We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 26 Februari 2014

Class Review 3


REKAYASA DALAM MENULIS

            Menulis itu rekayasa hati, dimana ketika kita menulis kita bebas mengungkapkan isi hati hati kita kedalam tulisan tersebut.  Namun harus tetap diingat, tulisan kita itu bukan hanya untuk kita baca sendiri saja tetapi akan dibaca oleh orang lain.  Menuangkan informasi-informasi yang telah kita dapat dari membaca, mendengarkan dan sebagainya.  Menulis jika dilakukan secara benar, tidak ada bedanya dengan kegiatan bercakap-cakap.  Banyak membaca saja tidak cukup, karena proses untuk menulis itu ada beberapa hal yaitu :
Proses dalam penyatuan keenam informasi tersebut dinamakan Synthesize lalu ketika kita sudah mengatakan: oh begitu. Jadi, proses itu berhasila. Kemudian baru kita tulis (WRITE). Namun, kebanyakan proses yang keenam yang sering dipakai oleh sebagian mahasiswa. Dari keenam hal tersebut proses menulis diterapkan, mulai dari membaca hingga pengalaman yang pernah kita alami.
            Might adalah kekuatan kita dalam menulis sesuatu.  Kekuatan dalam mengubah kata-kata agar semenarik mungkin.  Merangkai berbagai informasi yang kita dapatkan dari membaca kemudian kita tuliskan.  Kekuatan dalam memproduksi kata-kata.  Literacy engineering yaitu teknik keaksaraan, kegiatan menulis adalah menciptakan informasi melalui media keaksaraan (menulis).
            Menulis itu yang direkayasa apa?
Oval: Multilingual WriterDalam menulis itu yang rekayasa adalah kata-katanya.  Memproduksi kata-kata yang akan kita tulis dan rekayasa agar lebih menarik untuk dibaca.  Ketika kata-katanya itu bagus dan mudah dimengerti.
Oval: L2                                                                                                         


 





            Kita itu harus tahu bagaimana cara menulis, cara mempresentasikan tulisan dan tahu cara memproduksi tulisan tersebut.  Cara untuk mempresentasikan tulisan yaitu dengan cara berulang-ulang membaca yang sudah kita tulis ataupun tulisan yang ada dibuku.  Dengan begitu kita tahu dan bisa mempresentasikan tulisan tersebut.  Cara memproduksi juga sama, banyaklah membaca buku dan akhirnya kita bisa menuliskan pengetahuan yang kita dapat kedalam buku.  Membuat tulisan-tulisan yang bagus dan tertujukan untuk banyak pembaca.
            Pertemuan ketiga pada Tanggal 19 Februari 2014. Mata kuliah writing 4, membahas tentang exploring ‘nothing but literacy engineering’. ‘Education is not the filling of a pail, but the lighting of a fire.’- William Butler Yeats.  Re-quoted from Alwasilah (2012).  Pada abad ke-21, standar kelas dunia akan menuntut bahwa setiap orang sangat melek huruf, sangat berhitung, baik informasi mampu belajar terus-menerus dan percaya diri dan mampu memainkan peran mereka sebagai warga masyarakat yang demokratis. (Michael Barber)
            An appetizer on Academic writing elements, ada sembilan elemen yaitu cohesion, clarity, logical order, consitency, unity, conciseness, completeness, variety dan formality.
Ø  Cohesion : The smooth movement or flow between sentences and paragraphs
Ø  Clarity:  the meaning of what you are intending to communicate is perfectly clear
Ø  Logical Order: refers to a logical ordering of information. In academic writing, writers tend to move from general tospecific. Mengacu pada urutan logis dari informasi.  Dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
Ø  Consistency:  Consistency refers to uniformity of writing style.
Ø  Unity:  At its simplest, unity refers to the exclusion of information that does not directly relate to the topic being discussed in a given paragraph. Kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
Ø  Conciseness:       Conciseness is economy in the use of words. Good writing quickly gets to the point and eliminates unnecessary words and needless repetition (redundancy, or “dead wood.”) The exclusion of unnecessary information promotes unity and cohesion
Ø  Completeness: Sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis memiliki kesempatan untuk memberikan informasi penting mengenai sesuatu topik tertentu.  Misalnya, dalam definisi cacar air pembaca akan mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak yang ditandai dengan raum.
Ø  Variety:   Variety helps the reader by adding some “spice” to the text.
Ø  Formality:  Academic writing is formal in tone. This means that sophisticated vocabulary and grammatical structures are used. In addition, the use of pronouns such as “I” and contractions is avoided.
Setelah itu ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Mr. Lala. One more an appetizer : Critical Evaluation
1.      What type of audience is the author targeting her article at?
2.       What are the central claims in his/her argument?
3.      What evidence does he/she use to back up the points she is making?  Yes
4.      Does the author make any claims that are not backed up by evidence? No
5.      Do you think that the evidence is  sufficient, for an article in an academic text book? Yes
6.      Does the author use any emotive words or statements? (If so, highlight any that you identify). Yes

Ken Hyland (2006) on Literacy
Literacy is something we do.Hamilton (1998), as cited in Hyland (2006: 21), melihat literasi sebagai suatu kegiatan yang terleteak diiteraksi antara manusia.  Hyland further berpendapat : academic literacy menekankan bahwa cara kita menggunakan bahasa, disebut sebagai praktik literasi berpola oleh lembaga sosial dan hubungan kekuasaan.  Academic succsess means repersenting yourself in a way valued by your discipline, adopting the values, beliefs, and identities which academic dissourse embody.
Crucial Points in “RekayasaLiterasi”.Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik. Model literasi ala Freebody and Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text; using texts functionally; critically analysing and transforming texts.Prof. Alwasilah meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi. Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif konstan. Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies) dengan dimensinya yang luas.
Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup.  Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi.  Pengajaranbahasaharusmengajarkanketerampilanberpikir secara kritis.Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan.
Oval: Membaca dan Menulis
Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut. Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA.Jadi, inti dari pembahasan di atas adalah perkenalan mengenai critical review.  Membahasa membaca dan menulis apa yang direkayasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic