REKAYASA DALAM MENULIS
Menulis
itu rekayasa hati, dimana ketika kita menulis kita bebas mengungkapkan isi hati
hati kita kedalam tulisan tersebut.
Namun harus tetap diingat, tulisan kita itu bukan hanya untuk kita baca
sendiri saja tetapi akan dibaca oleh orang lain. Menuangkan informasi-informasi yang telah
kita dapat dari membaca, mendengarkan dan sebagainya. Menulis jika dilakukan secara benar, tidak
ada bedanya dengan kegiatan bercakap-cakap.
Banyak membaca saja tidak cukup, karena proses untuk menulis itu ada
beberapa hal yaitu :
Proses dalam penyatuan keenam informasi
tersebut dinamakan Synthesize lalu ketika kita sudah mengatakan: oh begitu.
Jadi, proses itu berhasila. Kemudian baru kita tulis (WRITE). Namun,
kebanyakan proses yang keenam yang sering dipakai oleh sebagian mahasiswa. Dari
keenam hal tersebut proses menulis diterapkan, mulai dari membaca hingga
pengalaman yang pernah kita alami.
Might
adalah kekuatan kita dalam menulis sesuatu.
Kekuatan dalam mengubah kata-kata agar semenarik mungkin. Merangkai berbagai informasi yang kita
dapatkan dari membaca kemudian kita tuliskan.
Kekuatan dalam memproduksi kata-kata.
Literacy engineering yaitu teknik keaksaraan, kegiatan menulis adalah
menciptakan informasi melalui media keaksaraan (menulis).
Menulis
itu yang direkayasa apa?
Dalam menulis itu yang rekayasa adalah
kata-katanya. Memproduksi kata-kata yang
akan kita tulis dan rekayasa agar lebih menarik untuk dibaca. Ketika kata-katanya itu bagus dan mudah
dimengerti.
Kita
itu harus tahu bagaimana cara menulis, cara mempresentasikan tulisan dan tahu
cara memproduksi tulisan tersebut. Cara
untuk mempresentasikan tulisan yaitu dengan cara berulang-ulang membaca yang
sudah kita tulis ataupun tulisan yang ada dibuku. Dengan begitu kita tahu dan bisa
mempresentasikan tulisan tersebut. Cara
memproduksi juga sama, banyaklah membaca buku dan akhirnya kita bisa menuliskan
pengetahuan yang kita dapat kedalam buku.
Membuat tulisan-tulisan yang bagus dan tertujukan untuk banyak pembaca.
Pertemuan
ketiga pada Tanggal 19 Februari 2014. Mata kuliah writing 4, membahas tentang
exploring ‘nothing but literacy engineering’. ‘Education is not the filling of
a pail, but the lighting of a fire.’- William Butler Yeats. Re-quoted from Alwasilah (2012). Pada abad ke-21, standar kelas dunia akan
menuntut bahwa setiap orang sangat melek huruf, sangat berhitung, baik
informasi mampu belajar terus-menerus dan percaya diri dan mampu memainkan
peran mereka sebagai warga masyarakat yang demokratis. (Michael Barber)
An
appetizer on Academic writing elements, ada sembilan elemen yaitu cohesion,
clarity, logical order, consitency, unity, conciseness, completeness, variety
dan formality.
Ø
Cohesion : The smooth movement or flow between sentences and
paragraphs
Ø
Clarity: the meaning of what you
are intending to communicate is perfectly clear
Ø
Logical Order: refers to a logical ordering of information. In academic writing,
writers tend to move from general tospecific. Mengacu pada urutan logis dari
informasi. Dalam penulisan akademik,
penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
Ø
Consistency: Consistency refers to
uniformity of writing style.
Ø
Unity: At its simplest, unity
refers to the exclusion of information that does not directly relate to the
topic being discussed in a given paragraph. Kesatuan mengacu pada pengecualian informasi
yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf
tertentu.
Ø
Conciseness: Conciseness is
economy in the use of words. Good writing quickly gets to the point and
eliminates unnecessary words and needless repetition (redundancy, or “dead
wood.”) The exclusion of unnecessary information promotes unity and cohesion
Ø
Completeness: Sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu
harus dihilangkan, penulis memiliki kesempatan untuk memberikan informasi
penting mengenai sesuatu topik tertentu.
Misalnya, dalam definisi cacar air pembaca akan mengharapkan untuk
mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak yang ditandai dengan
raum.
Ø
Variety: Variety helps the reader
by adding some “spice” to the text.
Ø
Formality: Academic writing is formal
in tone. This means that sophisticated vocabulary and grammatical structures
are used. In addition, the use of pronouns such as “I” and contractions is
avoided.
Setelah itu ada beberapa pertanyaan yang
diajukan oleh Mr. Lala. One more an appetizer : Critical Evaluation
1. What type of audience is the author targeting her article at?
2. What are the central claims
in his/her argument?
3. What evidence does he/she use to back
up the points she is making? Yes
4. Does the author make any claims that are not backed up by evidence?
No
5. Do you think that the evidence is
sufficient, for an article in an academic text book? Yes
6. Does the author use any emotive words or statements? (If so,
highlight any that you identify). Yes
Ken
Hyland (2006) on Literacy
Literacy is something we do.Hamilton
(1998), as cited in Hyland (2006: 21), melihat literasi sebagai suatu kegiatan
yang terleteak diiteraksi antara manusia.
Hyland further berpendapat : academic literacy menekankan bahwa cara
kita menggunakan bahasa, disebut sebagai praktik literasi berpola oleh lembaga
sosial dan hubungan kekuasaan. Academic
succsess means repersenting yourself in a way
valued by your discipline, adopting the values, beliefs, and identities which
academic dissourse embody.
Crucial Points in “RekayasaLiterasi”.Literasi adalah praktik kultural yang
berkaitan dengan persoalan sosial politik. Model literasi ala Freebody and Luke
(2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text;
using texts functionally; critically analysing and transforming texts.Prof.
Alwasilah meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati,
menggunakan, menganalisis, mentransformasi. Rujukan literasi terus
berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif konstan. Studi literasi
tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies)
dengan dimensinya yang luas.
Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI
menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.Reading,
writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup. Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam
berbagai situasi. Pengajaranbahasaharusmengajarkanketerampilanberpikir secara kritis.Rekayasa literasi adalah upaya
yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya
lewat penguasaan bahasa secara optimal.
Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan
pembudayaan.Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif,
sosiokultural, dan perkembangan.
Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran
membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut. Orang literat tidak sekedar
berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA.Jadi, inti dari
pembahasan di atas adalah perkenalan mengenai critical review. Membahasa membaca dan menulis apa yang
direkayasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic