We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 13 Februari 2014

Kurangnya Kemampuan Berbahasa Asing

Apptizer Essay :

Dalam artikel pertama ditulis oleh A. Chaedar Alwasilah yang berjudul “(Bukan) Bangsa Penulis” dan dipublikasikan di koran Pikiran Rakyat pada tanggal 28 Februari 2012. Pendapat saya mengenai artikel ini yaitu tentang artikel jurnal dikalangan mahasiswa yang mendapat respon dari banyak kalangan.
Artikel jurnal dikalangan mahasiswa rasanya kurang tepat, pa Chaedar pun menuliskan dalam artikelnya  bahwa “Dalam literatur keilmuan, jurnal tidak identik dengan skripsi, tesis, dan disertasi. Jurnal hanya dikelola oleh tim yang ahli dalam bidang keilmuan tertentu”, dalam kalimat ini sudah membuktikan bahwa mahasiswa tidak cocok diberikan atau dipaksakan untuk membuat artikel jurnal, karena artikel jurnal  hanya dapat dikelola oleh para ahli dalam bidang tertentu.  Tetapi telah dikeluarkannya Surat Direktur Jendral Pendidikan Tinggi No 152/E/T/2012, pada tanggal 27 januari 2012 kepada Rektor, Ketua, Direktur Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta diseluruh Indonesia tentang karya ilmiah.
Pa .Chaedar juga menuliskan “sebagai bahan bandingan, semua perkuliahan di perguruan tinggi di Amerika Serikat memaksakan mahasiswanya banyak menulis esai seperti laporan observasi, ringkasan bab, review buku, dan sebagainya. Tugas-tugas itu selalu dikembalikan dengan komentar kritis dari dosen, sehingga nalar dan argumen tulisan mahasiswa betul-betul terasah karena itu, tidak ada keharusan menulis tesis, skripsi, apalagi artikel jurnal.” Bahkan di Amerika serikat pun tidak ada keharusan bagi mahasiswa untuk menulis tesis, skripsi atau artikel jurnal karena mahasiswa disana sudah terlalu banyak dipaksa untuk menulis laporan obervasi, ringkasan bab, review buku dan lain-lain, sehingga dosen disana pun tidak akan memaksa mahasiswanya untuk membuat artikel jurnal lagi karena mereka para dosen sudah mengetahu kemampuan menulis mahasiswa dari tugas yang telah diberikan.
Menurut saya menulis skripsi, tesis dan disertasi sama saja dengan menulis di academik writing karena skripsi, tesis, dan disertasi menggunakan bahasa yang formal yang sama di academic writing. Selain itu skripsi, tesis dan disertasi sebagai tempat ajang untuk mengasah ketrampilan menulis, meneliti dan melaporkan semua data secara akademik sehingga menurut saya mahasiswa tidak perlu membuat artikel jurnal karena skripsi dan artikel jurnal bertujuan sama yaitu untuk melatih kemampuan menulis para mahasiswa ditingkat S1, S2, dan S3.     
Saya juga setuju dengan pa Chaedar bahwa “Media pencerdas bangsa itu bukan hanya jurnal. Artikel opini di koran jauh lebih besar dampaknya karena bisa dibaca dua juta pembaca”  kalimat ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Krashen (1984) “Di perguruan tinggi Amerika Serikat menunjukan bahwa para penulis dewasa produktif adalah mereka yang sewaktu di SMAnya, antara lain banyak membaca karya sastra, berlangganan koran atau majalah, dan mereka yang di rumahnya memiliki perpustakan. Jadi untuk menjadikan  penulis dan dosen yang produktif perlu pembenahan pembelajaran baca tulis yang benar mulai dari tingkat SMA”  paragraf yang saya kutip ini adalah bukti bahwa untuk menjadikan penulis atau dosen yang bisa menulis bukan hanya dari jurnal saja.
Saya sangat setuju dengan pa Chaedar yang mengatakan bahwa “ mewajibkan menulis artikel jurnal untuk lulusan S1 dan S2 rasanya tidak tepat sebab akan menyebabkan penumpukan mahasisw di akhir program yang pasti menuntut biaya hidup, SPP dan biaya-biaya lainnya”
Pada artikel kedua A. Chaedar  Alwasilah  yang berjudul “Powerful Writers Versus The Helpless Readers” yang dipublikasikan di the jakarta post, 14 januari 2012. Pada artikel ini Pa chaedar menjelaskan tentang kekurangan dalam membaca di Indonesia.
Pada penelitian pa chaedar yang dilakukan pada 40 mahasiswa lulusan matematika dan 60 mahasiswa lulusan bahasa sebagai peserta. Pa chaedar mengambil kesimpulan dari alasan para peserta yang tidak mampu menjawab pertanyaannya, bahwa peserta yang beralasan tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang sama dengan penulis adalah pembaca yang pasif. Saya setuju dengan pa chaedar bahwa kebanyakan mahasiswa di indonesia adalah pembaca yang pasif dan masih jauh untuk mencapai lavel pembaca yang kritis karena pembaca yang kritis mampu mengembangkan kesadaran mereka tentang format, konten, dan konteks. Format menunjukan pada simbol linguistik yang ditulis oleh penulis. Konten menunjukan kepada arti atau substansi yang dibicarakan dan Konteks menunjukan pada lingkungan sosial dan psikologi  ketika tulisan itu diproduksi.
Kekurangan mahasiswa di indonesia adalah kurangnya kebiasaan membaca buku-buku yang berbahasa Indonesia atau berbahasa Inggris, sehingga ketika mahasiswa di indonesia dihadapkan dengan buku yang berbahasa inggris mereka tidak akan menyangkal bahwa penulis menggunakan bahasa yang terlalu tinggi atau beralasan mereka tidak dapat mencerna dan tidak dapat mengerti apa yang dikatakan penulis. Kekurangan bangsa Indonesia adalah kurangnya pengetahuan dan kurangnya minat membaca dan menulis sehingga orang Indonesia banyak yang menjadi pembaca pasif.
Menurut saya penggunaan buku impor untuk mahasiswa memiliki dua efek yaitu efek negatif dan efek positif. Efek positifnya dapat menambah wawasan bagi mahasiswa, tetapi efek buruknya dapat mengkibatkan meremehkan buku berbahasa indonesia. Tetapi langkah yang seharusnya dilakukan adalah meningkatkan produktifitas menulis buku dengan berbahasa Indonesia.
Pada artikel ketiga berjudul “Learning And Teaching Proses : More About Readers And Writers” yang ditulis oleh C. W. Watson di the jakarta post, 11 februari 2012. Pada artikel ini menjelaskan tanggapan penulis yang menanggapi artikel yang ditulis oleh A Chaedar Alwasilah yang berjudul “Powerful Writers Versus The Helpless Readers” Penulis menilai bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis pada pendidikan karena penulis telah melakukan survei bersama pa Chaedar yang dilakukan di Bandung.
Penulis juga setuju dengan pa Chaedar yang berpendapat anak sekolah di Indonesia tidak dianjurkan untuk menulis karena anak indonesia masih kesusahan dalam menentukan tema pada suatu kalimat atau prosa pada suatu paragraf. Saya setuju dengan alasan Dr. Imam bahwa ketidak mampuan siswa itu berasal dari kurangnya kompetensi menuliskan yang diajarkan kepada murid.
Penulis adalah mahasiswa lulusan universita inggris dan di universitas inggris para dosen atau lembaga kampus memiliki tujuan untuk mengajarkan siswanya bisa menguasai bahasa asing sehingga mereka dapat berbicara, mendengar, memahami, membaca dan menulis dengan lancar dan mereka didorong untuk membaca sebanyak mungkin.
Pa Chaedar menjelaskan bahwa dosen yang mendaptkan PhD keluar negeri adalah niat untuk meningkatkan mutu mahasiswa dan mengetahui mahasiswa seperti apa  yang telah mereka pelajari dengan buku-buku teks dosen dari Amerika Serikat atau Australia atau Inggris. Hasilnya adalah bahwa siswa tidak dapat berbahasa inggris dengan lancar dan benar. Ini dikarenakan kurangnya pembenahan penggunaan bahasa ibu atau bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan setiap hari.
Kesimpulan :
            Dari ketiga artikel diatas memiliki persamaan yaitu membahas kekurangan yang dimiliki mahasiswa Indonesia seperti membaca, menulis dan memahami bahasa asing(bahasa Inggris). Kurangnya keaktifan dalam membaca atau mahasiswa di indonesia adalah pembaca yang pasif dan kekuragan penguasaan bahasa asing yang menyebabkan mahasiswa kurang dalam memahami teks bahasa asing, ini disebabkan kurang baiknya penggunaan bahasa ibu(bahasa Indonesia)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic