We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 22 Februari 2014

KUALITAS LITERASI MENENTUKAN KUALITAS BANGSA



Definisi lama menyebutkan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Dalam  konteks persekolahan Indonesia, istilah literasi jarang dipakai. Istilah yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa (Setiadi: 2010). Tetapi dengan berjalannya waktu dan adanya perubahan periodesasi metode dan pendekatan, pendekatan literasi sebagai implikasi dari studi wacana. Sesuai dengan kurikulum 2004 di Indonesia, tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu menghasilkan wacana yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Yang sangat menonjol dalam pendekatan ini adalah pengenalan berbagai genre wacana lisan maupun tulisan untuk dikuasai oleh siswa. Dengan kata lain, metode pembelajaran sekarang ini siswa dituntut untuk menjadi siswa yang produktif dalam membaca dan menulis. Disebutkan pula pembelajaran dilakukan melalui empat tahapan, yaitu;
1)      Membangun pengetahuan (building knowledge of field). Tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengembangkan atau membangun pengetahuan yang diperoleh.
2)      Menyusun model-model teks (modeling of text). Setelah mengembangkan pengetahuan, siswa ditutut pula untuk menuliskan susunan pengetahuan apa yang sudah mereka kembangkan.
3)      Menyusun teks bareng-bareng (joint contruction of text). Setelah menyusunkan pengetahuan yang sudah dikembangkan, tahap selanjutnya yaitu menyusun kembali teks-teks atau tulisan yang mungkin belum tersusun baik.
4)      Menciptakan sendiri teks (independent construction text). Tahap terakhir adalah menuliskan hasil pengembangan pengetahuan dengan menggunakan bahasa sendiri.

Dapat dipahami bahwa kini pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis. tetai,  vsiswa di tuntut untk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis tersebut. Untuk lebih jelas freebody & Luke menawarkan model interasi sebagai berikut:
1.      Memehami kode teks (breaking the codes of text)
2.      Terlibat dalam pemakaian teks (participating in the meanings of texts)
3.      Menggunakan teks secara fungsional (using texts funcionallity)
4.      Melakukan analisis dan mentranspormasi teks secara tertulis (critically analyzing and trasforming texst)
Keempat peran literasi ini dapat diringkas ke dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasiteks. Itulah hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis.
Makna dan rujukan literasi terus berevolusi, dan kini maknanya semakin luas dan kompleks. Sementara itu, rujukan lingvistik dan sastra relatif konstan. Literasi tetap berusaha dengan penggunaan bahasa, dan kini merupakan kajian lintas disiplin yang memiliki tujuh dimensi yang terkait.
Ø  Dimensi  geografis (lokal, nasional, regional, & Internasional). Kemampuan litrasi seseorang dapat menentukan dimensi geografisnya. Jika literasinya pada tingkat pendidikan tinggi dan jejaring sosial yang tinggi pula, maka ia dapat dikatakanmempunyai dimensi Internasional.
Ø  Dimensi bidang (pendidikan, komunitasi, administrasi, hiburan, militer,dsb). Literasi juga akan menentukan kualitas suatu bidang tertentu. Misal dalam bidang pendidikan,  
Ø  Dimensi keterampilan (membaca, menghitung, menulis dan berbicara). Setiap sarjana tentu saja mampu membaca, tetapi tidak semua sarjana mampu menulis. kualitas tulisan tergantung pada “gizi” bacaan yang di santapnya. “Gizi” itu akan tampak ketika ia berbicara. Dengan kata lain, seorang sarjana yang mempunyai kualitas literasi yang tunggi akan terlihat pada kemampuan baca tulis dan keduanya hrus seimbang serta, kemampuan menghitung juga harus ditingkatkan.
Ø  Dimensi fungsi (memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, menrgembangkan pengetahuan, mengembangkan potensi diri). Dengan literasi seseorang akan mudah mengembangkan pengetahuan, karea orng literat dapat dengan mudah menangkap informasi-informasi yang Ia dapatkan. Dengan demikian, Ia dengan mudah mengembangkan pengetahuannya tersebut.
Ø  Dimendi media (teks, cetak, visual, digital). Untuk menjadi literat pada jaman sekarang, orang tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks alfabetis, melainkan juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks cetak, visual, dan digital. Sehingga kita dituntut  untuk menguasai IT (Information Technology)
Ø  Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa). Jumlah disini dapat merujuk pada beberapa hal. Misalnya, bahasa, variasi bahasa, peristiwa tutur, bidang ilmu, media, dan lain-lain. Orang yang multiliterat berinteraksi dalam berbagai situasi. Kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang berkualitas tinggi.
Ø  Dimensi bahasa (entis, lokal, regional, internasional).Ada literasi yang singular, ada pula literasi yang plular. Hal ini beranalogi ke dalam ensi monoligual,bilingual dan multilingual. Contoh jika ada mahasiswa yang berdomisili tinggal di daerah jawa barat dan dia orang sunda asli dan dia mahasiswa jurusan bahasa Inggris, maka Ia adalah orang multilingual dalam bahasa Sunda, Indonesia, dan Inggris. Artinya, Ia adalah multilitrasi paderat, tetapi apakah kita sadari sejauh mana tingkat literasi bahasa lokal kita sendiri?

Adapun 11 gagasan kunci ihwal literasi yang menunjukan perubahan paradigma literasi sesuai dengan tantangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini.
1.      Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Lembaga-lembaga sosial yang ada di masyarakat seperti RT, RW, Kelurahan sampai pada DPR dan Presiden adalah sebagai mesin birokrasi untuk menjamin ketertiban sosial. Lembaga-lembaga ini menjalankan peranannya dengan fasilitas bahasa, sehigga muncul bahasa birokrat atau bahasa politik. Tidak ada literasi yang netral. Semua praktik literasi dan teks tulis memiliki ideologi, yaitu didikte oleh ligkungan sosial politiknya.
2.      Tingkat kefasihan
Yang perlu dikuasai adalah kefasihan (literasi) minimal atau literasi yang diperlukan untuk memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi.
3.      Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
Literasi membekali kemampuan seseorang untuk mengembangkan segal potensi dirinya. Penguasaan bahasa ibu adalah alat untuk berekspresi dan mengapresiasi, serta memikirkan segala hal dalam lingkungan sosial budaya dan psikologisnya yang terdekat, yakni keluarganya. Pada tahap tinggi literasi membekali mahasiswa kemampuan produksi dan memproduksi ilmu pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian literasi yang mesti dikuasai oleh para calon sarjana. Itulah literasi akademik.
4.      Standar dunia
Dalam persaingan global sekarang ini rujuk ilmu dikembangkan ke tingkat Internasional, sehingga tingkat literasi suatu bangsa mudah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
5.      Warga masyarakat demokratis
Pendidikan yang berkualitas tinggi tentunya akan mengahsilkan manusia literat, yakni manusia yang memiliki literasi memadai sebagai warga negara yang demokratis. Dengan kata lain, pendidikan literasi harus mendukung terciptanya demokratisasi bangsa.
6.      Keragaman lokal
Manusia literat sadar mengenai keragaman bangsa dan budaya lokal atau cemerlang budaya (Ayatrohendi:1986), dan manusia local membangun literasi dalam konteks lokalnya, sebelum memasuki konteks nasional, regional, dan global. Dengan demikian, semakin berwawasan global, semakin sensitif dan antisipasif dia terhadap keragaman lokal.
7.      Hubungan global
Untuk bersaing di tingkat dunia, semua orang harus memiliki literasi tingkat dunia pula. Literasi tingkat ini tergantgung pada dua hal, yaitu penguasaan teknologi dan pengetahuan konsep atau pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian, kita harus mempersiapkan diri dan mulai menjadi orang yang kaya akan ilmu pengetahuan dan juga ilmu teknologi, supaya kita akan dengan mudah bersaing di tingkat dunia.
8.      Kewarganegaraan yang efektif
Literasi membekali manusia kemampuan menjadi warga Negara yang efektif, yakni warga Negara yang mampu mengubah diri, menggali potensi diri, serta berkontribusi bagi keluarga, lingkungan dan negaranya.
9.      Bahasa Inggris ragam dunia
Kita tahu bahwa bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Hubungan dan jejaring global memerlukan bahasa yang dapat diterima oleh semua pihak. Dengan demikian, bahasa Inggris dipelajari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Namun, karena setiap bangsa membangun literasi dalam bahasa etnis dan budayan lokalnya, sehingga bahasa Inggris yang muncul sangat kental dengan kelokalan bahasa pertama suatu bangsa. Pemahaman dan antisipasi atas ragam-ragam bahasa Inggris merupakan bagian dari literasi global.


10.  Kemampuan berfikir kritis
Literasi bukan sekedar mampu membaca dan menulis, melainkan juga mengguanakan bahasa itu secara fasih, efektif, dan kritis. Dengan demikian, pembelajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
11.  Masyarakat semiotik
Semiotic adalah ilmu tentang tanda, termasuk persoalan ikon, tipologi tanda, kode, strtuktur, dan komunikasi. Kita semua adalah praktisi semiotik.

Adapun tujuh prinsip pendidikan bahasa berbasis literasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Literasi adalah kecakapan hidup (life skills).
Pendidikan bahasa sejak tingkat dasar sangatlah penting, yakni untuk melatih dan memberdayakan siswa menggunakan bahasa yang sesuai dengan kehidupan.
2.      Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
Pendidikan bahasa sejak tingkat dasar akan membiasakan siswa berekspresi, baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga, di tingkat tinggi (mahasiswa) mampu memproduksi ilmu pengetahuan berupa karya ilmiah, fiksi, dan sebagainya. Dengan kata lain, mahasiswa menjalani konstruksi bahasa secara bertahap.
3.      Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
Baca-tulis adalah kegiatan untuk mengetahui hubungan antar kata dan antar unit bahasa dan wacana, serta antara teks dengan dunia tanpa batas. Pendidikan bahasa pula melatih siswa berpikir kritis. Bahasa adalah alat berpikir kritis.
4.      Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
Baca-tulis tidak lepas dari budaya. Dengan adanya budaya, pendidikan bahasa akan lebih hidup dan tentunya bermasyarakat.
5.      Literasi adalah kegiatan refleksi (diri).
Penulis dan pembaca senantiasa akan berpikir tentang bahasa dan mengkaitkannya dengan pengalaman subjektif dan dunianya. Dengan kata lain, penulis dan pembaca akan merasakan bahasa yang digunakan dalam suatu wacana merupakan pengalaman yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, para mahasiswa perlu dibiasakan untuk melakukan refleksi diri dengan cara menulis pengalaman sendiri dengan menggunakana bahasa sendiri.
6.      Literasi adalah hasil kolaborasi.
Baca-tulis tentu akan selalu melibatkan kolaborasi antara dua pihak yang berkomunikasi. Penulis (tidak) menuliskan sesuatu berdasarkan pemahamannya tentang calon pembaca. Maka pembaca pun harus mengarahkan segala pengetahuan dan pengalamannya untuk memahami atau memaknai tulisan itu. Dengan kata lain, literasi adalah kolaborasi antara pembaca dan penulis.
7.      Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.
Penulis menginterpretasikan alam semesta dan pengalaman subjektifnya lewat kata-kata, dan pembaca dituntut untuk menginterpretasikan penulis. Mahasiswa dituntut untuk menginterpretasikan (mencari, menebak dan membangun makna) atas berbagai jenis teks dalam wacana tekstual, visual, dan digital. Mampukah?

Telah ditemukan prestasi anak bangsa yang cukup buruk pada sebuah penelitian dunia. Berikut adalah beberapa penemuannya:
1.      Skor prestasi membaca di Indonesia adalah 407 (untuk semua siswa), 417 untuk perempuan dan 398 untuk laki-laki. Angka ini dibawah rata-rata Negara peserta, yakni 500, 510 dan 493. Skor tertinggi diperoleh oleh Rusia (565).
2.      Di Indonesia hanya tercatat 2% siswa yang prestasi membacanya masuk dalam kategori sangat tinggi, 19% masuk ke kategori rendah, dan 56% masuk ke dalam kategori rendah. Artinya, 45% siswa Indonesia tidak dapat mencapai skor 400.
Dengan temuan-temuan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa:
·         Tingkat literasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa Negara-negara lain. Artinya pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga Negara linterat yang siap bersaing  dengan sejawatnya dari Negara lain. Dalam pembelajaran literasi di sekolah, kita harus melihat pemahaman guru tentang literasi dan penguasaan teknik pengajaran siswa. Dengan kata lain, guru adalah penentu kemampuan literasi siswa.
Dapat disimpulkan bahwa, orang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematik untuk menjadikan mahasiswa terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penggunaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah situs pertama untuk membangun literasi. Rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat aspek atau dimensi, yaitu (teks) linguistik, kognitif (mind), perkembangan (growth), dan sosiokultural (group).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic