diskusi harus didasarkan pada kriteria tertentu dan termasuk
sumber-sumber lain untuk mendukungnya ( dengan referensi ).
Ø Conclusion
(Kesimpulan)
Menyimpulkan review dengan penyajian
kembali pendapat keseluruhan teks . Hal ini juga dapat termasuk rekomendasi,
dan beberapa penjelasan lebih lanjut tentang penghakiman untuk menunjukkan
bahwa itu adil dan wajar.
Critical
Evaluation
v Apa jenis
pembaca yang menargetkan penulis di artikelnya?
v Apa klaim
sentral dalam / argumennya nya?
v Bukti apa
yang dia / dia gunakan untuk membuat cadangan poin dia membuat?
v Apakah
penulis membuat klaim yang tidak didukung oleh bukti-bukti?
v Apakah Anda
berpikir bahwa bukti-bukti yang cukup, untuk sebuah artikel dalam sebuah buku
teks akademik?
v Apakah
penulis menggunakan kata-kata emotif atau pernyataan? (Jika demikian, sorot
apapun yang Anda mengidentifikasi)
Sangat tidak mudah untuk menulis
critical review. Dalam critical review
harus disertai dengan contoh dan bukti.
Selain itu, harus memperhatikan langkah-langkah di atas.
Dari
penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa betapa penting dan
bermanfaatnya sebuah pengajaran”Academic Writing”. Betapa penting dan bermanfaatnya sebuah
“Literasi”. Betapa penting dan
bermanfaatnya sebuah “Rekayasa Literasi”.
Selain itu, “Critical Review” adalah modal untuk kita menjadi pembaca
kritis dan penulis kritis. Butuh
kesabaran yang penuh untuk menyelesaikan tugas critical review sebanyak 2500
kata. Itu adalah tantangan. Tantangan dalam belajar. Tergantung kita, bagimana kita menanggapinya,
bagaimana kita menulis, dan bagimana kita mereproduksi tulisan kita. Mahasiswa itu bagaikan torch. Urusan api gede atau
kecil itu adalah urusan kita. Bagaimana
kita menulis dan mereproduksi tulisan kita. Apakah ingin menjadi penulis yang
hebat? Atau hanya menjadi penulis yang biasa saja? Itu semua terghatung kepada
kita. Tergantung bagaimana kita
mengelola tulisan kita. Maka dari itu,
belajar dan terus belajar karena pembekalan “Academic writing” merupakan
sesuatu yang akan membuat kita menjadi luar biasa. Apa yang kita lakukan tidak ada yang
percuma. Betapa pentingnya sebuah
pembekalan “Academic Writing”.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic