Kehidupan manusia tidak
akan pernah sekalipun terlepas dari sebuah alat bantu kehidupan. Semua kegiatan sehari-hari akan selalu
melibatkan berpuluh-puluh alat hanya untuk mempermudah proses aktivitas
manusia. Contoh kecil dari fakta ini
adalah ketika seorang manusia membersihkan diri di sebuah tempat yang bernama
kamar mandi. Manusia pasti akan membutuhkan
gayung, sikat gigi, dan lain-lain dalam proses tersebut. Kehidupan manusia akan selalu bersentuhan
erat dengan alat-alat bantu tersebut.
Coba saja bayangkan ketika seorang manusia membersihkan diri tanpa
menggunakan sebuah gayung, semua akan serba sulit.
Zaman modern telah dikenal
sebagai era dimana manusia seakan berada di surga. Hal ini disebabkan oleh bermunculannya
berbagai jenis alat bantu kehidupan manusia.
Tidak semua manusia memiliki kesempurnaan, akan tetapi alat bantu
tersebut dapat dengan mudah menutupi ketidaksempurnaan itu. Kacamata, sebuah alat yang menjadi sahabat
dekat dari manusia dan juga sebagai penolong untuk menghapus ketidaksempurnaan
sebuah penglihatan. Alat bantu
penglihatan ini selalu mengalami revolusi dari zaman ke zaman. Kacamata merupakan contoh kecil yang
menunjukan betapa pentingnya berevolusi.
Hingga saat ini
kejelasan mengenai penemuan kacamata masih simpang siur. Bangsa Eropa mengklaim bahwa merekalah penemu
dari kacamata sebagai alat bantu penglihatan, namun sejarah berkata lain. Hal ini dikarenakan 3000 tahun sebelumnya, Umat Muslim telah lebih dahulu mengenal
sebuah kaca sebagai alat pembakaran. Selain
itu bangsa Cina pun berpendapat bahwa merekalah penemu benda ajaib
tersebut. Dahulu bangsa Cina menggunakan
kacamata sebagai ciri khas rakyat bangsawan.
Entahlah, siapa penemu kacamata bukanlah hal penting.
Pada abad ke-13 kristal
batu atau batu transparan mulai digunakan sebagai alat bantu penglihatan di
Eropa. Namun perlu diketahui bahwa
bentuk dari kacamata tidak sebagus dan senyaman saat ini. Pada abad ke-16 bentuk kacamata sangatlah
tidak nyaman untuk digunakan, yaitu menyerupai sebuah kaca pembesar tanpa
pengait telinga. Pada zaman itu kacamata
hanya bisa dipegang oleh satu tangan.
Setelah itu kacamata mulai berevolusi dengan penggunaan pita atau tali
yang diikatkan ke kepala. Namun adanya
pita tersebut belum merubah sisi kenyamanan kacamata. Kemudian muncullah sebuah kacamat per, yaitu
kacamata yang hanya dijepitkan di hidung dan tanpa pengait telinga. Para peneliti mulai memikirkan sisi
kenyamanan kacamata, hal ini dibuktikan dengan digunakannya sebuah kawat keras
untuk mengaitkannya ke telinga. Jenis
kacamata yang dipakai oleh manusia sebagai alat bantu penglihatan saat ini
adalah berkat andil dari Benjamin Franklin pada tahun 1784. Ilmuwan Amerika ini sukses menemukan kacamata
bifocal, yaitu kacamata yang berfungsi untuk membantu penglihatan baik jarak
jauh ataupun jarak dekat. Berkat
Benjamin lah manusia menenal lensa -/+ dan silinder.
Sesuatu yang harus
digarisbawahi adalah kata revolusi.
Kacamata hanyalah contoh sederhana dari pentingnya berevolusi. Mahasiswa bukanlah mahasiswa sejati ketika
mereka belum mengenal academic writing, academic speaking, dan hal-hal yang
bersangkutan dengan academic lainnya.
Mata kuliah writing 1, 2, dan 3 hanyalah gerbang menuju mahasiswa
sejati. Semester ini semuanya
berevolusi, termasuk mata kuliah writing jilid empat ini. Pengetahuan mahasiswa akan berevolusi menuju
titik sempurna dengan mempelajari academic writing. Kacamata berevolusi dengan ditemukannya lensa
bifocal, namun mahasiswa berevolusi dengan mempelajari sebuah lensa
kemahasiswaan yang disebut sebagai academic writing.
Setelah mengetahui apa
itu lensa kemahasiswaan di mata para peserta didik, mahasiswa pun hendaknya
mengetahui hal-hal yang harus dicapai dalam mata kuliah ini. Apabila perbandingan terpaksa dilakukan
antara mata kuliah writing kali ini dengan terdahulu, maka sebenarnya tidak
akan ada perbedaan yang mencolok. Semua
mahasiswa tetap akan bersahabat dengan class review dan chapter review sebagai
passport atau syarat untuk mengikuti pembelajaran di kelas.
Berdasarkan penjelasan
pada paragraph sebelumnya mengenai peran penting dari revolusi, writing kali ini
pun mengalami hal serupa. Mahasiswa
tidak akan hanya bersahabat dengan class dan chapter review. Appetizer essay dan critical review pun akan
mau tidak mau menjadi anugrah yang akan mewarnai kehidupan mahasiswa. Jadi, bersiaplah jari-jemari mengriting atau bahkan
berotot karena selalu disuguhi olahraga tulis-menulis.
Apabila seseorang
mengatakan bahwa dunia terbagi menjadi dua yaitu dunia ghaib dan nyata, maka
itu kurang tepat. Dunia pada zaman serba
mesin ini memang terbagi menjadi dua, dunia nyata dan dunia maya. Itulah pernyataan yang paling tepat untuk
menggambarkan situasi sekarang. Writing
jilid 4 ini pun akan memasuki kedua dunia tersebut sebagai langkah untuk
berevolusi. Blog, itulah wadah baru bagi
seluruh mahasiswa guna mengabadikan hasil jerih payah otak dan jari-jemari
mereka ke dunia baru yang disebut sebagai dunia maya.
Satu pelajaran dapat
diambil dari opening mata kuliah ini.
Terdapat satu pertanyaan yang pastinya akan muncul dibenak seluruh
mahasiswa. “Apakah menulis itu
susah?” Pertanyaan itu wajar apabila
muncul di lubuk hati mahasiswa.
Seseorang yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama pun akan
menemukan beribu-ribu kesulitan dalam menulis.
Mereka pun akan menghadapi sebuah tembok raksasa ketika proses menulis
hendak dilakukan. Jadi, dengan kata lain
para mahasiswa yang memperdalam writing jilid 4 ini merupakan tokoh-tokoh yang
sangat berani menghadapi kerasnya tantangan.
Itulah pesan yang dapat diambil pada opening kali ini.
Writing jilid 4 ini
akan menemani setiap malam mahasiswa, bahkan merasuk kedalam mimpi setiap
mahasiswa. Itulah alasan mengapa
“Tantangan” menjadi sahabat dekat apabila writing menjadi bagian dari
hidup. Writing hanya diperuntukan bagi
mereka yang pemberani dan tidak pernah gentar dengan tantangan macam apapun. Language structures, text functions, themes or topics, creative expression, composing processes,
content, genre dan contexts of writing merupakan tembok-tembok yang harus
dihancurkan guna mencapai suatu tingkat pemahaman yang maksimal.
Sebagai mahasiswa yang
berjuang di jurusan pendidikan, tentunya profesi yang “Nyetel” adalah pengajar
atau pendidik. Namun tidak semuanya
berakhir menjadi tenaga pendidik,
terbentang luas beribu-ribu kesempatan di dunia ini untuk mengisi
kekosongan masa depan. Apabila writing
tidak dipelajari pun hidup akan tetap berjalan.
Itu menurut orang awam. Mahasiswa
sebagai manusia berpendidikan hendaknya melihat lebih mendalam tentang writing
ini, terlebih tenaga pendidik merupakan target.
Dengan adanya writing maka pendidik akan lebih kuat dan memiliki metode
pembelajaran yang efektif.
KESIMPULAN
1. Writing hanya diperuntukan bagi mereka
yang kuat dan berani menghadapi berbagai macam tantangan.
2. Evolusi sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
3. Tujuan dari mata kuliah writing
sangatlah mulia, khususnya bagi pendidik.
Hal ini dikarenakan dapat membentuk pribadi pendidik yang kuat dan
efektif dalam penyampaian materi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic