Class
Review
Hari ini tepatnya tanggal 04
februari 2014, kini otak dan fikiranku harus diaktifkan kembali dan jari-jari
tanganpun harus ikut serta dibiasakan untuk menulis kembali. Hari pertama untuk memulai semester baru
dengan opening yang sangat membuat kaget otak dan fikiran ini. Pelajaran
pembuka yang membuat kaget itu adalah writing 4, yang diampu oleh Mr. Lala
Bumela, M.Pd. yang sebelumnya juga sudah
belajar bersama beliau. Selamat bertemu
kembali bersama anda Mr. Lala Bumela, M.Pd.
Satu bulan lamanya kita berlibur,
berlibur untuk mendinginkan otak dan fikiran kita yang sudah terkuras selama
berbulan-bulan. Akan tetapi otak ini
malah menjadi beku dan jari tanganpun ikut kaku untuk menulis dan merangkai
kata. Satu bulan terasa begitu sangat
lama, sehingga membuat otak dan jari tangan ini beku dan kaku seolah-olah jari
ini tidak pernah mengukir satu kata pun.
Sedangkan hari ini harus bertarung kembali bersama satu buah pulpen yang
harus saya goreskan diatas lembaran kertas-kertas. Untuk memulai semua itu membutuhkan persiapan
yang sangat matang dari otak dan jari tangan ini.
Meskipun hari ini hanya pemaparan
tentang syllabus saja, tetap saja saya merasa kaget dan tercengang. Mungkin otak ini belum siap, sehingga merasa
kaget. Untuk semester sekarang kita
semakin benar-benar diuji dalam keterampilan menulis kita. Disini bukan hanya wrting 4 tetapi akademik
writing, yang mana kita harus pastikan tulisan kita menarik dan memuaskan dimata pembaca yang akan membaca tulisan
kita. Akan tetapi saya masih bingung dan
pusing untuk merangkai kata, karena mungkin terlalu lama aya tidak menulis lagi
dan akademik writing ini terlalu complicated.
Well, pasti sudah terbayangkan apa
yang akan terjadi. Yang artinya kita
akan kekurangan waktu tidur malam kita, hati tidak tenang, fikiran galau, jari
tangan keriting, yang pastinya kita akan sering meminum kopi. Tidak hanya itu, kita akan menjadi orang yang
super sibuk sampai lupa untuk membereskan tempat tidur dan buku-buku pun akan
terletak dimana-mana. Itu semua sudah
terbayang disaat mendengar kata “writing dan class review”. Semua orang mengetahui apa itu menulis. Yeah, menulis itu menggoreskan setiap kata
yang ada dalam fikiran kita diatas kertas, atau dibenda lainnya yang bisa kit
abaca. Akan tetapi tidak semua orang bisa
melakukannya, terlebih harus menulis tulisan yang berbobot. Apalagi pada semester sekarang kita harus
membuat class review minimal 5 halaman, appetizer 5 halaman, dan juga chapter
review minimal 10 halaman, amazing bukan? Itu yang membuat kita khususnya saya
menjadi terkesima. Tapi, mungkin ini
adalah awal untuk meraih kesuksesan.
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian. Kalimat itu
benar, karena setiap kesuksesan itu berawal dari kesulitan. Seperti kita sekarang yang sedang
berakit-rakit kehulu baru kemudian berenang ketepian. Karena menulis itu tidak semudah membalikan
telapak tangan. Kata siapa menulis itu
mudah? Seorang penulis terhebatpun yang sudah membuat banyak karangan tidak
akan pernah mengakui bahwa menulis itu mudah.
Menulis itu membutuhkan waktu dan proses yang lama. Jangankan untuk menjadi seorang penulis yang
terkenal, yang merangkai jutaan kata dan merangkai ribuan kalimat. Terkadang mmebuat surat pun masih harus
berkali-kali untuk mendapat hasil yang memuaskan.
Itu sebabnya menulis adalah sesuatu
yang sulit, dan tidak pantas untuk dianggap mudah. Menuis itu harus dengan fikiran dan hati yang
tenang, disertai dengan wawasan kita supaya menghasilkan tulisan yang
berkualitas bagus dan menarik. Untuk
kita keterampilan menulisnya masih berada dalam tahap dasar, sebaiknya kita
menggunakan bahasa pertama kita terlebih dahulu yaitu bahasa Indonesia. Karena itu adalah sebagai fondasi atau dasar
kita untuk menuju bahasa yang kedua yaitu bahasa Inggris. Apabila tulisan kita dalam menggunakan bahasa
Indonesia itu bagus dan menarik, maka kita pun akan mampu menulis dengan bahasa
yang kedua. Akan tetapi apabila
sebaliknya yaitu kita belum mampu menulis dengan menggunakan bahasa yang
pertama, maka jangan dulu kita menulis dengan menggunakan bahasa yang kedua. Karena belajar menulis dalam bahasa kedua
adalah salah satu aspek yang paling menantang.
Bahkan bagi mereka yang bahasa Inggris itu bahasa pertama, kemampuan
untuk menulis secara effective adalah sesuatu yang membutuhkan khusus instruksi
dan exensive. tentang metode, material, dan prosedur untuk digunakan dalam
kelas didasarkan pada pemahaman
Pastinya dalam menulis kita akan
menemui banyak tantangan, dan tantangan kita saat ini adalah kita harus
mengetahui sifat penulisan yang baik.
Menulis bukan hanya untuk siswanya saja, akan tetapi seorang pengajarnya
pun harus bisa menulis bahkan lebih bisa.
Seorang pengajar writing itu yang bisa menulis, mengetahui menulis dan
merasakan betapa capenya menulis.
Seseorang yang efektif adalah salah satu yang dapat membuat pilihan
informasi yang jelas tntang sikap saat ini dan praktek dalamnya profesi. Seorang guru yang kuat adalah seorang guru
yang reflektif, dan refleksi membutuhkan pengetahuan untuk berhubungan kegiatan
kelas untuk penelitian dan teori yang relevan.
Seorang guru writing harus mampu menunjukkan bahwa dia leih pintar dan
juga memberikan contoh tulisan terhadap siswanya.
Menulis melibatkan menysun
keterampilan dan pengetahuan tentang teks, konteks, dan pembaca. Disaat kita menulis kita akan memikirkan teks
seperti apa yang akan kita tulis. Sebenarnya
sebelum kita mulai menulis kita lihat terlebih dahulu tulisan kita untuk
siapa. Layaknya seperti penulisan
skripsi, kita pastikan dan kita lihat siapa orang pertama yang akan membaca
skripsi kta atau tulisan kita, apakah seorang doctor, professor, atau seorang
ahli menulis. Maka dari itu kita harus
membuat tulisan yang sederajat sama mereka, kita harus menghipnotis mereka
dengan tulisan kita. Tetapi untuk kita
yang bertujuan untuk dibaca oleh semua orang, kita harus membuat tulisan yang
lebih menarik perhatian pembaca dan mudah dimengerti oleh pembaca. Kita tidak harus menggunakan bahasa atau
kkata-kata resmi yang nantinya akan membuat pusing pembacadan mungkin enggan
untuk membacanya.
Tiadak heran apabila semua
keterampilan itu memerlukan “practice”, dari mulai keterampilan speaking,
reading, writing, apalagi memasak,
bagaimana kita akan bisa pabila kita tidak pernah “practice” atau
praktek, begitupun dengan menulis.
Karena dengan praktek kita bisa, untuk menjadi seorang penulis yang
hebat kita harus membiasakan jari kita untuk menulis dan kita tidak hanya
mengetahui tentang teorinya saja. Tetapi
kita juga harus bisa mempraktekan setiap teori yang kita pelajari.
Menulis itu tidak seperti fast food
yang langsung jadi begitu saja. Tetapi
menulis membutuhkan proses yang lama sehingga dapat menghasilkan suatu krya
tulis yang baik. Semuanya itu
membutuhkanproses, karena prose situ wajib.
Thomas Alpha Edison pun tidak langsung berhasil dalam penemuannya,
beliau harus menempuh banyakproses.
Begitupun dengan menulis, tulisan kita tidak akan selesai dengan jangka
waktu yang singkat. Dalam menulis juga kita harus membuat bahasan yang meluas,
jangan hanya itu-itu saja (extensive).
Pada kesimpulannya menulis itu
bukanlah sesuatu yang mudah. Menulis
membutuhkan proses yang lama, dengan menulis kita melibatkan menyusun
keterampilan dan pegetahuan teks, konteks, dan pembaca. Pastinya kita harus mengingat bahwa bahasa
prertama adalah dasar untuk bahasa yang kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic